Curhat nelayan, anaknya putus sekolah karena reklamasi
Merdeka.com - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik dan Anggota Komisi A Syarif menerima perwakilan dari Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (AMJU). Kepada keduanya, Bobon, warga Kalibaru, Jakarta Utara, meminta anggota dewan meninjau kawasan mereka tinggal.
Bobon merasa sakit hati karena Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, menganggap nelayan di Jakarta tidak ada sehingga membiarkan proyek reklamasi. Dia makin marah saat Ahok, sapaan Basuki, seenaknya mengatakan tidak ada ikan di teluk Jakarta.
"Kakek kami nelayan. Bapak kami nelayan. Dan kami nelayan. Masak empang yang ukurannya 5x5 ada ikan. Apalagi lautan yang begitu luasnya," tegasnya di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (20/5).
-
Apa yang dikeluhkan nelayan Indramayu kepada Ganjar? Mereka mengeluh harus menyetor uang keamanan kepada preman.
-
Siapa yang prihatin dengan banjir rob Demak? Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Tengah Sudaryono mengaku prihatin dengan banjir rob yang melanda pesisir Demak, Jawa Tengah.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Siapa yang memprotes kejadian tersebut? Diketahui, terekam video yang beredar di media sosial salah satu pendukung mengacungkan tiga jari saat debat capres berlangsung. Hal tersebut pun menuai protes dari pihak 02 yakni Grace Natalie.
-
Kenapa KKP memberikan dukungan kepada nelayan di Cilacap? Dukungan tersebut merupakan upaya KKP mendorong budaya korporasi sekaligus membangun ekosistem hulu-hilir perikanan sebagaimana arahan Presiden Republik Indonesia dalam rapat terbatas pada 6 Oktober 2020.
-
Bagaimana Ganjar tanggapi keluhan nelayan? Usai berdialog, Ganjar menegaskan bahwa praktik semacam itu tidak dibenarkan. Hal itu menjadi tugas bagi pemerintah memberikan edukasi sehingga membuat nelayan tidak merasa penyetoran uang ke preman adalah kewajiban.
Dia mengeluhkan reklamasi membuat tangkapan minim dan pendapat menurun. Untuk mendapat ikan, jarak yang ditempuh kini lebih jauh.
"Sebelum ada reklamasi kami menyekolahkan anak kami SMA lulus semua. Tapi setelah ada reklamasi, satu anak sekolah kami putus. Penghasilan kami menurun, apalagi pelabuhan sudah ditutup dengan reklamasi," tegasnya.
Dalam kondisi seperti ini, Bobon merasa nasib mereka seperti jatuh kemudian tertimpa tangga. Sebab, setelah mendapatkan perlakuan demikian, anggota dewan tak ada satupun yang prihati dengan nasib nelayan.
"Dateng ke tempat kami. Lihat wilayah kami. Kami tidak pernah mendapatkan bantuan sama sekali," tutupnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyek reklamasi di teluk Jakarta berdampak pada banyak hal, salah satunya membuat hidup nelayan Muara Angke semakin susah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaSambil menahan tangis, Aya menjelaskan anak didiknya putus sekolah dan memilih menjadi kenek sopir truk.
Baca SelengkapnyaTidak ada lagi jalan setapak menuju desa. Semua tenggelam dalam rob.
Baca SelengkapnyaHasil tangkapan nelayan Dadap mengalami penurunan drastis akibat gencarnya pembangunan di pesisir utara Jakarta.
Baca SelengkapnyaMereka berharap, pemerintah membantu untuk meningkatkan kualitas lingkungan di Muara Angke.
Baca SelengkapnyaBeredar di media sosial, warga ramai-ramai mancing di sebuah kubangan. Terlihat lubang tersebut berukuran cukup besar dan berada di tengah jalan.
Baca SelengkapnyaMasuknya modal asing dan kapitalisme modern mendorong munculnya pranata ekonomi baru di kalangan masyarakat nelayan.
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaSebelumnya warga sudah sempat memperbaiki jalan tersebut, namun akhirnya rusak kembali.
Baca SelengkapnyaIdia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.
Baca Selengkapnya