Jangan sampai tawa ceria anak-anak Jakarta hilang karena tak ada tempat bergembira
Merdeka.com - Memperbanyak ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) menjadi salah satu program Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok semasa menjadi gubernur DKI Jakarta. Sampai di akhir masa jabatan Ahok yang kemudian dilanjutkan wakilnya Djarot Saiful Hidayat, sudah dua ratusan lebih RPTRA diresmikan di lima wilayah Jakarta.
Keberadaan RPTRA membuat sebagian warga Jakarta senang. Utamanya yang memiliki anak kecil karena bisa membawa buah hati bermain di sana sekaligus bercengkrama dengan warga.
Selama program itu berjalan, Ahok memang menggandeng pihak swasta melalui dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan tersebut.
-
Mengapa eksekusi lahan itu ricuh? Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudhistira membenarkan anggotanya mengalami luka akibat sabetan sajam saat PN Jambi melakukan eksekusi.
-
Kenapa permukiman di Jakarta Timur ditinggalkan? Dari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.
-
Kenapa rumah dinas bupati terbengkalai? Dilansir dari kanal YouTube Bucin TV, istana putih itu dari awal direncanakan akan menjadi rumah dinas bupati. Namun setelah selesai dibangun pada tahun 2013, rumah itu tidak pernah digunakan sama sekali.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Mengapa pembangunan gedung tinggi dihentikan? Namun hal tersebut terhenti karena ada beberapa pertimbangan, kekhawatiran terhadap keselamatan dan kendala izin pemerintah setempat.
-
Kenapa pembangunan IKN di era Prabowo-Gibran diprediksi kurang maksimal? Hal itu, dikarenakan Prabowo berencana akan menggelontorkan dana untuk pembangunan IKN sebanyak Rp16 triliun per tahun.
"Kenapa saya memilih CSR? Karena mereka enggak berani curangin mutu. Harga juga baik. Kalau pengembang, mereka pakai jasa penilai. Kalau nilainya tidak baik, akan dicoret," ujar Ahok, kala itu.
"Jadi uang kita (APBD) mau ke mana dipakainya? Tentu akan fokus, uang APBD itu untuk jaminan kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan sembako dan juga untuk modal lapangan kerja," sambung Ahok.
Setelah Ahok dan Djarot lengser, memasuki lima bulan menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, tampaknya program itu tak akan berjalan lagi tahun depan. Hal itu pastikan Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman DKI Jakarta Agustino Darmawan.
Menurutnya, ada beberapa alasan menjadi sebab program itu sulit dilanjutkan. Selain karena semua yang direncanakan di awal sudah terbangun, lahan yang tersedia juga semakin minim.
"Kita upayakan tahun ini terakhir (pembangunan RPTRA) karena cari lahan susah," jelas Agustino saat ditemui di gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (5/3).
Untuk tahun ini, ada 47 RPTRA yang sedang dikebut agar bisa selesai sampai akhir tahun. Dua di antaranya di Kepulauan Seribu.
Sandiaga Uno agak kaget mendengar itu. Seharusnya program itu terus dilanjutkan. Andai kata harus terhenti maka dia ingin ada solusinya untuk tempat bermain anak-anak di Jakarta.
"Mestinya diterusin ya, jika diperlukan sama warga, nanti saya akan cek teknis nya, tapi kebijakan kita sama Pak Anies, bahwa ruang terbuka ramah anak ini sangat-sangat diperlukan," kata Sandiaga.
"Kita sudah pastikan ruang terbuka yang ramah perempuan, ramah anak, yang bisa dimanfaatkan masyarakat ini akan terus menjadi salah satu prioritas utama di DKI," tegasnya.
Pengamat tata kota, Yayat Supriyatna, menilai dugaan penghentian program RPTRA karena pimpinan DKI ingin mengejar penilaian keuangan agar mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
"Dulukan inisiatif Pak Ahok dengan menggerakkan pihak swasta, kalau Pak Anies dan Pak Sandi ini karena tidak pakai APBD akan susah mendapatkan WTP karena sulit dipertanggungjawabkan dan penilaiannya tidak jelas. Karena kelihatannya pemimpin sekarang ini tidak mau ada pembangunan yang tidak tercatat, tidak mau ada masalah keuangan," kata Yayat saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (6/8).
Persoalan lainnya adalah, lahan yang minim. Dia mendapatkan informasi bahkan pihak camat mengaku kesulitan mencari lahan untuk dibangun RPTRA.
Dia menambahkan, jika pun program ini benar-benar berhenti, dia berharap ada solusinya. Jangan sampai, kata dia, anak-anak di Jakarta kehilangan tempat bermain meski tanpa RPTRA.
"Ya memang artinya kalau tidak ada tanah harus dibuat tempat main yang terintegrasi dengan bangunan atau tempat yang menjadi lingkungan sosial di lokasi itu. Misalnya halam rumah ibadah, halaman kantor kelurahan, atau halam rusun. Sehinga bisa tercipta yang namanya pemanfaran ruang private untuk kepentingan publik. Jadi walaupun tidak ada yang outdoor bisa tetap dibuat indor," harap Yayat.
Dia juga menunggu seperti apa gagasan dari tim gubernur untuk percepatan pembangunan (TGUPP) yang dibentuk Anies-Sandi sebagai tim sinkornisasi.
"Beri dong gagasan yang smart terkait ruang terbuka untuk anak. Kita tunggu kerja tim sinkronisasi konsepnya sepertu apa. Yang penting tetap harus ada ruang main anak," tegasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak-anak di Jakarta terpaksa bermain di tempat tak semestinya karena minimnya ruang terbuka hijau.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo menyindir mantan Gubernur Jakarta yang hanya mengumbar janji membuat perumahan layak bagi warga.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Jakarta memprediksi, jumlah pendatang ke Jakarta usai Lebaran 2024 diperkirakan turun drastis.
Baca SelengkapnyaPramono Anung berencana membangunkan hunian di kantor atau bangunan pemerintahan selain di pasar.
Baca SelengkapnyaRK percaya, selama reklamai tidak merusak lingkungan, maka hal itu menjadi sesuatu yang baik seperti dicontohkan negara maju lainnya.
Baca Selengkapnya"Silakan kalau untuk kegiatan kesehatan, untuk mengentaskan stunting," kata Heru.
Baca SelengkapnyaDPRD DKI membeberkan penyebab Rusunawa Marunda terbengkalai hingga akhirnya dijarah
Baca SelengkapnyaFasilitas Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Amir Hamzah sudah memprihatinkan. Kondisinya sudah tak ramah anak karena banyak karat dan berlubang.
Baca SelengkapnyaReklamasi pulau sampah di pesisir Jakarta Utara saat ini belum menjadi hal keharusan
Baca SelengkapnyaJika proyek pengerjaan lahan parkir minimarket dilanjutkan, setidaknya ada 14 pohon yang akan ditebang.
Baca SelengkapnyaHal itu dikatakan Ridwan Kamil saat pidato politik usai dideklarasikan bareng Suswono sebagai bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Baca SelengkapnyaSetelah purnatugas, ternyata Anies masih meninggalkan sederet janji-janji yang masih menjadi persoalan di Jakarta.
Baca Selengkapnya