Banyak razia PMKS, petugas kewalahan panti sosial sudah overload
Merdeka.com - Sejumlah panti sosial di Jakarta mengalami kelebihan kapasitas. Seperti di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 1, Kedoya, Jakarta Barat.
Kepala PSBI Bangun Daya 1, Masyudi mengatakan, biasanya jumlah warga binaan alias penghuni panti akan meningkat pada bulan Ramadan hingga Lebaran. Sebabnya, banyak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) terjaring dalam razia petugas Dinsos.
"Biasanya PMKS semakin bertambah dan petugas pun semakin intensif melakukan penjangkauan. Sedangkan PSBI ini merupakan panti yang menjadi transit PMKS sebelum dirujuk ke panti rujukan. Ini akan berakibat semakin meningkat jumlah penghuni PSBI sehingga kelebihan kapasitas," ujar Yudi melalui pesan singkat yang diterima merdeka.com, Jakarta, Kamis (9/6).
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Dimana pemukiman padat di Jakarta Barat? Pemukiman di daerah Pesing Koneng, Kedoya Utara, Kebun Jeruk ini misalnya.
-
Bagaimana kehidupan warga di pemukiman padat? Saat memasuki area perkampungan lebih dalam, kehidupan warganya pun masih begitu terasa.
-
Siapa saja yang tinggal di Rumah Rakit? Sementara pedagang asing, hanya diperbolehkan membangun rumah di atas rakit karena kebijakan politik Sultan Palembang.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
Dikatakan Yudi, sebab lain yang membuat panti penuh karena PMKS dari daerah tidak dipulangkan oleh Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta. Padahal, 60 persen penghuni panti merupakan warga daerah.
"Mereka ada yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan daerah Sumatera lainnya. Mereka terkena penjangkauan di jalanan DKI Jakarta. Kesulitan kami adalah memulangkan mereka untuk kembali ke daerah asal dan mendorong mereka untuk memiliki pekerjaan yang lebih baik dan mulia di sana," ujar Yudi.
Saat ini, total 870 orang warga binaan di Panti Sosial Kedoya. Padahal kapasitas panti hanya 510 orang. Pihaknya khawatir kondisi yang terlalu ramai dapat mengganggu kenyamanan penghuni, sebab mereka harus berdesak-desakkan ketika beristirahat.
"WBS yang paling banyak di panti kami itu penyandang psikotik atau Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK). Petugas di lapangan hampir setiap hari menyerahkan penyandang psikotik ke panti kami. Mereka tidak tahu asal mereka. Sehingga susah juga untuk dikembalikan kepada keluarga," katanya.
Sesuai prosedur, penghuni yang ingin kembali ke keluarga harus mendapatkan pembinaan terlebih dahulu maksimal 30 hari. Ini sebagai upaya untuk memberikan efek jera dan pelajaran bagi PMKS.
"Ini sebagai efek jera, mereka kami berikan pembinaan untuk klasifikasi PMKS pengamen dan pengemis. Kami berikan pembinaan sosial dan hukum. Agar mereka tidak mengulangi perbuatannya lagi dan tidak menjadi PMKS kembali," tutup Yudi.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PPKS yang terjangkau dirujuk ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya (PSBI BD) 1 atau 2 terlebih dahulu.
Baca SelengkapnyaFenomena Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) musiman kerap muncul di sejumlah kota besar di bulan Ramadan. Tak terkecuali di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaPengungsi ditertibkan itu tinggal di tenda yang dikhawatirkan membahayakan diri mereka, menimbulkan penyakit, dan mengganggu ketertiban.
Baca SelengkapnyaRatusan PPPK di Banyuwangi turut bergotong royong bedah rumah tidak layak huni milik warga miskin.
Baca SelengkapnyaRatusan warga yang terdampak kebakaran diamankan ke posko pengungsian di halaman RSUD Kebayoran Lama.
Baca SelengkapnyaHeru berkeliling posko sembari melihat dan menyapa warga. Sesekali warga nampak menyampaikan keluh kesahnya ke Heru Budi.
Baca Selengkapnya