Kasus Keluarga Tewas di Kalideres: Sosok Ini Diduga Penganut 'Hardcore' Sekte
Merdeka.com - Kasus sekeluarga tewas di rumah Kalideres masih menyisakan banyak misteri. Dugaan pengikut sekte hingga temuan kemenyan dan alat ritual memperkuat alasan kematian satu keluarga tersebut.
Pakar Kriminologi Universitas Indonesia, Adrianus Meliala meyakini sosok Budyanto adalah orang yang menganut sekte. Kemudian, dia menularkan ajaran tersebut kepada keluarganya.
Diketahui, empat keluarga di Kalideres yang tewas yakni, Rudyanto Gunawan (ayah), K. Margaretha Gunawan (ibu), Budyanto Gunawan (Paman Dian) dan Dian (anak).
-
Di mana pembunuhan keluarga itu terjadi? Arkeolog menemukan situs pemakaman massal ini di Desa Koszyce, Polandia. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada sampel DNA kerangka tersebut mengungkap sebuah keluarga besar tewas secara brutal di lokasi ini.
-
Bagaimana cara keluarga itu dibunuh? Terdapat 15 kerangka perempuan, anak-anak, dan pemuda yang tewas akibat pukulan kuat di kepala. Semua mayat pada lokasi ini memiliki tanda bekas pukulan di tengkorak mereka, ini menunjukan pada masanya mayat-mayat tersebut dibunuh secara brutal.
-
Dimana keluarga itu dimakamkan? Ketiga anggota keluarga itu ditemukan di sebuah lubang kubur berisi 15 jasad di bagian tengah Kota Yaroslavl.
-
Kapan pembunuhan keluarga itu terjadi? Kejadian mengerikan ini berlangsung pada Zaman Batu sekitar 5.000 tahun lalu.
-
Bagaimana orang-orang di makam itu meninggal? Mereka ditemukan di bagian kota yang tidak memiliki karakteristik umum dari sebuah pemakaman, menunjukkan tanda-tanda kematian yang kejam.
-
Apa yang ditemukan di makam? Perlengkapan Perang Para ahli arkeologi menemukan banyak artefak setelah menggali lahan tersebut termasuk ruang pemakaman batu, dua pedang besi, mata panah, barang-barang terkait dengan kuda, perhiasan kuning, dan pot tanah.
Bahkan, Adrianus menilai, Budyanto telah lama menganut sekte tersebut. Hingga bisa terjadi peristiwa kematian empat keluarga secara tragis. Kemudian, sempat memutus komunikasi dengan saudara dan tetangga.
"Maka tentu Budi itu bukan dikatakan sebagai orang baru. Pasti dia sudah dalam situasi yang sudah amat percaya keyakinannya. Dan terbiasa sudah juga memakai ritual-ritual itu," kata Adrianus saat dihubungi merdeka.com, Kamis (1/12).
"Artinya dia kan hardcore ini yang kemudian terus menerus mempraktikkan ritual itu meskipun sudah mau sekarat," tegas dia.
Meskipun Adrianus tak bisa menjelaskan berapa lama dan seberapa bahaya sekte tersebut, namun dia yakin bahwa Budyanto adalah sosok penganut berat paham tersebut.
"Secara kualitas tampaknya dia penganut berat, amat percaya ajaran-ajaran itu," katanya.
Adrianus juga meyakini jika para penganut sekte tersebut memiliki komunitas di Indonesia. Kemudian, komunitas tersebut memiliki pemimpin atau guru sebagai ketua kelompok.
"Tapi masalahnya kelompok ini tuh siapa? Lalu kemudian gurunya siapa? Pasti gurunya dan kelompok ini sedang tiarap semua. Tidak mau menunjukan diri karana takut terimplikasi oleh polisi," ujar dia.
Oleh sebab itu, Adrianus meminta agar polisi tak cuma berhenti dalam pengusutan kasus kematian. Tapi juga menelusuri kelompok dan anggota sekte tersebut.
"Jadi ini yang perlu diwaspadai oleh kepolisian dan polisi tidak hanya boleh sampai kesimpulan bahwa orang ini mati, tapi mesti dicaritahu kalau mungkin kelompoknya siapa? Siapa gurunya yang kurang lebih menganjurkan hal yang sama juga," kata dia.
Dia menyarankan, polisi untuk mengejar aliran dana dari kelompok tersebut. Dia yakin, ada nomor rekening yang digunakan Budyanto dari atau ke kelompok sekte tersebut.
"Biasanya kalau melihat dari pengalaman-pengalaman seperti ini pasti ada gurunya. Dan gurunya ini dibekali oleh anak buahnya yang menghidupi, mengongkosi sang guru ini," kata Adrianus.
Soal keberadaan sang guru, Adrianus meyakini, sosoknya berada di Indonesia. Tapi tidak menutup kemungkinan pula apabila sekte ini berasal dari luar negeri.
"Tapi ini bukan masalah dalam atau luar negerinya. Tapi kita yakinlah bahwa ini bukan suatu kerjaan pribadi. Pasti ada komunitas dan pihak mencalonkan ajaran ini," katanya.
Sementara itu, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi menyebut, Budyanto Gunawan diduga menganut ritual tertentu.
"Ada kecenderungan salah satu keluarga yang dominan, yang mengarah kepada almarhum Budiyanto, bahwa yang bersangkutan memiliki sikap positif terhadap aktivitas ritual tertentu," kata Hengki.
Hengki menduga ketiga korban lain terpengaruh dengan ritual yang dijalankan Budyanto. Sehingga, mereka patut mengikuti jejak Budyanto mejalani ritual serupa.
"Hal ini mengakibatkan adanya suatu believe dalam keluarga tersebut bahwa upaya untuk membuat kondisi lebih baik atau mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga, dilakukan melalui ritual tertentu," ujar Hengki.
Hengki menerangkan, temuan itu berdasarkan hasil koordinasi antara penyidik Tim Asosiasi Psikologi Forensik. "Ada keindetikkan penyelidikan berdasarkan keterangan saksi dan bukti bukti yang ada di lokasi kejadian," ujar dia.
Gandeng Ahli Sosilogi Agama
Hengki juga menyebut barang bukti terbaru yang disita di antaranya buku-buku, mantra hingga kemenyan. Sehingga pihaknya perlu melibatkan Ahli Sosiologi Agama untuk mendalami temuan barang-barang di dalam rumah.
"Kami temukan buku-buku lintas agama, serta mantra dan kemenyan. Oleh karenanya, kami akan mengundang ahli sosiologi agama, untuk melakukan analisa lebih lanjut terhadap tulisan yang ada di dalam buku, serta hubungannya dengan temuan jejak benda-benda di TKP," kata dia.
Terkait hal ini, Hengki menerangkan Tim Asosiasi psikologi forensik masih terus mendalami motif Psikologis kematian melalui otopsi psikologis.
"Scientific crime investigation selalu menjadi acuan atau metode pembuktian utama," ujar dia.
Pun demikian, kata Hengki dengan penyebab kematian. Penyidik menggandeng para ahli kedokteran forensik gabungan dari kedokteran forensik Polri maupun RSCM/ Universitas Indonesia.
"Mengenai sebab-sebab kematian, kami sedang menanti hasil dari pemeriksaan patologi anatomi yang saat ini sedang di dalami," ujar dia.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Ini sangat mirip dengan kejadian yang di Kalideres, oleh karenanya pola sama, ditemukan jenazah sudah rusak," kata Kombes Pol Hengki.
Baca SelengkapnyaKapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengungkapkan, sebanyak 12 orang saksi telah dimintai keterangan.
Baca SelengkapnyaWarga yang penasaran masuk ke rumah dan menemukan satu mayat. Warga akhirnya melapor ke polisi dan ditemukan tiga mayat lagi di rumah tersebut.
Baca SelengkapnyaKedua penghuni rumah dinilai tidak memiliki ikatan sosial dengan lingkungan, bahkan tidak berkomunikasi dengan keluarga.
Baca SelengkapnyaKematian keduanya terungkap dari kecurigaan tetangga yang lama tidak melihat penghuni rumah.
Baca SelengkapnyaUntuk kemungkinan tewasnya empat bocah, karena kekurangan makanan atau mati karena kelaparan.
Baca SelengkapnyaMelihat kondisi korban, diyakini keempatnya sudah tewas lebih dari tiga hari.
Baca SelengkapnyaPolisi juga melakukan olah TKP kembali untuk mendapatkan benang merah dari fakta-fakta yang diperoleh penyidik.
Baca SelengkapnyaSekeluarga Tewas di Malang Diduga Bunuh Diri Bersama
Baca SelengkapnyaSatu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan dua anak nekat lompat dari lantai 21 apartemen Penjaringan
Baca SelengkapnyaKorban HR merupakan pedagang ponsel keliling. Dia tinggal bersama tiga korban lain, yakni ibunya dan dua anaknya sejak bercerai dengan istrinya dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, kasus ini ditangani Polsek Metro Penjaringan.
Baca Selengkapnya