DKI gelontorkan Rp 900 M olah sampah termal
Merdeka.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menerapkan sistem pengolahan sampah dengan proses termal di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, senilai Rp 900 miliar.
"Pengolahan sampah secara termal ini ramah terhadap lingkungan sehingga tidak menimbulkan pencemaran," kata Kepala BPPT Unggul Priyanto, di Bekasi, Rabu (21/3).
Dia mengatakan, pengolahan sampah secara termal atau pengawetan dengan energi panas ini dapat menghasilkan listrik.
-
Bagaimana TPST Kedungrandu mengolah sampah? Sampah itu selanjutnya diproses dengan mesin untuk memilah sampah anorganik atau sampah residu. 'Potensi sampah anorganik sekitar 20 persen, potensi residu sekitar 10 persen. Itu yang dipisahkan di awal dengan mesin conveyor,' ujar Wahidin.
-
Bagaimana cara mengatasi masalah sampah di Bantargebang? Demi menghindari longsor, maka dilakukan teknik terasering. "Jadi langkah itu yang kita terapkan sembari menunggu dibangunnya ITF di Jakarta.," kata Kepala Satuan Pelaksana TPST Bantargebang UPST DKI Jakarta, Handoko Raitno Solusi Lain Tahun ini, pabrik pengolah sampah atau refuse-derived fuel (RDF) plant akan dibangun di Bantargebang.
-
Kenapa sampah plastik diolah di Bandung? Upaya warga sendiri merupakan langkah preventif untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan berpotensi menumpuk hingga ribuan tahun.
-
Apa yang dilakukan Pemkab Bantul untuk mengatasi sampah? “Mohon kerja sama kabupaten/kota untuk mengambil langkah-langkah penanganan sampah secara mandiri di wilayah masing-masing. Penutupan itu juga hasil kesepakatan rapat Sekda DIY dengan Sekda Kabupaten Sleman, Sekda Kabupaten Bantul, dan Sekda Kota Yogyakarta,“ katanya melalui sebuah surat edaran.
-
Bagaimana sampah plastik diolah di Bandung? Sisi kreativitas ditampilkan sejumlah warga di Kota Bandung, Jawa Barat. Mereka mencoba menjawab permasalahan sampah plastik dengan menyulapnya menjadi kerajinan cantik dan unik.
-
Dimana sampah plastik diolah di Bandung? Berlokasi di Jalan Dago Pojok No 112, Dago, komunitas ini menggagas pengolahan sampah plastik menjadi karya seni wayang.
"Pilot project ini mempunyai kapasitas 50 ton per hari, dengan hasil listrik 400 Kw, menggunakan teknologi termal tipe Stoker-grate," kata Unggul saat peletakan batu pertama di TPST Bantargebang dilansir Antara.
Menurut dia, daerah besar seperti DKI dengan produksi sampah sekitar 7.000 ton per hari memerlukan teknologi sebagai solusi penanganan sampah secara cepat, tepat, signifikan dan ramah lingkungan.
"Teknologi ini sudah proven dan paling banyak dipakai di negara maju seperti Jepang, Jerman dan negara-negara di Eropa lainnya," ujarnya.
Meski digunakan oleh negara maju, dia mengklaim PLTSa yang dibangun di Bantargebang ini seluruhnya dilakukan oleh putra bangsa Indonesia. Bahkan dari desain mesin hingga pelaksanaan pengerjaan, tetap dilakukan oleh pekerja dalam negeri, tujuannya untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan kedaulatan bangsa.
"Kami mengharapkan agar PLTSa ini akan selesai dalam satu tahun. Untuk itu diperlukan komitmen tinggi dari kedua belah pihak, serta dukungan dan sinergi antar pemangku kepentingan lainnya," katanya.
Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT Rudi Nugroho menambahkan bahwa pemilihan teknologi termal dilakukan oleh BPPT berdasarkan kriteria Best Available Technology Meet Actual Need (BATMAN), yaitu teknologi terbaik (proven) yang banyak digunakan di dunia, cocok untuk jenis dan kondisi sampah di Indonesia, ramah lingkungan serta memiliki potensi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi.
"PLTSa Bantargebang ini sebagian besar peralatan merupakan produksi dalam negeri. PLTSa terdiri dari empat peralatan utama yaitu bunker terbuat dari concrete yang dilengkapi dengan platform dan crane; ruang bakar dengan reciprocating grate yang di desain dapat membakar sampah dengan suhu di atas 950 derajat Celcius sehingga meminimalkan munculnya gas buang yang mencemari lingkungan," katanya.
Menurut dia, panas yang terbawa pada gas buang hasil pembakaran sampah, digunakan untuk mengonversi air dalam boiler menjadi steam di dalam boiler dan steam yang dihasilkan digunakan memutar turbin untuk menghasilkan listrik.
Proyek ini, kata dia, menggunakan sampah dari TPST Bantargebang dengan desain nilai kalori (LHV) yang ditetapkan sebesar 1.500 kkal/kg, kapasitas sebesar 50 ton sampah/hari dan mampu menghasilkan listrik sekitar 400 kW.
"Produksi listrik ditargetkan minimal dapat mencukupi kebutuhan internal peralatan PLTSa," ujarnya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Suntikan modal tersebut turun karena anggaran untuk pembangunan fasilitas pengolahan sampah Intermediate Treatment Facility (ITF) dibatalkan.
Baca SelengkapnyaPengolahan limpah alat kampanye itu dilakukan berdasarkan jenisnya. Untuk bambu dan kayu akan didaur ulang menjadi kompos.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Bangun RDF Plant Senilai Rp1,2 T di Rorotan, Apa Kelebihannya?
Baca SelengkapnyaPemkab Banyuwangi terus melakukan berbagai langkah pengolahan sampah.
Baca SelengkapnyaProyek ITF sendiri merupakan rencana pembuatan fasilitas pengolahan sampah menjadi tenaga listrik alias ITF yang sebelumnya telah dibatalkan oleh Heru.
Baca SelengkapnyaSIG melalui anak usahanya, SBI, juga menjadi inisiator sekaligus operator fasilitas RDF pertama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaLangkah ini penting dilakukan karena ada 13 juta ton lebih sampah plastik dalam setahun.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah saran yang diberikan Kemendagri kepada Pemprov DKI ihwal pembatalan proyek ITF Sunter.
Baca SelengkapnyaBPKAD DKI mengklaim penyusunan anggaran 2024 sudah melewati penghitungam yang matang dan realistis
Baca SelengkapnyaSebelum di Kota Pekanbaru, PTT PP juga telah membangun SPALDT di Palembang dan Makassar.
Baca SelengkapnyaFasilitas ini dapat membantu mengurangi emisi karbon yang dihasilkan sektor kelistrikan, khususnya dari PLTU.
Baca Selengkapnya