Cerita warga Kalijodo rumahnya pernah diserobot Daeng Azis
Merdeka.com - Kawasan hiburan malam Kalijodo yang berdiri sejak tahun 1960 ternyata memiliki 'bos besar' yang disegani warga sekitar. Abdul Azis atau Daeng Azis yang kerap dipanggil oleh warga tak hanya sebagai bos yang disegani tetapi juga ditakuti.
Seorang perempuan berumur lebih dari 60 tahun menceritakan kisahnya saat rebutan lahan dengan bos Kalijodo tersebut.
"Itu dulu punya saya, rebutan sama daeng. Dia yang menang," ujar perempuan yang enggan disebutkan namanya kepada merdeka.com seraya menunjuk sebuah bangunan bercat hijau yang pernah menjadi miliknya tahun 1980-an, Kamis (25/2).
-
Mengapa Kalijodo diubah? Kawasan Kalijodo sebelumnya dikenal sebagai sarang judi dan prostitusi.
-
Di mana Kalijodo berada? Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menemukan lapak jualan yang padat, bangunan retak, hingga sampah yang menggunung.
-
Siapa yang mengubah Kalijodo? Hingga pada tahun 2014, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, menyulap Kalijodo menjadi RTH dan RPTRA.
-
Apa yang dibangun di Kalijodo? Hingga pada tahun 2014, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, menyulap Kalijodo menjadi RTH dan RPTRA.
-
Kapan Kalijodo dibenahi? Kalijodo setelah 5 tahun yang lalu kita benahi menjadi RTH-RPTRA.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
Perempuan yang sekarang tinggal di daerah Cengkareng ini mengaku kesal dan jengkel dengan kelakuan Azis kala itu. Lantaas, ia bersyukur akan yang menimpa Azis saat ini.
"Syukurin Daeng, udah dapet balasannya sekarang. Saya sumpah-sumpahin. Dulu dia rebut rumah saya. Saya minta rumah dibayar tapi rendah banget harganya," tambah perempuan berkerudung kuning dan bergincu merah.
Janda yang sudah menempati Kalijodo dari awal tersebut sekarang tinggal menertawai apa yang menimpa Azis.
Terkait temuan sejumlah senjata tajam oleh pihak kepolisian beberapa waktu lalu, ia pun tak terkejut. Paasalnya, para preman di kawasan wisata 'birahi' itu memang kerap menggunakan senjata tajam untuk melindungi diri.
"Itu mah udah dari lama, panah, tombak. Dari dulu udah dipake. Sama premannya Daeng. Banyak disini. Tapi gatau kalau sekarang. Simpenan aja mungkin. Jaga- jaga," tandasnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengunjungi rumah lama, wanita ini kaget barangnya dicuri dari sofa, meja hingga pagar besi ludes. Ia curhat kecewa dengan sikap tetangga.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaRumah ini ternyata pemberian dari seorang kiai. Begini potretnya yang bikin miris.
Baca SelengkapnyaKondisi A sempat lumayan parah sehingga tidak bisa bangun selama dua hingga tiga hari.
Baca SelengkapnyaWarga kadang mendengar suara rintihan dari rumah pelaku.
Baca SelengkapnyaBasecamp narkoba tersebut sudah tidak lagi beroperasi.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang tak lagi belia, dia terpaksa tinggal sebatang kara. Bahkan, tempat tinggalnya hanya berupa gubuk sederhana berdinding karung goni.
Baca SelengkapnyaPernah merasakan dinginnya jeruji besi ternyata tak membuat Masriah kapok.
Baca SelengkapnyaSetiap hari Ngadenin (63) harus berjalan melalui selokan sempit yang menjadi akses satu-satu jalan ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaDaratan hingga rumah penduduk terancam hilang akibat abrasi yang terus terjadi
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca Selengkapnya