Instalasi Batu Pengganti Getah Getih Habiskan Rp 150 Juta
Merdeka.com - Pemprov DKI Jakarta kembali menempatkan instalasi di Bundaran HI setelah membongkar seni dari bambu yang dinamakan Getah Getih. Instalasi batu bernama Gabion itu menghabiskan anggaran APBD DKI Jakarta sekitar Rp 150 juta.
"Bukan, bukan (dari CSR BUMD), APBD Dinas Kehutanan," kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, Suzi Marsitawati, Rabu (21/8).
Instalasi Gabion itu tak melibatkan seniman sebagaimana Getah Getih. Gabion ini direncanakan Dinas Kehutanan, pemasangan juga langsung dari dinas. Terkait daya tahan instalasi ini, Suzi memastikan bertahan lama.
-
Siapa yang menguburkan orang mati di dalam gua? Peneliti di Institut Arkeologi Catalan, Antonio Rodríguez-Hidalgo mengatakan kepada Live Science melalui surel Cova dels Xaragalls (Gua Jurang) adalah 'tempat pemakaman kolektif'.
-
Dimana bisa ditemukan serat alami di batu giok asli? Ciri lainnya dari batu giok asli adalah keberadaan serat alami yang terdapat di dalam batu.
-
Apa itu Gumuk Pasir Tungtung Karang? Adalah Gumuk Pasir Tungtung Karang yang terletak persis di Pantai Sayang Heulang, Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk. Pemandangannya indah, dengan perpaduan tumbuhan hijau dan hamparan pasir pantai.
-
Bagaimana cara batu tersebut digunakan? Batu kuno itu rupanya adalah peninggalan zaman Romawi yang dipakai menumbuk atau menggiling buah zaitun untuk diambil minyaknya.
-
Siapa yang memimpin penggalian? Helm tersebut ditemukan dalam struktur batu di dalam gundukan kuburan, menurut Hrvoje Potrebica, seorang profesor arkeologi di Universitas Zagreb yang memimpin penggalian, terjadi antara akhir abad keenam SM dan awal abad keempat SM.
-
Bagaimana artefak kayu tahan lama? Menariknya, sebagian besar artefak kayu yang ditemukan dilapisi selubung tembaga, tatahan, dan kabel, untuk mencegah penguraian selama hampir 4.000 tahun.
"Ya lama lah, dari batu gitu," ujarnya.
"Ya bisa (dua tahun). Tergantung sampai ada yang menggantikan. Kan itu sifatnya dekoratif," sambungnya.
Suzi menerangkan, ornamen kota bersifat dinamis sehingga bisa diganti. Jika ada instalasi yang lebih menarik dan untuk menghindari kebosanan bagi warga, biasanya akan diganti.
"Namanya instalasi bisa berganti-ganti. Tiap ornamen kota itu berganti-ganti, dinamis sifatnya. Tergantung Dinas Kehutanan mau ganti atau enggak. Misalkan ada yang lebih bagus, lebih menarik, supaya warga enggak bosen kan," kata Suzi.
Dipilihnya batu agar terlihat natural. Gabion itu juga menggambarkan tiga elemen; tanah, air, udara dan bertujuan untuk menyelaraskan lingkungan.
"Kita mengambil supaya natural masuk ke dalam kota. Kemudian tiga pilar karena tanah, air, udara untuk penyelarasan lingkungan. Di bawahnya kita kasih tanaman sebagai contoh bebas polusi. Sansivieira, bougenville, palem kol, tapak dara, lolipop, alang-alang sebaga estetika," pungkasnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi 700 tahun silam yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Baca SelengkapnyaHaji Waet berharap rumah batu miliknya bisa menjadi contoh bagi rumah-rumah lainnya.
Baca SelengkapnyaKeberadaan blender dan chopper ternyata tak menggantikan cobek batu kali.
Baca SelengkapnyaKontraktor membuat patung itu secara proporsional. Sebab, patung dengan ketinggian 6 meter memerlukan perhitungan matang untuk menghasilkan karya indah
Baca Selengkapnya