Kali Rawa Rengas Akan Dinormalisasi, Puluhan Warga Bantaran Dipindah ke Rusun
Merdeka.com - Pemerintah Kota Jakarta Timur merelokasi 25 kepala keluarga (KK) di bantaran Kali Rawa Rengas, Cakung Timur, Jakarta Timur, ke rumah susun (rusun) di kawasan tersebut. Warga dipindah karena terhadap kali tersebut akan dilakukan proses normalisasi.
"Kegiatan ini bukan penertiban, tapi operasi kemanusiaan untuk membantu pemindahan warga yang tadinya bermukim di bantaran kali langganan banjir, kita relokasi ke dua rusun, Rusun Rawa Bebek dan Rusun Albo Cakung Barat," kata Kasatpol PP Jaktim Budhy Novian, di Jakarta. Demikian dikutip dari Antara, Senin (19/10).
Relokasi warga dilakukan oleh tim terpadu yang beranggotakan Satpol PP, Sudin Perhubungan, Sudin Sumber Daya Air, hingga aparatur kelurahan.
-
Siapa pemilik Rumah Bersejarah itu? Saat itu pemilik rumah tersebut adalah Raden Mas Ari Sumarmo Sastro Dimulyo.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Bagaimana cara warga memindahkan rumah? Secara kompak, warga memindahkan rumah dari Kampung Wates ke kampung lain dan akan berkumpul untuk memakan makanan tradisional secara bersama-sama di lokasi pemindahan.
-
Siapa yang memiliki rumah itu dulu? Rumah yang dulu ditempati oleh almarhumah Nike Ardilla dan kini diubah menjadi museum, berlokasi di Komplek Arya Graha, Jalan Aria Utama No. 5, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jawa Barat.
-
Apa alasan warga Kampung Mati pindah? Pada zaman dulu, ada sekitar 20 KK yang tinggal di kampung itu. Namun kehidupan di sana sungguh sulit. Selain berada di zona rawan longsor, hasil pertanian di sana sering menjadi serangan monyet ekor panjang. Hal inilah yang membuat warga tidak betah dan akhirnya memilih pindah.
-
Kenapa pedagang Teras Malioboro II direlokasi? Pemindahan dilakukan biar mereka bisa mendapatkan tempat yang layak dan saat pindah ke lokasi baru kami akan mendampingi mereka untuk naik kelas,' ujar Wisnu dikutip dari ANTARA.
Ada 18 rumah tempat tinggal yang dibangun menggunakan material permanen serta nonpermanen seperti triplek maupun bilik.
Penghuni rumah diangkut menggunakan bus sekolah yang disediakan Sudin Perhubungan Jaktim menuju rusun, sementara perabotan diangkut oleh truk Satpol PP. Bangunan yang sudah dipastikan kosong diberi tanda oleh petugas Satpol PP untuk dirobohkan menggunakan alat berat.
"Ini sudah tahap kedua, kemarin ada yang minta disegerakan (relokasi) pada Sabtu (17/10) ada lima kepala keluarga yang diminta direlokasi ke Rusun Rawa Bebek Pulogebang," katanya.
Budhy menargetkan pembongkaran bangunan di bantaran sungai selesai paling lambat pada akhir Oktober 2020.
"Dari informasi yang saya terima, pada awal November akan dilakukan penggalian untuk naturalisasi Kali Rawa Rengas," katanya.
Kegiatan relokasi itu sempat diwarnai protes dari seorang warga yang mengaku sudah puluhan tahun menempati bangunan di lokasi itu. Pria bernama Mardali tersebut tidak setuju jika warga direlokasi sebab sudah turun temurun menempati lahan bantaran.
Namun aksi itu tidak dihiraukan oleh petugas sebab yang bersangkutan tidak bisa menunjukkan surat kepemilikan lahan.
Ada pula warga yang secara sukarela membongkar bangunan rumah mereka dan tidak keberatan untuk direlokasi ke rusun.
"Ya mau gimana lagi, setidaknya saya masih ada tempat buat tinggal," kata warga, Sugih.
Wali Kota Administrasi Jakarta Timur, M Anwar, mengatakan normalisasi Kali Rawa Rengas merupakan pembenahan dalam rangka menanggulangi banjir saat musim penghujan. Bantaran sungai akan dikeruk dengan selebar 12 meter untuk menambah kapasitas tampung air dari kondisi sekarang yang sempit.
"Luapan kali bisa bikin banjir 1,5 meter di bantaran. Kita normalisasi untuk penanggulangan banjirnya," katanya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Investasi besar-besaran dari China mengancam kehidupan warga Pulau Rempang yang telah berada di pulau itu lebih dari seabad lalu.
Baca SelengkapnyaRibuan warga asli melakukan transmigrasi demi pembangunan Waduk Sermo
Baca Selengkapnya"Mereka mau direlokasi tapi tuntutan mereka minta dipenuhi juga," ujar Maulana.
Baca SelengkapnyaKonon Desa Kedung Glatik sudah berdiri sejak abad ke-15
Baca SelengkapnyaBangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.
Baca SelengkapnyaWarga asli Pulau Rempang menolak keras relokasi dan penggusuran rumah yang sudah mereka tinggali.
Baca Selengkapnya"kita sudah dapat SK calon penghuni, sudah dapat nomor unit, terus mau ngapain di pindahkan ke Nagrak? terus kampung susun yang sudah jadi buat apa?”
Baca SelengkapnyaAda komunikasi tidak berjalan baik antara aparat mengawal proses relokasi dengan warga yang menolak pembangunan Proyek Rempang Eco City.
Baca SelengkapnyaKesepakatan itu didapatnya setelah Bahlil bermukim selama dua hari di Pulau Rempang.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaPemerintah ingin merelokasi warga di Pulau Rempang untuk mewujudkan kawasan Rempang Eco City.
Baca SelengkapnyaKejadian ini bermula dari dugaan pemalsuan data ahli waris Warga Dago Elos yang bersengketa dengan Keluarga Muller dan PT Dago Inti Graha.
Baca Selengkapnya