Gara-gara Jakarta sampai lupa wisata

Merdeka.com - Kerja keras bagi pekerja di DKI Jakarta menjadi sebuah keharusan. Para pekerja berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan tugas dengan harapan mendapat upah tinggi. Kondisi ini akhirnya membuat banyak di antara mereka merelakan waktu berwisata akibat rutinitas padat setiap harinya.
Sebenarnya mereka mempunyai kesempatan untuk berlibur. Namun, mencari tambahan penghasilan justru lebih menggoda ketimbang melihat keindahan alam Indonesia.
Seperti dilakukan Yulia, salah seorang karyawan perusahaan properti di bilangan Jakarta Selatan. Dia mengaku akibat kerjaannya sampai tidak sempat merencanakan waktu berlibur. Godaan menambah pundi-pundi penghasilan lebih dipilih perempuan berusia 34 tahun ini.
Alasannya memilih mencari tambahan penghasilan memang masuk akal. Dia harus memenuhi kehidupan keluarganya meski sampai lupa untuk berlibur bersama.
"Kerja lembur buat tambahan gaji, kan lumayan buat lebaran. Lagi di sini (perusahaan) enggak kasih jatah waktu buat liburan lama-lama," kata Yulia kepada merdeka.com, Jumat kemarin.
Yulia bahkan tidak ingat berapa lama dirinya dan keluarga berlibur ke luar kota. Alasan waktu masih dianggapnya menjadi faktor utama. Alhasil, untuk menghibur diri dari pekerjaan, dia hanya berselancar di dunia maya atau sekedar menikmati pelbagai hal di media sosial pribadinya.
"Ingin juga sih liburan, tapi enggak ada waktu kosong. Lebih banyak kerja daripada liburnya," ungkap ibu satu anak ini.
Begitu juga dirasakan Arif, seorang karyawan bank swasta di kawasan Jakarta Timur. Dia mengaku aktivitasnya lebih banyak dihabiskan di kantor. Bahkan liburan ke luar kita hanya menjadi angan-angan di kepala.
Pria berusia 45 tahun ini mengaku keinginan untuk berlibur sebenarnya begitu besar. Namun, padatnya kerjaan dan tingginya tuntutan kantor membuat dia kerap terkekang. Padahal secara finansial, dirinya tergolong cukup. Lagi-lagi masalah waktu dikeluhkan pekerja di Jakarta.
Duit selama dia bekerja akhirnya hanya masuk ke tabungan dibanding buat liburan. "Saya lebih pilih ditabung aja daripada uang buat liburan," ungkap Arif.
Tidak semuanya pekerja di Jakarta harus lupa wisata akibat kerja. Ada juga mereka bisa memanfaatkan waktu untuk berlibur. Salah satunya dirasakan Septi, karyawan di lembaga pemerintah bilangan Jakarta Pusat. Setiap tahun dia pasti merencanakan liburannya bersama teman-temannya.
Septi biasanya mencari tanggal merah untuk memaksimalkan waktu libur. "Kalau kerja di pemerintahan kan biasanya ada hari libur tangal merah bisa tiga hari. Nah, di situ saya manfaatkan waktu liburan bersama teman-teman. Ya, minimal ke pantai," ujar Septi.
Bagi dara berusia 24 tahun ini, liburan merupakan hal penting untuk menghadapi tiap pekerjaan. Sehingga berwisata bagi dirinya menjadi sesuatu wajib direncanakan tiap tahunnya. "Liburan itu perlu buat refreshing otak. Minimal setahun sekali," tegasnya.
Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Devi Rahmawati, menjelaskan ada dua generasi pekerja di Jakarta. Pertama adalah Generasi X. Generasi ini merupakan mereka kelahiran tahun 1960an. Mereka tentu lebih fokus bekerja dibanding berlibur.
Selanjutnya, ada dinamakan Generasi Milenia. Itu merupakan para pekerja berusia muda dan lebih banyak butuh hiburan demi mendongkrak semangat kerja.
"Generasi Milenia ini mengeluarkan uang untuk berlibur setelah bekerja, sementara Generasi X ini lebih memilih menabung ketimbang harus mengeluarkan uang untuk liburan" terang Dewi.
Liburan memang sesuatu hal menyenangkan. Bagi mereka pekerja Jakarta, sebenarnya banyak lokasi indah untuk sekedar menyegarkan pikiran. Salah satu alternatif liburan dengan suasana alam, yakni mengunjungi Pulau Seribu di utara Jakarta. Banyak pantai indah dengan biaya cukup terjangkau bagi kalangan menengah untuk berwisata. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya