Curhatan Juju, puluhan tahun tinggal di Kalijodo kini harus tergusur
Merdeka.com - Sejak beberapa tahun lalu, Juju (48) mencoba hidup di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, meski seorang diri. Anak dan suaminya sudah meninggal beberapa tahun lalu. Jantungnya berdegup kencang saat petugas kecamatan mengetuk pintu rumah berukuran 2x3 meter.
"Jantung saya deg-degan pas ada yang ngetuk pintu. Saya takut pas buka udah banyak yang ngerubungin," kata Juju yang ditemui merdeka.com, Kamis (18/2). Juju kala itu sedang bercerita dengan tetangganya.
Tinggal sebatang kara di Jakarta membuat dirinya resah saat menerima surat pemberitahuan pertama (SP1) dari petugas kecamatan untuk mengosongkan tempat tinggal. Beberapa hari ini makan dan tidurnya tak enak. Ia mengaku tak tau harus ke mana jika tempat tinggalnya sekarang digusur pemerintah.
-
Apa yang terjadi pada keluarga di Malang? Polisi menduga tiga orang dalam satu keluarga yang meninggal dunia di Kabupaten Malang bunuh diri bersama-sama.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Di mana kampung perempuan itu berada? Sebuah kampung umumnya dihuni secara majemuk oleh berbagai lapisan masyarakat. Namun sebuah kampung di Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat diketahui berbeda dari permukiman warga lain.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Apa ciri khas kampung Bali di Kalimantan Barat? Di kampung Bali, Desahan Jaya terdapat sebuah Pura yang cukup besar dan luas. Bangunan ini pastinya menambah suasana khas Bali yang begitu kental dan terasa.
-
Dimana lokasi Kampung Jawa? Kampong Sri Arjuna, tepatnya berada di Sarawak, Malaysia.
"Dasar Ahok aja yang bego," ia mengumpat.
Meski memiliki KTP Jakarta, dia tetap enggan jika diminta pindah ke rusun yang disediakan, apalagi bila lokasinya jauh dari Kalijodo. Di usia yang tidak lagi muda, dia mengaku bingung mencari tempat berlindung.
"Kalau udah di sana mau usaha apa, makan dari mana. Kalau dipindah ke yang deket saya mau. Kalau harus ke Marunda saya enggak mau. Udah tua, udah nenek-nenek, jauh dari saudara saya enggak mau," tutur Juju sambil menggulung-gulung surat edaran yang diberikan kepadanya.
Selama empat tahun terakhir ia membuka usaha warung kecil-kecilan di Kalijodo. Warungnya hanya diisi dengan minuman ringan, rokok dan camilan seadanya. Dari warung itu, dia mendapat penghasilan paling besar Rp 200.000 sehari.
"Dapat dua ratus aja sudah Alhamdulillah saya. Warung cuma buat makan aja. Saya orang susah, rumah aja tuh liat kaya gitu," kata juju sambil menunjukkan rumah yang gelap tanpa pencahayaan.
Kepada merdeka.com ia mengatakan tahun 1992, wali kota saat itu mengizinkan warga untuk tinggal di bantaran kali kanal barat. Dengan catatan kapanpun pemerintah meminta warga harus pindah dengan sendirinya.
"Kata Pak wali kota dulu boleh dibangun tapi kalau mau dipake harus ngerti yah," ucap Juju menirukan wali kota kala itu.
Meski menyadari dirinya menempati tanah negara, namun cara yang dilakukan meninggalkan bekas luka. Dalam waktu tujuh hari ia harus mencari tempat tinggal baru atau berbesar hati direlokasi ke rusun.
"Sakit, saya sakit banget. Kalau yang lain sih enak punya banyak duit bisa pindah ke mana aja, kalau saya sebatang kara enggak punya duit harus ke mana?," ungkapnya berkaca-kaca.
Tinggal di kawasan prostitusi membuatnya enggan cerita kepada keluarga besarnya. Sanak famili hanya tau ia tinggal di Jakarta Utara. Untuk itu ia merasa malu jika harus meminta bantuan dari keluarganya tersebut.
"Kalau nyari kontrakan dapat ya pindah kalau enggak dapet ya mau enggak mau pindah ke rusun. Tapi kalau jauh saya tetap enggak mau," ia mengakhiri.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Putri tinggal di rumah reyot dan sebatang kara tengah viral. Kondisi ini membuat hidupnya serba kesusahan
Baca SelengkapnyaHidupnya sebatang kara. Tinggal di rumah reyot di tengah gemerlap ibu kota Jakarta. Dia adalah Diah Aristy Kusuma Putri (42) alias Diah Putri.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaKondisi Diah Aristy Kusuma Putri atau akrab disapa Putri sangat memprihatinkan. Wanita mengaku mantan model majalah dewasa itu sedang jadi sorotan.
Baca SelengkapnyaMemakai dress hitam sambil duduk di kursi plastik, Putri mengaku pernah menikah dengan pria warga negara asing atau WNA.
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca SelengkapnyaLantaran konflik warisan, dia mengaku telah dicoret dari Kartu Keluarga (KK). Bahkan, dia telah memiliki akta kematian kendati masih hidup.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaKini tak lagi didampingi suami, wanita itu tinggal di gubuk sederhana sekaligus hidup menggunakan uang tabungan senilai puluhan juta.
Baca SelengkapnyaKeluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaKorban penggusuran Dukuh Pakis curhat nasib yang ia alami usai rumahnya digusur. Ia kebingungan hendak tinggal di mana.
Baca Selengkapnya