Kasus Pembobolan ATM, Petugas Satpol PP Ngaku Lupa Berapa Nominal Diambil

Merdeka.com - Belasan pegawai honorer Satpol PP DKI kedapatan melakukan pembobolan ATM menggunakan rekening Bank DKI. Kasatpol Arifin mengaku sempat menginterogasi 12 anggotanya tersebut.
Saat itu, katanya, anggotanya tidak dapat menjawab secara detail seberapa besar uang yang telah diambil selama empat bulan yakni Mei hingga Agustus.
"Jadi belum bisa saya katakan nominalnya, karena masing-masing mereka saja nggak tahu ngambilnya berapa karena sudah lama," kata Arifin di gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (26/11).
Kendati begitu, katanya, beberapa dari mereka telah mengembalikan uangnya ke Bank DKI. Namun Arifin tidak mengetahui berapa jumlah pastinya.
"Saya belum dapat informasi berapa yang dikembalikan dan berapa total duit yang diambil. Saya tidak pernah jelaskan total duit yang diambilnya berapa yah," ucapnya.
Dari 12 anggota tersebut, 10 di antaranya merupakan pegawai tidak tetap (PTT) telah diberhentikan. Sedangkan dua lainnya masih menunggu proses penyidikan.
"Kalau tidak bersalah bisa dikembalikan lagi statusnya menjadi PNS," jelasnya.
Sebelumnya, kasus pembobolan uang dari mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang diduga melibatkan oknum anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta menjadi sorotan publik. Tak tanggung-tanggung, uang yang berhasil dibobol mencapai Rp50 miliar.
Kepolisian pun bergerak menyelidiki kasus pembobolan ATM yang melibatkan oknum aparat pemerintahan itu. Hasil penyelidikan sementara, oknum Satpol PP itu memanfaatkan celah keamanan pada sistem perbankan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengungkapkan, modus pelaku yakni mengambil uang menggunakan kartu Bank DKI di mesin ATM sesuai nominal yang diinginkan. Namun saldo yang terpotong hanya Rp4 ribu, sementara transaksi tarik tunai berhasil.
Yang menjadi masalah, pelaku tidak segera melaporkan kejanggalan itu kepada pihak bank atau kepolisian. Pelaku justru melakukannya berkali-kali. Bahkan mengajak orang lain mencobanya.
"Dia ulangi beberapa kali sejak April hingga Oktober 2019, kemudian disampaikan ke teman-temannya jumlahnya hampir sekitar 41 orang," kata Yusri, Jumat 22 November 2019.
Reporter: Ika Defianti
Sumber: Liputan6.com
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya