Dua Pelaku Pembobol Bank DKI Masih Terima Gaji

Merdeka.com - Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Arifin mengaku dua anggotanya yang diduga terlibat dalam pembobolan bank melalui mesin anjungan tunai mandiri atau ATM melalui rekening Bank DKI tetap mendapatkan gaji.
Dia menyatakan 12 oknum Satpol PP yang terlibat dalam tersebut 10 di antaranya pegawai tidak tetap (PTT) dan sudah diberhentikan. Sedangkan dua di antaranya PNS dan sekarang dibebas tugaskan.
"Dari ketentuan, mereka masih dapat gaji. Tapi tidak ada TKD (tunjangan kinerja daerah)," kata Arifin di gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (26/11).
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Chaidir menyatakan kedua oknum PNS hanya menerima 60 persen dari gaji pokok dan tanpa tunjangan. Dia menyebut besaran gaji tergantung pangkat dan golongan.
"Meskipun mereka staf biasa, biasanya gaji pokoknya sesuai pangkat golongan. Kalau golongan III, gaji pokoknya hanya Rp2,2 juta kali 60 persen," ujarnya.
Pemberhentian sementara kedua PNS itu, kata dia, sesuai PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS.
"Dalam kasus penyelesaian penyelidikan hukum terutama diduga ranahnya ke pidana, mereka harus diberhentikan sementara," jelasnya.
12 Petugas Satpol PP Diduga Bobol ATM
Sebelumnya, kasus pembobolan uang dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang diduga melibatkan oknum anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta menjadi sorotan publik. Tak tanggung-tanggung, uang yang berhasil dibobol mencapai Rp50 miliar.
Kepolisian pun bergerak menyelidiki kasus pembobolan ATM yang melibatkan oknum aparat pemerintahan itu. Hasil penyelidikan sementara, oknum Satpol PP itu memanfaatkan celah keamanan pada sistem perbankan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengungkapkan, modus pelaku yakni mengambil uang menggunakan kartu Bank DKI di mesin ATM sesuai nominal yang diinginkan. Namun saldo yang terpotong hanya Rp4 ribu, sementara transaksi tarik tunai berhasil.
Yang menjadi masalah, pelaku tidak segera melaporkan kejanggalan itu kepada pihak bank atau kepolisian. Pelaku justru melakukannya berkali-kali. Bahkan mengajak orang lain mencobanya.
"Dia ulangi beberapa kali sejak April hingga Oktober 2019, kemudian disampaikan ke teman-temannya jumlahnya hampir sekitar 41 orang," kata Yusri, Jumat 22 November 2019.
Reporter: Ika DefiantiSumber: Liputan6.com
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya