Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Greenpeace Meyakini Konsentrasi Paracetamol di Teluk Jakarta Meningkat Saat Pandemi

Greenpeace Meyakini Konsentrasi Paracetamol di Teluk Jakarta Meningkat Saat Pandemi Awan Cumulonimbus di Langit Perairan Teluk Jakarta. ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Merdeka.com - Juru Kampanye Laut Greenpeace, Arifsyah Nasution menilai temuan konsentrasi zat paracetamol di teluk Jakarta akan semakin tinggi seiring dengan penggunaan obat-obatan di masa pandemi Covid-19. Namun, asumsi ini perlu diteliti lebih lanjut oleh pemerintah.

"Kondisi pandemi yang sudah hampir berjalan dua tahun ini berpotensi menambah persoalan, namun tetap perlu kajian lanjut," ucap Arifsyah kepada merdeka.com, Senin (4/10).

Arif berpandangan, dugaannya tersebut mengacu dari waktu pengambilan sampel oleh peneliti di tahun 2017, di mana belum terjadi pandemi Covid-19. Jika pada tahun tersebut zat parasetamol terdeteksi di teluk Jakarta, Arifsyah meyakini kontaminasi parasetamol akan semakin tinggi di masa pandemi.

"Jadi konsentrasi dan akumulasinya sudah berjalan lama jauh sebelum pandemi menurut dugaan kami," imbuhnya.

Hal yang kemudian menjadi sorotan dan patut menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat adalah pengelolaan limbah farmasi. Dari temuan peneliti tentang kontaminasi zat parasetamol, Arifsyah mengatakan hal itu justru menunjukkan buruknya pengelolaan limbah farmasi.

Kondisi itu, kata Arif, kemudian diperparah oleh pengetahuan masyarakat yang minim tentang bagaimana pengelolaan limbah rumah tangga.

Dia juga menyebutkan, proyek reklamasi juga menyumbang atas buruknya sirkulasi air laut di Jakarta yang diyakini dapat meningkatkan konsentrasi zat parasetamol atau obat-obatan.

"Konsentrasi parasetamol yang terdeteksi tersebut, dapat menunjukkan pula proses sirkulasi dan pergantian masa air di Teluk Jakarta tidak lancar/terhambat karena berbagai proyek reklamasi yang bertahun-tahun berjalan di kawasan pesisir Jakarta."

Sebelumnya, hasil penelitian tersebut masuk dalam publikasi LIPI yang diunggah pada 14 Juli 2021 melalui laman resminya lipi.go.id, terkait tingginya konsentrasi paracetamol di Teluk Jakarta, dengan judul: High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia.

Peneliti tersebut di antaranya Wulan Koagouw dan Zainal Arifin. Keduanya dari dari Pusat Penelitian Oceanografi itu menemukan dari empat titik yang diteliti di Teluk Jakarta, dua di antaranya, yakni di Angke terdeteksi memiliki kandungan paracetamol sebesar 610 nanogram per liter dan di Ancol mencapai 420 nanogram per liter.

Sementara itu, berdasarkan lampiran VIII PP Nomor 22 Tahun 2021, parameter baku mutu air laut mencapai 38 jenis yakni warna, kecerahan, kekeruhan, kebauan, padatan tersuspensi total dan sampah.

Kemudian, suhu, lapisan minyak, pH, salinitas, oksigen terlarut, kebutuhan oksigen biokimia, ammonia, ortofosfat, nitrat, sianida, sulfida, hidrokarbon petroleum total, senyawa fenol total, poliaromatik hidrokarbon, poliklor bifenil, surfaktan, minyak dan lemak.

Selanjutnya, pestisida (BHC, aldrin/dieldrin, chlordane, DDT, heptachlor, lindane, methoxy-chlor, endrin dan toxaphan), tri buti tin, raksa, kromium heksavalen, arsen, cadmium, tembaga, timbal, seng, nikel, fecal coliform, coliform total, pathogen, fitoplankton dan radioaktivitas.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
BRIN Temukan Kontaminasi Paracetamol dalam Sungai Citarum: Bahaya buat Organisme Akuatik & Warga Sekitar
BRIN Temukan Kontaminasi Paracetamol dalam Sungai Citarum: Bahaya buat Organisme Akuatik & Warga Sekitar

Zat tersebut sudah pasti membahayakan kehidupan organisme akuatik

Baca Selengkapnya
VIDEO: Kemenkes Sebut Pasien ISPA 200.000 per Agustus, Tegaskan Tak Sepenuhnya Salah Polusi
VIDEO: Kemenkes Sebut Pasien ISPA 200.000 per Agustus, Tegaskan Tak Sepenuhnya Salah Polusi

Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA tengah menjadi ancaman di Indonesia, khususnya warga sekitar Jakarta.

Baca Selengkapnya
Pencemaran Udara Jadi Penyebab Kematian ke-4 Terbesar di Dunia, Apa Solusinya?
Pencemaran Udara Jadi Penyebab Kematian ke-4 Terbesar di Dunia, Apa Solusinya?

Pencemaran udara ditambah dengan perubahan iklim dan pemanasan mengancam kesehatan manusia.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Kasus ISPA di Jakarta Meningkat Sejak Awal 2023: Tadinya 50 Jadi 200 Ribuan
Menkes Ungkap Kasus ISPA di Jakarta Meningkat Sejak Awal 2023: Tadinya 50 Jadi 200 Ribuan

Peningkatan kasus ISPA itu melonjak akibat polisi udara yang kian memburuk di Jabodetabek.

Baca Selengkapnya
FOTO: Potret Sampah Plastik Cemari Sungai Ciliwung
FOTO: Potret Sampah Plastik Cemari Sungai Ciliwung

Sampah plastik masih menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya
Polisi Ungkap Kasus Gagal Ginjal Akut Terkait BPOM, Temukan Unsur Pidana
Polisi Ungkap Kasus Gagal Ginjal Akut Terkait BPOM, Temukan Unsur Pidana

Bareskrim Polri menaikkan status hukum penanganan kasus dugaan keterlibatan pihak BPOM.

Baca Selengkapnya
Ternyata Sektor Kesehatan Sumbang 5 Persen Efek Gas Rumah Kaca, Begini Cara Mengatasinya
Ternyata Sektor Kesehatan Sumbang 5 Persen Efek Gas Rumah Kaca, Begini Cara Mengatasinya

Perlu dilakukan intervensi demi masyarakat berkembang dan perekonomian tumbuh pesat.

Baca Selengkapnya
Penampakan Perumahan Warga di Kampung Aquarium Lebih Rendah dari Air Laut, Sungguh Mengerikan
Penampakan Perumahan Warga di Kampung Aquarium Lebih Rendah dari Air Laut, Sungguh Mengerikan

Penampakan perumahan warga yang terletak di sekitar kawasan Kampung Aquarium lebih rendah dari pada air laut.

Baca Selengkapnya
Penelitian Terbaru Sebut Masyarakat Indonesia Paling Banyak Terpapar Mikroplastik Dibanding 108 Negara Lain
Penelitian Terbaru Sebut Masyarakat Indonesia Paling Banyak Terpapar Mikroplastik Dibanding 108 Negara Lain

Penelitian terbaru yang dilakukan Cornell University ungkap paparan berlebih mikroplastik terhadap masayarakat Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 di Jakarta Naik Jelang Nataru, Dinkes: Masih Aman & Sangat Terkendali
Kasus Covid-19 di Jakarta Naik Jelang Nataru, Dinkes: Masih Aman & Sangat Terkendali

Sejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.

Baca Selengkapnya
Kementerian Kesehatan Beberkan Penyebab Polusi Udara Jakarta di Acara ISF 2023
Kementerian Kesehatan Beberkan Penyebab Polusi Udara Jakarta di Acara ISF 2023

Padahal, delapan miliar manusia yang hidup di bumi saat ini sangat tergantung pada keanekaragaman hayati termasuk kualitas udara yang bersih.

Baca Selengkapnya
FOTO: Siap-Siap, Jakarta Hadapi Puncak El Nino pada Agustus-September 2023
FOTO: Siap-Siap, Jakarta Hadapi Puncak El Nino pada Agustus-September 2023

Fenomena tersebut ditakutkan akan mengakibatkan kekurangan produktivitas pangan karena kurangnya ketersediaan air. Simak selengkapnya!

Baca Selengkapnya