Kronologi Warga Dianiaya Sekuriti Saat Minta Surat Keterangan Vaksinasi di GBK
Merdeka.com - Zaelani (26), seorang warga yang menjadi korban pemukulan yang dilakukan oleh sekuriti saat ingin meminta surat atau sertifikat vaksin usai mendapatkan dosis I dan II. Kejadian itu terjadi di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, pada Jumat (30/7) sekitar pukul 11.30 Wib.
Kinta Nasution, selaku Kuasa Hukum Zaelani mengatakan, kejadian pemukulan yang terjadi pada kliennya itu saat korban lebih dulu menghubungi ke salah satu nomor perihal sertifikat vaksinasi yang belum ia terima pada 29 Juli 2021.
"Lalu di 199 mengatakan bahwa bapak bisa meminta di tempat bapak vaksin kemarin di Gelora Bung Karno. Nah tanggal 30 Juli 2021, hari Jumat didampingi kawannya minta tolong kawannya ke Gelora Bung Karno di pintu V," kata Kinta saat dihubungi, Selasa (3/8).
-
Dimana kejadian penganiayaan terjadi? Nasib sial dialami Damari (59) pengemudi ojek online warga Jurumudi, Kota Tangerang, yang dikeroyok tiga orang pria tidak dikenal saat akan menjemput pelanggan di depan pasar Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
-
Siapa yang menjadi korban serangan? Menurut informasi, suara tersebut berasal dari bom yang diledakan oleh Israel dan menargetkan para pengungsi yang berada di bangunan tersebut.
-
Dimana pemukulan itu terjadi? Ajang Porprov Jawa Timur 2023 yang digelar di Sidoarjo Jawa Timur terciderai insiden kekerasan.
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Dimana kejadian ini terjadi? Diduga, bocah ini tengahh bermain di area parkiran bus.
Setibanya di pintu V, ternyata dirinya tidak diperbolehkan untuk masuk dengan alasan dirinta tidak terdaftar pada hari tersebut. Meski begitu, korban sempat memberikan penjelasan terhadap petugas yang berjaga di lokasi jika dirinya ingin meminta sertifikat vaksin.
"Kalau begitu bapak ke pintu dua aja, dibalikin ke pintu II. Begitu di pintu II, di sini enggak bisa pak, kalau orang yang enggak ada jadwal enggak bisa. Bapak ke pintu V deh, nah balik lagi ke pintu V, di ping-pong gitu," ujarnya.
"Awalnya begitu, tanpa ada penjelasan seperti apa sih ketika ada masyarakat yang ingin mendapatkan informasi mendapatkan sertifikat vaksin gitu. Nah kembali ke pintu V lagi, justru di situ terjadi perdebatan. Bilang pak ini enggak bisa, pokoknya enggak bisa masuk gitu yang sudah terjadwal," sambungnya.
Saat kembali ke pintu V, ia mengatakan, jika dirinya telah diarahkan oleh 199 untuk ke tempat awal dirinya mendapatkan vaksin yaitu GBK.
"Sampai sekuriti penerima si Zaelani ini mengatakan, kalau enggak gua pentung juga ini, sambil menggunakan HT untuk menghubungi rekan-rekannya, sekuriti yang lain juga datang. Tanpa ada penjelasan yang pasti, dimana sih diarahin dimana, karena kan dia dapet informasinya dari 199 itu. Sampai terjadi dorong-dorongan, didorong lah Zaelani itu," jelasnya.
"Karena dia kekeh, ini solusinya gimana. Gua dari pintu V ke pintu II, ke pintu V lagi gitu loh. Sampai tersulut lah Zaelani sampai mengatakan, ya sudah kalau gitu," tambahnya.
Karena merasa terancam, akibat sekuriti di pintu V memanggil rekan lainnya dan sempat berucap ingin mementungnya. Akhirnya, ia sempat menantang sekuriti tersebut untuk menyelesaikan secara pribadi atau sendiri.
"Nah terus makin lama makin datang security yang lain, dia merasa kok jadi ngerahin pasukan. Dia merasa seperti itu ya, terus sempat didorong, dipukul lah sama sekuriti yang baru dateng. Jadi yang mukul itu bukan security yang pertama kali mengatakan 'Gua pentung juga ini', bukan security ini yang mukul," ungkapnya.
Usai dipukul pada pelipis sebelah kiri hingga mengeluarkan darah, korban pun sempat berlari atau kabur dari lokasi tersebut untuk menghindari adanya pemukulan lanjutan. Namun, dirinya ternyata dikejar dengan menggunakan mobil patroli GBK.
"Akhirnya ditangkap, dipegang suruh tiarap darah masih ngocor. Terus sekuriti yang lain lagi menggunakan motor, alasannya ingin diobati. Lalu diajak ke ruangan kosong di daerah GBK juga. Dia ngerasa enggak nyaman, kok gua dibawa ke ruangan kosong gitu, gedung kosong gitu," paparnya.
Merasa tidak nyaman, akhirnya ia keluar dari gedung tersebut sambil menunggu pesanan ojek online yang sudah ia pesan saat berada di gedung kosong tersebut.
"Di gedung kosong itu Zaelani sudah memesan grab untuk mencoba mencari menyelamatkan diri dan grab sudah dateng langsung dicancel sekuriti, enggak boleh. Maksudnya diajak ke klinik yang dimaksud ya, tapi memang ada gedung klinik. Kliniknya tapi tutup," ucapnya.
Diintimidasi
Setelah grab tersebut dicancel dan klinik tutup, sekuriti tersebut mendapatkan perintah dari sekuriti lainnya untuk membawa korban ke pos satpam yang berada dekat dengan pintu V.
"Lalu diajak ke pos sekuriti itu lah, disitu kurang lebih delapan orang sambil darah ngocor disuruh bikin surat perdamaian dengan diintimidasi. Ya sudah, kalau enggak kita kawal polisi saja. Mungkin dia berpikir, gua lebih parah atau gimana gitu, karena kan masyarakat awam gitu," jelasnya.
"Terus disuruh bikin tandatangan perdamaian di atas materai, memang kawannya diantar itu oleh sekuriti yang lain ke pos itu. Melihat darahnya masih ngocor, si kawannya ini menyarankan. Ya sudah deh, daripada luka lu belum diobatin gitu. Intinya untuk mengakhiri adanya tindakan pengobatan yang ada di lukanya gitu," imbuhnya.
Setelah menandatangani surat tersebut, akhirnya Zaelani bersama dengan temannya tersebut pergi untuk mengobati luka yang dideritanya itu.
"Kalau untuk tindakan pengobatan itu dilakukan oleh Zaelani dan kawannya sendiri di RSPP, tidak oleh pihak GBK ya. Tadi sebelum ke pos itu kan katanya mau diobatin, ternyata ditaruh di gedung kosong, gedung kosong pas dia mau keluar. Karena enggak nyaman, ini gedung kosong enggak ada orang sama sekali, gedung kosong, dia berpikiran jelek gitu kan," katanya.
"Akhirnya dia keluar, ada security itu yang jaga. Katanya mau diobatin, nanti pak ke klinik aja deh, disitu di wilayah GBK katanya ada klinik, cuma kondisinya tutup," sambungnya.
Kini, kondisi kliennya itu disebutnya menjadi kurang bagus dan kurang jelas dalam penglihatannya. Selain itu, korban juga merasa kerap merasa pusing. "Karena kan setelah dipukul itu kan enggak cuma dari pelipis aja yang ngeluarin darah, dari hidung juga keluar darah gitu," sebutnya.
Kinta menegaskan, kasus tersebut masih tetap akan dilanjutkan ke ranah hukum. Apalagi, kasus tersebut sudah dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Pusat dengan nomor Laporan Polisi (LP) LP/B/997/VII/2021/SPKT/PolresMetroJakpus/PoldaMetroJaya, tanggal 31 Juli 2021.
"Sejauh ini kami belum ada mendapatkan itikad baik dari GBK, cuma justru dari beberapa informasi media online yang kami amati justru pihak GBK justru membuat pembelaan-pembelaan yang justru menyudutkan korban. Kami belum lihat ada itikad baik, kami tetap berpendapat dan berpendirian bahwa proses hukum tetap ditegakkan," tegasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejadian itu berawal saat korban sedang berunjuk rasa. Ketika itu, ada enam orang tak dikenal menghampiri korban.
Baca SelengkapnyaEmpat pelaku sudah ditangkap terkait pengeroyokan ini.
Baca SelengkapnyaKorban dianiaya dengan cara disiram diduga dengan air keras lalu dibacok dengan celurit.
Baca SelengkapnyaAnggota TNI berinisial DK kaget tiba-tiba dipukul ormas saat lagi asyik ngopi.
Baca SelengkapnyaStanlly belum menjelaskan secara gamblang penangkapan pelaku, termasuk motif penyiraman air keras.
Baca SelengkapnyaKapolsek Mampang Prapatan Kompol David Yunior Kanitero menjelaskan kronologi kasus tewasnya AM
Baca SelengkapnyaPolisi juga sudah mengamankan barang bukti. Antara lain video yang viral beredar dan CCTV.
Baca SelengkapnyaCekcok itu terjadi di area kantin UMKM Mandiri Parkir Timur, GBK, Senin (10/6).
Baca SelengkapnyaViral aksi pemukulan di jalan oleh pria yang ngaku-ngaku sebagai anggota Kopassus.
Baca SelengkapnyaKepolisian saat ini masih berupaya memburu terduga pelaku.
Baca SelengkapnyaRencana tawuran di depan Puswil Aceh, para pelaku malah serang warung kopi
Baca SelengkapnyaPelaku melepaskan tembakan saat warga berusaha menyelamatkan korban.
Baca Selengkapnya