Anies Sebut Perubahan Iklim Persulit Prediksi Titik Rawan Banjir di Jakarta
Merdeka.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku tahun ini akan cukup sulit memprediksi potensi wilayah terdampak banjir. Kesulitan ini diakibatkan terjadinya perubahan iklim yang berpengaruh dengan curah hujan.
"Jadi dengan global warming yang sekarang terjadi climate change yang dialami seluruh dunia memang hujan tidak lagi memiliki pola yang diprediksi seperti dahulu," katanya di lapangan Monas usai memimpin apel kesiapsiagaan menghadapi musim hujan, Rabu (13/10).
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menuturkan, ada kalanya terjadi hujan dalam waktu singkat, namun curahnya sangat tinggi. Seperti yang terjadi pada awal tahun 2020, daratan Jakarta hampir seluruhnya terdampak banjir. Hal itu, kata Anies, diakibatkan intensitas hujan sangat ekstrem yaitu 370 milimeter
-
Kenapa Jakarta banjir? 'Penyebab curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung,' ujar dia.
-
Dimana banjir Jakarta tahun 2020 terjadi? Tercatat sekitar 158 kelurahan terendam banjir. Tak hanya merendam pemukiman warga, air juga menggenang di jalan-jalan.Akibatnya, sejumlah transportasi umum seperti KRL, Transjakarta, dan penerbangan di Halim Perdanakusuma dihentikan.
-
Di mana saja Jakarta banjir? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. 'Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta,' kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).Adapun data wilayah terdampak diantaranya Jakarta Selatan.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Kenapa APBD Kaltim meningkat? Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kaltim, Yusliando juga menyebutkan, signifikansi peningkatan APBD ditunjang oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). Terutama dari sektor pajak dan arus investasi yang masuk ke Kaltim.
-
Apa yang terjadi akibat banjir di Bandung? Hujan lebat yang melanda Bandung sepanjang Kamis (11/1) lalu menyebabkan bencana banjir hingga vira di media sosial.
Di Jakarta, imbuhnya, jika curah hujan 100 milimeter per hari, dan itu terjadi secara merata maka infrastruktur yang disiapkan akan mampu mencegah terjadinya banjir. Namun sebaliknya, melebihi dari ukuran tersebut banjir sulit dicegah.
"Bila turun seperti kemarin 370 milimeter, turun dalam waktu 5 jam maka bisa dibayangkan itu volume air yang turun dalam waktu yang amat singkat, itu ekstrem," kata Anies.
"Jadi, tadi saya sampaikan kapasitas kita 100 milimeter per hari kalau hujannya itu merata sepanjang 24 jam maka sistem kita sanggup menampung," sambungnya.
Kemudian, Anies juga menyampaikan, Jakarta telah memiliki 267 alat ukur curah hujan, yang tersebar di setiap kelurahan. Alat ini sebagai alat deteksi dini agar warga sekitar dapat mengetahui secara aktual berapa milimeter air hujan yang jatuh di wilayah masing-masing.
"Tahun ini ada alat ukur di seluruh kelurahan, 267 kelurahan sudah punya alat ukur curah hujan," ucap Anies.
Jumlah alat ukur ini disebut Anies mengalami peningkatan. Semula, DKI hanya memiliki kurang dari 10 alat ukur curah hujan.
Kendati meningkatkan jumlah alat ukur, Anies mengaku potensi titik titik rawan banjir di tahun ini tidak dapat diprediksi. Hal ini disebabkan krisis iklim.
"Climate change yang menyebabkan tidak bisa lagi kita menentukan titik titik mana yang akan terjadi karena hujannya bisa terjadi secara ekstrem di berbagai lokasi," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebutuhan air di Jakarta mencapai sekitar 30.000 liter per detik, sedangkan jumlah debit air yang tersedia hanya berada di bawah 20.000 liter per detik.
Baca SelengkapnyaHujan yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada Rabu (17/04) menyebabkan kenaikan status Pos Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) pada pukul 19.00 WIB.
Baca SelengkapnyaPenyebab banjir dan genangan lantaran hujan yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada Selasa (13/02) hingga Rabu (14/02).
Baca SelengkapnyaDebat Capres soal Polusi: Anies Bilang "Angin Tak Punya KTP, Prabowo Sebut 'Susah Kalau Nyalahin Angin'
Baca SelengkapnyaKondisi ini biasa terjadi karena pengaruh fenomena cuaca global dan regional.
Baca SelengkapnyaGenangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat
Baca SelengkapnyaBanjir ini membuat status Pos Angke Hulu Siaga 3 (Waspada).
Baca SelengkapnyaPemerintah mengatakan modifikasi cuaca perlu ditingkatkan untuk memastikan pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN)
Baca SelengkapnyaData itu terungkap setelah Pemprov Jakarta memiliki alat lengkap.
Baca SelengkapnyaSelain hujan lebat, BMKG juga memprakirakan hujan yang disertai kilat dan petir
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Koalisi Inisiatif Bersihkan Udara Kota dan Semesta (Ibukota) menyatakan, dalam dua bulan terakhir kualitas udara di Jakarta memburuk.
Baca Selengkapnyawilayah paling banyak terdampak banjir di antaranya di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
Baca Selengkapnya