Djarot: Warga Jakarta jenuh dihasut isu SARA
Merdeka.com - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat menanggapi soal beredarnya spanduk yang bertuliskan ‘Warga Jakarta Sudah Bosan dengan Isu SARA’. Menurutnya, emang sudah seharusnya sikap warga Jakarta.
Seperti dilansir jakartaasoy.com, Djarot menilai warga sudah jenuh karena selalu memainkan isu SARA seperti itu.
"Ya bosenlah (dengan isu SARA), memang seharusnyalah. Di gorang-goreng terus masalah isu SARA, utamanya agama, ya bosen, jenuh," katanya.
-
Kenapa SARA jadi isu sensitif di Indonesia? Keberagaman suku, ras, dan agama menjadi isu sensitif semenjak praktik politik identitas mulai digunakan oleh para elite politik dalam kampanye-kampanyenya.
-
Kenapa SARA sering jadi penyebab konflik? Konflik horizontal terbentuk antara individu atau kelompok yang memiliki identitas SARA yang berbeda, sedangkan konflik vertikal terbentuk antara kelompok yang memiliki perbedaan status atau kekuasaan.
-
Apa itu SARA? SARA adalah singkatan dari suku, agama, ras, dan antargolongan, yang merujuk pada faktor-faktor identitas yang sering kali menjadi penyebab konflik horizontal dan vertikal dalam masyarakat.
-
Bagaimana SARA dikonstruksikan? Para pemegang kekuasaan seringkali menggunakan identitas SARA sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan mereka.
-
SARA kepanjangan dari apa? Mengutip Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada oleh Heru Nugroho, kepanjangan SARA merupakan akronim dari Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
-
Mengapa orang melakukan diskriminasi? Dari segi psikologi, seseorang yang melakukan sikap diskriminasi, mungkin dipengaruhi oleh faktor sejarah atau masa lalu. Bisa jadi, orang yang melakukan diskriminasi, pernah mendapatkan perlakuan yang berbeda dan tidak adil oleh orang lain.
Sebelumnya, dikatakan Djarot, dirinya sudah sejak lama menyampaikan agar seluruh masyarakat bisa memisahkan antara masalah agama dan politik di Pilkada.
"Harusnya dibedakan karena kita ini kan warga diminta untuk memilih pemimpin pemerintahan dan ini kan bukan hanya Pilkada itu bukan hanya di Jakarta saja, tapi di seluruh Indonesia," ucap Djarot.
Dia menceritakan, saat menghadiri acara pengajian di Saung Rawa Lele, Kalideres, Jakarta Barat. Kala itu, ada pengajian tandingan untuk menyaingi acara yang dihadiri Djarot dengan memasang kaset atau CD ceramah di masjid.
"Sekarang ada satu gejala baru, pengajian cukup muter pakai CD, seperti beberapa tempat yang saya diundang untuk pengajian, sebelahnya masjid pasang CD jemaahnya enggak ada, ini apa-apaan," papar dia.
"Oleh sebab itu, saya selalu sampaikan please, tolong ya, tolong pisahkan masalah Pilkada politik itu dengan masalah agama, kita sudah sepakat. Sumpah Pemuda itu belum dicabut, kan Sumpah Pemuda kita adalah satu saudara, sebangsa, setanah air, menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia," pungkas Djarot. (mdk/ibs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberagaman suku, ras, dan agama menjadi isu sensitif semenjak praktik politik identitas mulai digunakan oleh para elit politik dalam kampanye-kampanyenya.
Baca SelengkapnyaSARA adalah singkatan dari suku, agama, ras, dan antargolongan.
Baca SelengkapnyaSentilan ini merespons sejumlah pernyataan Maruarar soal Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Baca SelengkapnyaPidato Ganjar Pranowo saat pengundian nomor urut di KPU RI untuk menyuarakan suara rakyat
Baca SelengkapnyaApabila Suswono tidak hadir, maka sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang ada, Bawaslu DKI Jakarta akan melakukan pemanggilan kembali.
Baca Selengkapnya