Bertahan hidup di kampung terpadat se-Asia Tenggara
Merdeka.com - Sudah dua dasawarsa atau 20 tahun, Ijah dan keluarganya hidup di balik tembok gedung bertingkat dan rumah mewah yang ada di Kawasan Jakarta Barat. Rumahnya beratap asbes dengan dinding hanya terbuat dari triplek tipis.
Dia hidup di rumah yang hanya berukuran 1,5 meter x 1,5 meter yang ada di gang Impres. Letaknya di depan pasar Impres, Jalan Jembatan Besi II, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Rumahnya berada di gang sempit yang lebar jalannya hanya untuk satu orang saja. Memasuki gang Impres, cahaya matahari mulai redup. Sebab, atap rumah petak warga menutupi sebagian gang. Sinar matahari pun tak kuasa menembus gang. Rumah Ijah memiliki bentuk yang hampir sama dengan tetangga sekitarnya. Rumah petak yang tersusun tak beraturan.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Dimana pemukiman padat di Jakarta Barat? Pemukiman di daerah Pesing Koneng, Kedoya Utara, Kebun Jeruk ini misalnya.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Dimana Kampung Teko yang tenggelam di Jakarta berada? Genangan air terlihat memenuhi kawasan permukiman di Kampung Teko, Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Kota Jakarta Barat.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
-
Apa yang ditemukan di permukiman tersebut? Karena ukuran struktur dan elemen arsitekturnya, para arkeolog berpendapat struktur tersebut mungkin merupakan bangunan umum atau kuil, salah satu contoh tertua yang ditemukan hingga saat ini di Dataran Rendah Yudea.
"Biar pengap asal bisa neduh. Walaupun gangnya sempit, rumahnya sempit, ngontrak juga. Tapi terhindar dari hujan. Daripada tinggal di kolong jembatan," ujar Ijah saat berbincang dengan merdeka.com di rumahnya, kemarin.
Sehari-hari Ijah bekerja di pabrik konveksi rumahan yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Dia menikmati meski hidupnya terhimpit di gang sempit dan kumuh. "Ya disyukuri saja, kumuh ya memang kumuh tetapi ya di sini nyaman kok. Sudah 20 tahun tinggal di sini," Kata Ijah.
Tak jauh dari gang rumahnya, terdapat gang Venus yang kondisinya hampir sama. Gang sempit yang dihuni puluhan kepala keluarga. Bedanya, di gang Venus lebih banyak rumah tinggal dibanding pabrik konveksi rumahan. Sehingga banyak teman-temannya yang juga bekerja di pabrik konveksi, mencari tempat berteduh di gang ini karena letaknya tak jauh dari tempat kerja mereka.
"Sama saja kayak gang ini, bedanya di sana ramai, kalau di sini kan ada pabrik konveksi," cerita Ijah.
Berbagai kisah hidup warga Gang Venus seolah membenarkan anggapan kawasan ini terpadat se-Asia Tenggara. Data Dinas kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta, jumlah penduduk di Kecamatan Tambora memberikan kontribusi paling tinggi terhadap jumlah penduduk di Jakarta. Di tanah seluas 540.11 hektare, Kecamatan Tambora dihuni 269.718 penduduk. Saking padatnya, di setiap 2,5 meter akan dijumpai satu orang.
"Iya memang benar paling banyak di Kecamatan Tambora, ada tambahan penduduk yang belum tercatat oleh kami," ujar wakil camat Tambora Joko Suparno saat dikonfirmasi melalui sambungan selular.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaPerkampungan di sana setiap hari tertutup kabut dan mayoritas warganya adalah petani.
Baca SelengkapnyaWalaupun berukuran hanya selebar badan, kondisi gang padat penduduk di Kota Bandung ini amat bersih dan rapi
Baca SelengkapnyaJalan untuk menuju ke kampung itu sangat sulit. Pengendara harus melewati hutan, sungai, dan perkebunan teh.
Baca SelengkapnyaRumah-rumah di Desa Sigandul berada di lereng bukit dengan kemiringan yang curam.
Baca SelengkapnyaJalanan yang sempit dan terjal sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca SelengkapnyaDari hasil pengukuran yang dilakukan melalui aplikasi di telepon pintar, kemiringan jalan motor di sana mencapai 25 sampai 33 derajat.
Baca SelengkapnyaKampung itu kini hanya menyisakan bangunan terbengkalai karena sudah ditinggal pemiliknya.
Baca SelengkapnyaRumah di kampung miliader yang ada di Jawa Tengah ini tampak mewah.
Baca SelengkapnyaOrang-orang Sunda yang tinggal di kampung tersebut sudah ada sejak sebelum era kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaDusun Tempel di Boyolali yang berdampingan dengan Dusun Bentrokan di Magelang memiliki keunikan.
Baca Selengkapnya