Cerita Muawanah cuma Bisa Berdoa saat Banjir Nyaris 'Mencekik Napas' di Bidara Cina
Merdeka.com - Hujan tak henti-hentinya mengguyur DKI Jakarta dari Selasa malam 31 Desember 2019 hingga Rabu 1 January 2020. Air Kali Ciliwung meluber menggenangi sebagian pemukiman di Kelurahan Bidara Cina.
Kediaman pasangan Muawanah (34) dan Abdul Gofur (37) menjadi salah satu rumah yang terkena banjir. Dia tinggal di Jalan Ujung Lekong RT 09, RW 07 Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara Jakarta Timur.
Rabu pagi sekira pukul 02.00 WIB air perlahan-lahan masuk ke rumah dari ketinggian air 80 centimeter hingga 1,5 meter pada pukul 22.00 WIB.
-
Kenapa Jakarta banjir? 'Penyebab curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung,' ujar dia.
-
Kapan Jakarta banjir? Sejumlah wilayah DKI Jakarta tergenang imbas hujan yang menguyur sejak Kamis (14/3) malam.
-
Di mana saja Jakarta banjir? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. 'Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta,' kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).Adapun data wilayah terdampak diantaranya Jakarta Selatan.
-
Apa makna kata-kata tumbang sakit? Kata-kata tumbang sakit baik sakit hati maupun sakit fisik dapat dijadikan sebagai semacam motivasi untuk diri sendiri agar cepat pulih dan tak berlama-lama terjerumus di dalamnya.
-
Apa arti kata-kata hujan malam hari? Kata-kata hujan malam hari berikut ini bisa menjadi contoh sempurna dari arti setiap tetes hujan yang turun di kala waktu tenang, dikutip dari brilio.net dan everydaypower.com.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Muawanah yang saat itu sedang berada di lantai satu bersama suami dan anaknya Ahmad Alfi (5) serta Ana Surohman (3) bergegas mencari tempat yang lebih tinggi. Rasa khawatir dan takut tak dapat Muawanah sembunyikan.
Muawanah sempat mengusulkan suami untuk beranjak meninggalkan rumah. Namun, suami menguatkan bahwa banjir akan surut.
"Suami bilang ini baru pertama banjir gak bakal gede. Jadi kita tidak usah keluar," tutur Muawanah menirukan suara suami.
Prediksi suami Muawanah meleset, semakin malam genangan air. Bahaya tenggelam di depan mata. Bayangkan betisnya sudah terendam. Padahal posisinya berada lantai dua. Ia berdiri sambil menggendong anaknya yang masih balita.
Kala itu, terucap di bibir malam ini menjadi yang terakhir melihat alam semesta.
"Saya kejebak dari malam Kamis sampai Subuh. Saya dalam hati bergumam, 'aduh aku mau meninggal nih'," ucap Muawanah.
Tubuhnya menggigil. Rasa lapar terus menguntit. Tapi apa daya, yang bisa dilakukannya hanyalah memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Sebuah keadaan yang sangat menyiksa. Bagi Muawanah, rasanya ia tak pernah berada dalam situasi yang serba sulit dan mencemaskan seperti ini.
"Seharian makan cuma sekali waktu jam 11 pagi saja. Dalam keadaan lapar Saya terus gendong anak paling kecil. Anak yang pertama sudah nangis karena kakinya kedinginan," ujar dia.
Suami menghubungi adik iparnya yang berada di posko pengungsian. Ia meminta dipanggilkan Tim SAR ke rumahnya. Akhirnya, pada Kamis pagi Muanawah dan keluarganya berhasil dievakuasi.
Muanawah kini mengungsi sementara di Kelurahan Bidara Cina, ia tinggal bersama 439 pengungsi lainnya.
"Kami ada mendirikan delapan posko. Tiap posko setidaknya didiami puluhan orang hingga ratusan orang," kata Aya Petugas Kampung Siaga Bencana dan PKk Kelurahan Bidakara Cina, Jumat (3/1/2020).
Aya mengatakan, saat ini jumlah pengungsi terus berkurang. Rata-rata para pengungsi sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
"Yang tinggal di sini mungkin yang rumahnya masih banyak lumpuh," tutup dia.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kehilangan orang terkasih merupakan kondisi berat yang tak mudah untuk dilalui.
Baca SelengkapnyaBanjir bandang melanda Pekalongan, Jawa Tengah usai hujan deras
Baca SelengkapnyaWarga yang rumahnya terseret arus sungai sampai saat ini masih mengungsi di rumah ibadah di Desa Tayawa.
Baca SelengkapnyaSebelum kejadian, wilayah Kabupaten Tasikmalaya diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaHujan yang membawa angin kencang tersebut turut membuat kilatan petir di langit Makkah.
Baca Selengkapnya