Cerita Ahok perjuangkan Djarot jadi wagub agar direstui Megawati
Merdeka.com - Calon petahana Basuki Tjahaja Purnama bersama tiga partai pengusungnya akan mendaftarkan pencalonan untuk Pilgub DKI 2017 pada 19 September mendatang. Tiga partai tersebut yakni Partai Golkar, Partai NasDem dan Partai Hanura.
Soal wakil gubernur, sejauh ini dia masih memilih Kepala BPKAD, Heru Budi Hartono, untuk mendampingi. Ahok, sapaan Basuki, mengaku tiga partai itu termasuk Teman Ahok juga tak masalah bila dirinya memilih Heru sebagai pasangan duetnya.
"Dari awal mereka sudah terserah saya. Aku juga gitu kok, pernyataan sikap ku juga mau Heru kok he-he, ya kan." kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (8/9).
-
Bagaimana cara Pilkada DKI 2017? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Kenapa PDIP melobi PKB untuk Pilkada Jakarta? 'Atas dasar fakta itu, kami berniat menjalin kerja sama politik dengan PKB. Waktu itu kan PDIP belum bisa mengajukan calon sendiri sebab Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60 yang membolehkan kami mengajukan calon sendiri belum ada,' tambah dia.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Pada putaran pertama, ada tiga pasangan calon: Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat; Anies Baswedan - Sandiaga Uno; dan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni.
-
Siapa yang ingin diusung oleh PDIP? 'Kalau memang misalnya Pak Anies berpasangan dengan kader kami jadi wagubnya,' Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto kepada wartawan.
Meskipun sampai saat ini, nama wagub masih diisi Heru, bukan berarti Ahok menutup pintu untuk wagubnya saat ini, Djarot Saipul Hidayat untuk dipasangkan kembali.
"Kalau PDIP mau gabung?" ucapnya santai.
Andai kata pun tidak, Ahok mengaku sudah cukup berterima kasih bisa berpasangan bersama Djarot selama dua tahun terakhir. Dia membongkar sedikit ihwal penunjukkan Djarot sebagai cawagub menggantikan dirinya sebagai gubernur saat Joko Widodo menang di Pilpres 2014.
"Kita harus hargain Pak Djarot yang sudah bareng. Istilahnya, teman-teman Pak Djarot, dulu kamu ngotot pilih Djarot. Sebetulnya PDIP itu bukan mau Djarot, mau Boy Sadikin. Itu semua orang tahu. Tapi saya kenal Djarot dari tahun 2005, dia wali kota, saya Bupati. Orang ini jujur, oke, saya kenal dia gitu loh," jelasnya.
"Memang dia orang politik lah, dia enggak bisa kerja full karena dia Ketua DPP mesti keliling, ke mana-mana. Tapi orangnya oke lah," sambungnya.
Sebenarnya, Ahok pribadi bisa memilih anak buahnya, Sarwo Handayani, saat itu. Namun PDIP lewat ketua umumnya Megawati Soekarnoputri berpesan sebagai partai pendukung, mereka tak seenaknya ditinggalkan begitu saja seperti yang dialami Partai Gerindra.
"Cuman Bu Mega waktu itu ngomong kan, 'Kamu enggak bisa dong seolah-olah partai semua dibuang'. Oke saya ngotot Djarot, ibu pun bilang, dulu ngotot gitu loh. Sama kayak kita menikah kan, tiba-tiba mau balikin anak orang pasti mertua tanya dong, emang anak gua ada salah apa? Pasti nanya kan? Dulu kamu yang ngotot, bukan kami yang paksa loh. Sampai lawan semua. Dulu saya lawan waktu itu, pokoknya saya enggak mau, saya maunya Djarot aja. Akhirnya ibu oke-oke, itu yang pilih saya kok. Sekarang pertanyaannya di balik, 'Ada salah apa sih Djarot sama lu?'. Enggak ada salah juga, itu namanya genit aja nyantol bini baru. Kira-kira gitu kan, gitu aja," beber dia.
Dalam kesempatan yang sama, Ahok menjelaskan komunikasi dengan tiga partai pengusungnya terus berjalan baik bersama relawan Teman Ahok. Ahok merasa tiga partai ini cukup, tapi jika ada yang ingin bergabung, dia tak masalah selama dirinya tak mengeluarkan duit untuk keperluan kampanye.
"Nah sekarang partai 3 kan sudah komitmen mau ngusung saya, ya sudah, kalau yang mau ikut ya silakan. Saya sudah bilang sama partai-partai ini, gua enggak mau keluar duit ya, lu enggak usah bikin acara macem-macem lho. Aku sudah ngomong, jadi kalau kamu mau bikin acara keluar duit sendiri kamu. Aku cuma mau tanya siapa yang mau jadi saksi, butuh ditraining, partai kalau mau ikutan ya jalan sendiri," katanya.
"Kalau kamu mau bikin acara ya ke luar duit sendiri kamu. Aku cuma mau tanya, siapa yang mau jadi saksi untuk di-training, partai kalau mau ikutan ya jalan sendiri," pungkasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ahok menceritakan hanya Megawati yang mendukungnya sebagai Cagub DKI.
Baca SelengkapnyaAhok mengatakan penolakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendukung capres Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan siap maju Pilkada
Baca SelengkapnyaYunarto juga mengomentari munculnya nama Pramono Anung, sosok yang dekat dengan Jokowi
Baca SelengkapnyaPDIP membuka peluang mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat untuk dicalonkan pada Pilkada Sumut.
Baca SelengkapnyaJika PDIP bersama PKB dan PKS mendukung Anies maka akan semakin bagus dan berpeluang menang.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menantang Partai Keadilan Sejahtera untuk mengusung Ahok.
Baca SelengkapnyaPDIP menyindir banyaknya partai politik yang mendukung Wali Kota Medan Bobby Nasution untuk maju di Pilkada Sumut
Baca SelengkapnyaAhok memutuskan untuk mundur dari Komut Pertamina untuk berkampanye memenangkan Ganjar-Mahfud
Baca SelengkapnyaAlasan Ahok mengundurkan diri dari jabatan Komisaris Utama PT Pertamina agar fokus kampanye mendukung Ganjar-Mahfud dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaDjarot menuturkan, Jokowi yang meminta kepada PDIP agar mengusung keduanya sebagai kepala daerah
Baca SelengkapnyaDjarot membandingkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Joko Widodo.
Baca Selengkapnya