Hidup Terlunta-lunta Pencari Suaka
Merdeka.com - Ali bersama kawan-kawannya tengah menyeruput kopi di warung belakang eks kodim Kalideres, Jakarta Barat. Warung itu jadi tempat pencari suaka berkumpul kalau tidak sedang berada di gedung bekas kodim. Kebetulan, suasana dalam gedung tengah dijaga ketat karena sosialisasi kepindahan ke tempat baru.
Ada lima orang yang tengah bersama Ali, namun karena gagap bahasa, mereka menyodorkan Ali untuk wawancara. Tiba-tiba suasananya cukup canggung, sebab Ali sendiri cukup terbata-bata berbahasa Inggris.
Ali dan teman-temannya merupakan pencari suaka asal timur tengah. Ali sendiri berasal dari Afganistan. Dia menceritakan, sudah enam tahun menjadi pencari suaka di Indonesia. Dia menjadi pengungsi karena negaranya perang.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Bagaimana kehidupan warga di pemukiman padat? Saat memasuki area perkampungan lebih dalam, kehidupan warganya pun masih begitu terasa.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Bagaimana kondisi rumah di permukiman terbengkalai? Rata-rata, rumah di permukiman padat tersebut masih berbentuk utuh, dan tak jauh dari pinggir jalan.Semakin dalam masuk ke dalam gang, beberapa rumah yang awalnya masih layak ditinggali, perlahan-lahan berganti menjadi rumah yang tampak rusak karena tidak terurus lama.
-
Siapa yang tinggal di kolong rumah? 'Biasanya suara itu terdengar larut malam, dan kami mengira itu hanya hewan yang berada di kolong rumah,' ungkap Ricardo Silva, menantu pemilik rumah tersebut. 'Suara-suara itu mirip ketukan, seperti saat istri saya berjalan, dan terdengar seperti suara balasan dari bawah rumah, sehingga dia berkata, 'kamu tahu ada yang salah'.'
"Saya pergi karena negara dilanda perang," kata Ali berbincang dengan merdeka.com, Rabu (4/8).
Nasib Ali terbilang mujur. Dia datang ke Indonesia karena diboyong UNHCR. Sebuah lembaga PBB yang membantu pengungsi di seluruh dunia. Dia mendaftar sebagai seorang pengungsi. Sementara, ada temannya yang datang ke Indonesia dengan kapal.
Namun, hidupnya tidak lebih baik selama di penampungan. Ali mengatakan, sudah dua bulan tinggal di gedung eks kodim Kalideres. Apakah bakal pindah lagi, Ali menyerahkan sepenuhnya kepada UNHCR.
Di gedung yang berdebu itu, Ali tinggal bersama ratusan pengungsi lainnya. Udaranya pengap. Panas kalau siang terik ala negara iklim tropis. Gelap dan banyak diserang nyamuk saat berusaha tidur di malam hari.
Hidupnya selama di penampungan, Ali berkata, hanya makan dan tidur saja. Tidak bisa bekerja dan tidak ada aktivitas lainnya. Kalau pagi, Ali dan kawannya ngopi di warung itu.
Ali juga mengatakan sulit untuk mendapatkan air. Terutama untuk mandi. Dia biasanya meminta air ke mini market terdekat, atau berjalan agak jauh ke terminal Kalideres.
"Kalau cari air ke terminal, ke Alfamart," ucapnya.
Dia mengaku, terkadang warga di Kalideres memberikan bantuan. Sementara, untuk makan sehari-hari pihak pemerintah daerah yang memberikan makan sehari dua kali. Namun, Ali menilai bantuan makanan yang diberikan tidak cukup.
"Porsinya kecil, kami biasanya makan dalam porsi yang besar," jelasnya.
Pagi ini, ramai pencari suaka bakal dipindahkan ke tempat baru. Mereka akan pindah ke Asem Baris, Tebet, hingga Cisarua, Bogor. Kurang lebih ada 800 orang yang akan dipindahkan termasuk Ali.
Namun, Ali menolak untuk pindah ke penampungan lain. Alasannya, dia merasa dibohongi oleh pihak UNHCR. Sebab, yang akan pindah dari penampungan diimingi uang Rp1 juta tiap bulannya. Kata Ali, sedianya yang diberikan hanya satu kali. Tidak dalam enam bulan ke depan. Uang tersebut pun dirasa tidak cukup.
Sebetulnya, Ali dan kawan-kawan hanya hidup sementara di Indonesia. Ali mengatakan, UNHCR akan memindahkan dia lagi ke negara lain. Seperti Amerika, Kanada, atau Australia. Namun, nasibnya tidak jelas karena pihak UNHCR masih mengurus sesuatu tiap pengungsi sebelum pindah.
"Kemanapun kami tidak bisa memilih, kami tidak punya pilihan lain," ucapnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebanyak 101 pencari suaka asal Afghanistan, Irak dan Pakistan masih bertahan di gedung tersebut.
Baca SelengkapnyaSerangan musim dingin yang membuat suhu lebih rendah dari biasanya mengawali tahun 2024 di India. Bagi tunawisma, fenomena ini menjadi sebuah siksaan.
Baca SelengkapnyaHujan deras dan angin kencang melanda Gaza pada Senin (25/11) malam.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaKurang lebih 500 warga yang mengungsi di sejumlah posko di Wulanggitang dan Sekolah Dasar Kemiri
Baca SelengkapnyaDi tengah-tengah masyarakat yang hidup berkecukupan, ada sebuah perkampungan dengan kondisi begitu miris.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaSebanyak 400 hangus terbakar dan 1.000 orang dilaporkan mengungsi imbas kebakaran di Penjaringan.
Baca SelengkapnyaBerbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaWarga Palestina di Gaza masih bertahan hidup tanpa listrik yang memadai.
Baca SelengkapnyaSaat dilihat lebih dalam, kondisinya di luar dugaan.
Baca Selengkapnya