KNKT: Transkrip Data CVR Sriwijaya Air Butuh Waktu 3 Hari Sampai 1 Pekan
Merdeka.com - Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) menyatakan proses transkrip data Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air 182 diperkirakan selesai dalam tiga hari atau satu pekan. Proses pencarian dalam tiga bulan terakhir menggunakan berbagai cara dan berhasil setelah menggunakan kapal penyedot lumpur.
"CVR akan kita bawa ke lab, kita akan proses yang memerlukan waktu 3 hari sampai 1 minggu kita akan buat transkrip untuk dimatching dengan FDR apa yang terjadi dalam cockpit sehingga kita bisa analisa kenapa data FDR begini," kata Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di JICT, Rabu (31/3).
Soerjanto menerangkan pencarian selama ini kurang lebih selama 1,5 bulan mengandalkan penyelam dari tim gabungan. Namun hasilnya nihil.
-
Di mana pesawat jet itu hilang? Pesawat itu hilang di daerah danau 50 tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan penyelam itu? 'Ini adalah bagian besar dari gading Mastodon yang sudah lama punah,' ujar Lundberg, dilansir Independent, Minggu, (9/6).
-
Kapan pesawat jet itu hilang? Pesawat menghilang tak lama setelah berangkat dari Burlington pada 27 Januari 1971, dalam perjalanan menuju Providence, Rhode Island.
-
Kenapa Pelita Air batal terbang? 'Kami sampaikan bahwa pesawat Pelita Air dengan no penerbangan IP 205 tujuan Jakarta mengalami keterlambatan penerbangan dikarenakan terdapat penumpang yang bercanda membawa bom,' katanya.
-
Mengapa pencarian pesawat jet sulit? Proses pencarian mengalami kendala karena danau itu kemudian membeku.
-
Bagaimana KM Soneta tenggelam? Namun pada 11 Juli, kapal itu mengalami kecelakaan di mana terjadi kebocoran pada tubuh kapal. Saat kejadian kondisi ombak sedang besar setinggi 2,5 meter dengan angin kencang dan arus deras.
KNKT kemudian memutuskan untuk menghentikan sementara pencarian CVR selama 1 minggu. Momen ini juga dijadikan sebagai bahan evaluasi metode pencarian.
Berdasarkan analisis tim, KNKT menggunakan kapal Drag Head Suction Hopper Dredger (DSHD) untuk mengangkat lumpur di titik lokasi keberadaan CVR. Area pembersihan lumpur seluas 90x90 meter.
Soerjanto menuturkan, penggunaan kapal ini disebabkan tebalnya lumpur sehingga CVR mustahil ditemukan jika hanya mengandalkan tim penyelam.
"Area di situ banyak lumpurnya dengan kapal DSHD kami lakukan pencarian menggunakan penyedot lumpur. Jadi seperti vacum cleaner," kata Soerjanto.
Soerjanto mentebutkan, lokasi ditemukannya sejatinya tidak jauh dari titik Flight Data Recorder (FDR). Black box merupakan komponen penting pada badan pesawat untuk merekam perjalanan pesawat. Black box terdiri dari Flight Data Recorder (FDR) dan Voice Cockpit Recorder (VCR).
Untuk FDR SJ 182, ditemukan terlebih dahulu pada Selasa (12/1) atau tiga hari sejak pesawat dikonfirmasi jatuh di area Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1).
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1). Pesawat itu mengangkut 62 orang yang terdiri dari 6 kru aktif, 46 penumpang dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dokter tersebut hilang setelah perahu yang digunakan untuk memancing ikan terbalik dihantam gelombang
Baca SelengkapnyaTim SAR menghentikan pencarian KM Sanjaya 86 yang karam di perairan Bali sepuluh hari lalu. Sebanyak 16 nelayan yang ada di kapal itu masih hilang.
Baca SelengkapnyaKM Sanjaya 86 mengangkut 16 anak buah kapal. Petugas SAR masih melakukan pencarian.
Baca SelengkapnyaSeorang kru yang selamat mengaku sempat melihat temannya meninggal dunia di tengah lautan
Baca SelengkapnyaPesawat Smart Air dengan nomor penerbangan PK-SNN mengalami kecelakaan sehingga jatuh di kawasan Bukit Narif Krayan Tengah
Baca SelengkapnyaKNKT akan memeriksa seluruh serpihan dan menganalisis percakapan pilot dengan petugas pengaturan lalu lintas udara untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat.
Baca SelengkapnyaUpaya tim gabungan menyusuri lokasi yang diperkirakan sebagai titik jatuh pesawat kargo Smart Air yang hilang kontak belum membuahkan hasil.
Baca SelengkapnyaTim SAR hanya menemukan 7 dari 10 korban longsor tersebut
Baca SelengkapnyaRekannya hanya melihat perahu milik kakek tersebut terombang ambing di tengah laut
Baca SelengkapnyaInformasi Basarnas, pesawat Smart Air diawaki pilot Kapten M. Yusuf serta seorang Engineer on Board (EOB) bernama Deni S.
Baca SelengkapnyaKasus ini kembali ramai diperbincangkan setelah diadaptasi ke layar lebar. Satu DPO yang terakhir ditangkap ada nama Pegi Setiawan.
Baca SelengkapnyaInfo diterima, kapal mengalami kebocoran dan hilang kontak.
Baca Selengkapnya