Biaya perawatan capai Rp 64 juta, bayi ini ditahan di RS
Merdeka.com - Akibat tidak bisa melunasi biaya perawatan saat melahirkan, pasangan Galih Prasetya dan Maggie Dwi Listiani, terpaksa harus merelakan anak kedua mereka ditahan di Rumah Sakit Pasar Rebo, Jakarta Timur. Cerita pilu ini menambah deretan kasus yang menunjukkan kesehatan masih mahal untuk warga tidak mampu.
Pasangan suami istri tersebut harus menebus biaya kelahiran dan perawatan bayi senilai Rp 64 juta. Padahal selama ini mereka hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Galih yang baru memperoleh pekerjaan tiga bulan lalu dengan status masa percobaan mengaku sulit menebus biaya perawatan tersebut. Cerita pilu ini bermula pada 31 Maret 2015 silam, saat itu Maggie harus melahirkan bayi dalam kondisi prematur yang usia kandungannya masih tujuh bulan.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan? Batuk kering dan sesak napas dialami Kama, putra bungsu Zaskia Adya Mecca.
-
Di mana akses terhadap layanan kesehatan tidak merata? Namun, sayangnya tidak semua daerah mendapatkan akses yang memadai terhadap layanan tersebut. Masalah infrastruktur dan jangkauan ke fasilitas kesehatan menjadi kendala, sehingga banyak masyarakat yang tidak dapat memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia.
-
Di mana jalan rusak yang membuat warga harus menandu pasien? Sejumlah penduduk di Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar, Sumatra Utara, harus berjuang saat merujuk seorang warga sakit menggunakan tandu.
-
Siapa yang mengalami masalah kesehatan di Bali? Pongki menjelaskan bahwa keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan istrinya. 2 Sophie mengalami masalah kesehatan, namun setelah pindah ke Bali, kesehatannya sangat membaik dan kini sudah pulih sepenuhnya.
-
Siapa yang mengalami gangguan kesehatan? Dalam salinan DKPP, Pengadu (CAT) disebut mengalami gangguan kesehatan usai menjalani hubungan badan yang dipaksa oleh Teradu (Hasyim Asyari) dalam hal ini Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari.
-
Apa yang membuat akses kesehatan di Polewali Mandar sulit? Adapun jalan di wilayah tersebut sudah bertahun-tahun mengalami kerusakan sehingga sulit dilalui kendaraan.
Saat itu, proses kelahiran anak kedua mereka dirujuk bidan yang berada tak jauh dari kontrakannya di Kelurahan Kampung Rambutan, Kecamatan Ciracas, ke Rumah Sakit Pasar Rebo. Anak kedua Maggie, yang bernama Muhammad Danendra Ibrahim ini kemudian mendapat perawatan intensif di ruang NICU.
Saat itu, baik Galih dan Maggie mengaku meminta agar pembayaran dilakukan melalui BPJS, tetapi ditolak pihak rumah sakit dengan alasan permohonan telat. "Kami mengajukan pembiayaan melalui BPJS, namun ditolak karena terlambat membuat permohonan. Apalagi dalam mengurus pembuatan BPJS sangat terbatas waktunya," ujar Galih saat ditemui di Rumah Sakit Pasar Rebo, Minggu (10/5).
Karena penolakan tersebut, mereka harus menanggung beban biaya perawatan sebesar Rp 64 juta. Keduanya mengaku keberatan dengan biaya yang ditanggungkan tersebut secara tunai.
"Kami berusaha menemui pihak rumah sakit dan meminta agar pembayaran bisa dicicil. Saat itu ada kesepakatan dan pihak rumah sakit berjanji akan melakukan survei, namun hingga saat ini belum ada survei dari rumah sakit ke rumah kami. Kami takut kalau biaya akan semakin membengkak jika masih dirawat, padahal kondisi anak kami sudah dinyatakan sehat dan bisa dibawa pulang," ucap Galih.
Selain itu, Maggie mengaku pernah mendapat intimidasi dari paramedis yang mengurus bayinya. "Waktu itu, istri saya pernah dibilang kalau tidak melunasi, anak kami akan diserahkan ke panti asuhan. Bentuk intimidasi ini terjadi, karena kami rasakan seperti ada miss komunikasi antara birokrasi dengan medis. Bahasa seperti itu seharusnya tidak keluar dari paramedis yang bertugas," tandas Galih. (mdk/gil)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Singkat cerita, pada saat bayi LAH dirawat di RS tersebut pihak nakes sempat meminta biaya menebus obat dan alat medis kepada Chintia.
Baca SelengkapnyaBayi tersebut diantar berobat ke IGD RS Sumber Waras oleh orang tuanya. BPJS yang dipakai untuk menangani anaknya ternyata ditolak.
Baca SelengkapnyaRSAB Harapan Kita berjanji menangani bayi berinisial LAH secara optimal.
Baca SelengkapnyaSeorang bayi bernama Aditya harus mengalami masalah kesehatan yang hampir merenggut nyawanya.
Baca SelengkapnyaRSAB Harapan Kita juga berjanji akan memberikan perkembangan penanganan anak dari Chintia Suciati (29) tersebut secara terbuka kepada masyarakat.
Baca SelengkapnyaSang ibu menuntut pertanggungjawaban kepada pihak rumah sakit.
Baca SelengkapnyaArif menceritakan bahwa dirinya orang tidak punya (miskin), tinggal di kilometer 68, Sukawijaya, Kabupaten Muaro Jambi.
Baca SelengkapnyaBocah yang sakit itu sudah tampak lemas. Hidungnya terus mengeluarkan darah.
Baca SelengkapnyaKasus bayi alami kritis karena diduga jadi korban kelalaian perawat.
Baca SelengkapnyaDedi mendapat kesempatan bertemu dengan Kalapas IIB Purwakarta dan terkejut saat tahu anggaran kesehatan dari negara untuk ratusan napi.
Baca SelengkapnyaDalam surat tertulis bagaimana cara merawat sang bayi dan kebiasaannya.
Baca SelengkapnyaKarena tak kunjung dibayar, ibu korban melapor ke polisi dengan dalih anak hilang.
Baca Selengkapnya