Calo nomor antrean di RS Tarakan patok tarif Rp 50 ribu-Rp 100 ribu
Merdeka.com - Ety Erlina (44) warga Karang Anyar, Jakarta Pusat menemukan adanya praktik percaloan nomor periksa di Rumah Sakit Umum Tarakan, Jalan Kyai Caringin No 7 Jakarta Pusat. Temuan itu dia laporkan ke Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi.
Ety menceritakan percaloan yang dialami. Saat itu, suaminya Uhi Permana (45), penderita sakit kanker darah harus menjalani pengobatan di RS Dharmais, Jl Letjen S Parman, Jakarta namun dipindahkan ke RS Tarakan. Kejadian tersebut terjadi, Kamis (25/8) lalu.
Namun ketika sudah dirujuk ke RS Tarakan, kata Ety, dia malah mengalami kesulitan saat akan mengantre untuk berobat. Padahal, dia dan suami sudah datang lebih awal untuk mendapatkan antrean lebih cepat. Tetapi datang pagi pun, kata Ety, tetap saja antrean nomor 35.
-
Kenapa pemburu diskon rela mengantre lama? Discount hunter kadang terlihat tidak masuk akal. Bagaimana tidak? Kamu rela mengantre lama dan berdesak-desakan.
-
Bagaimana pria itu mencari pembeli? Ia harus berjalan mencari para pembeli dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
-
Bagaimana oknum meminta uang dari dokter Aulia? Dijelaskan bahwa oknum di PPDS Anestesi Undip ini meminta uang senilai Rp20-40 juta. Permintaan uang ini bahkan berlangsung sejak dokter Risma masuk PPDS Anestesi sekitar bulan Juli hingga November 2022 lalu.
-
Bagaimana pelaku jual obat di Tasikmalaya? 'Awalnya mereka menyebarkan informasi dari mulut ke mulut, menawarkan obat ini dengan janji tidur yang nyenyak,' tambahnya.
-
Apa yang dialami Supriyaty saat menerima pasien? Tiba selepas salat Isya sekitar Maret 2020, Supriyaty tengah sibuk mengecek pesan di telepon pintarnya. Di tengah lingkungan rumah yang sepi, Padukuhan Priyan, Desa Trirenggo, Kecacamatan Bantul, Kabupaten Bantul, tiba-tiba sebuah mobil berisi pasangan suami istri masuk ke halaman rumahnya.
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
"Saya udah berangkat subuh-subuh tapi tetap saja dapet nomer antrean 35 di RS Tarakan," kata Ety saat melaporkan kepada Prasetio kantor DPRD DKI, Jakarta, Jumat (26/8).
Ety menceritakan, tidak hanya dia yang mengalami hal tersebut, beberapa pasien yang akan berobat sampai rela tidur di RS Tarakan untuk mendapat nomer antrean terbelakang. "Tetap saja dapat nomer antrean segitu," cerita Ety.
Lalu, kata Ety, menurut beberapa pasien yang akan berobat juga pernah ditawarkan untuk mendapatkan antrean lebih awal. Tetapi Ety mengaku tidak pernah ditawari untuk membeli tiket antrean tersebut. "Katanya sih tarifnya Rp 50 ribu - Rp 100 ribu ya pokoknya antrean itu 1-20 sudah tidak ada," kata Ety.
Calo tersebut tidak memakai pakaian dinas RS tetapi memakai berpenampilan layaknya pasien biasa yang akan berobat.
"Perawakannya hitam, berbadan besar, dan tidak memakai seragam RS," tutup Ety.
Diketahui sebelumnya, Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi menemukan adanya praktik kecurangan di RSUD milik Pemprov DKI. Praktik pencaloan itu kata dia dilakukan oleh petugas rumah sakit dengan mengelabui pasien soal ketersediaan kamar inap.
Hal itu bermula saat dirinya mendapat laporan dari masyarakat yang tak mendapat ruang di salah satu RSUD. Dari informasi yang diterimanya, dia pun kemudian menelusuri dugaan praktik kecurangan tersebut.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Momen antrean takjil dari jam 2 siang curi perhatian. Bahkan pedagang tak datang akhirnya pakai calo.
Baca SelengkapnyaRefund hanya dapat dilakukan untuk seluruh e-materai dalam satu invoice.
Baca SelengkapnyaDi media sosial ada beberapa netizen yang menyebutkan e-materai dapat dibeli di gerai minimarket seperti Indomaret.
Baca SelengkapnyaBuruknya pelayanan e-meterai oleh Peruri menyebabkan kesulitan masyarakat saat mendaftar CPNS 2024.
Baca SelengkapnyaPartner In Crime, Calo dan Honorer Dispendukcapil Malang Pungli Warga Urus KTP hingga KK
Baca SelengkapnyaMaraknya penjualan e-materai oleh calo, pelamar CPNS kini semakin khawatir mengenai keaslian e-materai yang telah mereka beli.
Baca SelengkapnyaPeruri menjelaskan pihaknya telah menyiapkan dan meningkatkan kapasitas infrastruktur serta menyediakan website khusus untuk pembelian e-materai.
Baca SelengkapnyaPara calo ini menjual e-materai dengan harga yang sangat tinggi, mulai dari Rp30.000 hingga Rp120.000 per pcs.
Baca SelengkapnyaSejumlah pelamar menghadapi kendala dalam memperoleh e-materai yang diperlukan untuk melengkapi dokumen persyaratan mereka.
Baca Selengkapnya'Saya suami istri, dimintai ongkos Rp500.000 buat berdua. Padahal biasanya cuma Rp100.000."
Baca SelengkapnyaKenaikan tarif layanan medis ini untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan untuk memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan.
Baca SelengkapnyaPembelian e-meterai melalui platform resmi menjadi tidak dapat diakses.
Baca Selengkapnya