Masker Langka dan Mahal di Depok Serta Jaksel
Merdeka.com - Satu hari Pasca 2 warga Depok dinyatakan positif virus Corona COVID-19, warga berbondong-bondong mencari masker sebagai langkah antisipasi. Namun, sejumlah toko yang biasa menjual masker mengaku kehabisan stok barang tersebut.
merdeka.com menelusuri sejumlah toko yang biasa menjual masker di Depok dan Jakarta Selatan. Hasilnya benar saja, semua toko kehabisan masker.
Salah satu karyawan di sebuah toko swalayan atau perbelanjaan di kawasan Depok mengaku, masker sedang tak tersedia sejak adanya informasi soal corona. Jika pun menyediakan, masker tersebut langsung segera habis terjual dalam waktu kurang dari satu jam.
-
Siapa yang bisa menggunakan masker ini? Masker ini biasanya sesuai untuk kebanyakan jenis kulit, tetapi bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, sangat disarankan untuk melakukan tes patch terlebih dahulu.
-
Bagaimana cara menggunakan masker? Setelah semua bahan masker tercampur dengan baik, aplikasikan masker secara merata ke seluruh wajah yang telah dibersihkan sebelumnya. Pastikan untuk menghindari area sekitar mata dan bibir, karena kulit di daerah tersebut lebih sensitif terhadap bahan-bahan yang digunakan.
-
Kenapa pakai masker penting? Masker bisa mencegah penyakit-penyakit tersebut karena masker berfungsi sebagai penghalang fisik yang mengurangi kontak langsung antara droplets atau tetesan cairan yang keluar dari mulut dan hidung seseorang dengan orang lain.
"Sebenarnya sih sudah yang dari itu (corona) abis sampai sekarang. Sudah hampir sebulan, datang habis, datang habis. Enggak sampai berhari-hari langsung abis, cuma 12 pics (emang lagi susah)," kata salah seorang karyawan, Selasa (3/3).
Hal senada juga dikatakan oleh penjaga salah satu Apotek yang berada di Beji, Hadi menyebut, selama satu bulan ini hanya satu kali barang atau masker dikirim ke tempatnya berjualan.
Kini, masker tersebut sudah tak lagi dijual oleh pihaknya karena langsung diserbu oleh masyarakat saat masker tersebut datang.
"Sebulan terakhir ini cuma datang sekali, itu pun yang sasetan. Tapi itupun enggak sampai sejam, langsung habis. Dalam satu kotak itu ada 10 saset, yang satu bungkus itu isi 10, satu kotak itu isinya 10 bandet. Sekitar 200-an (saset), enggak sampai sejam habis," ujarnya.
"Masker di situ (rak) masih banyak, di dalam juga banyak. Pas besok orang cari masker saya anterin ke situ (rak) kosong, di dalam habis. Padahal kemarin masih banyak," sambungnya.
Untuk harga jualnya sendiri, pihaknya tak menjual seperti biasanya. Karena, yang biasanya ia jual hanya Rp7.000 dan kini menjadi Rp13.000.
"(Harga normal) Sudah naik sih, yang Rp7.000 jadi Rp10.000, tapi mungkin dari atas dari distributornya akhirnya naik Rp13.000. (semenjak Corona) iya," sebutnya.
Lalu, ketika merdeka.com coba mendatangi satu apotek lainnya yang masih berada di kawasan Depok. Salah seorang penjaga mengaku sedang tidak menjual masker, jika pun ada yang ingin membeli, mesti memesan terlebih dahulu.
"(Masker) Kosong, lagi kosong semuanya. Baru semalam habis, kalau mau nanti kita pesenin. 1 Boks Rp350.000, isinya 50," ucapnya.
Tak hanya apotek dan toko swalayan saja yang kehabisan masker, salah satu toko alat kesehatan yang berada di Depok juga habis atau tidak menyediakan masker. "(Masker ada) Enggak punya masker, sebulan ini sudah kosong (udah susah juga) ya," ujar salah seorang penjaga toko.
Tak hanya di kawasan Depok saja, sulitnya mencari masker. Saat merdeka.com mendatangi salah satu toko swalayan atau perbelanjaan di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Mereka sudah tak lagi menyediakan, meskipun menyediakan masih dengan harga yang normal.
"(Masker) Sudah habis. Belum tahu (kapan datang lagi), ini barang datang belum tahu ada apa enggak, belum dicek. (Harga ) Masih normal," tuturnya.
Lalu, salah satu apotek yang berada di kawasan Jagakarsa pun juga sama sudah tak lagi atau sudah lama tak menyediakan masker. Terlebih, saat adanya informasi soal virus corona. "(Masker) Kosong sudah lama," ucapnya.
Salah satu orang yang kesulitan dalam mencari masker ini juga dirasakan oleh Rahmat yang merupakan warga Beji, Depok, Jawa Barat. Sulitnya untuk mendapatkan masker itu karena faktor harga jual yang cukup mahal.
"Harga, harganya tuh tinggi banget. Jadinya enggak lazim, harusnya mereka bisa beli dengan harga normal, hanya gara-gara virus corona ini jadi terhambat buat beli kebutuhan praktiknya dia," keluh Rahmat.
"Ya itu masker, yang pada dasarnya itu sepele dulu enggak terlalu ribet. Hanya gara-gara itu (corona), kadang-kadang jadi kesulitan, kalau bagi yang punya duit enggak jadi masalah, tahu sendiri saya parkir anak sekolah di sana," sambungnya.
Pria berusia 48 tahun yang berprofesi sebagai juru parkir di salah satu toko swalayan ini mengaku, sangat sulit untuk mencarikan masker untuk praktik anaknya yakni Azzura yang sedang sekolah di sekolah kimia di kawasan Bogor, Jawa Barat.
"Anak bilang mahal (masker susah dicari). Biasanya cuma beli dengan harga normal, tiba-tiba harga melambung tinggi. Saya kurang paham (biasanya berapa), cuma dia bilang harga jual sudah mahal," tutupnya.
Ada 50 Juta Masker
Sementara itu, Presiden Jokowi telah menjamin ketersediaan masker di dalam negeri. Dia mengungkapkan, terdapat 50 juta masker masih tersedia.
"Informasi yang saya terima stok di dalam negeri ada kurang lebih 50 juta masker," kata Jokowi di Veranda Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (3/3).
Dia pun yakin masker tersedia untuk masyarakat. Walaupun kata dia, terdapat masker-masker tertentu yang langka di Indonesia.
"Memang pada masker-masker tertentu memang barangnya langka," ungkap Jokowi.
Dia juga sudah memerintahkan Kapolri untuk menindak tegas pihak-pihak yang menimbun masker. Serta menjual kembali dengan harga yang tinggi.
"Hati-hati perusahaan yang saya ingatkan," ungkap Jokowi.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pendapatan sebagai juru parkir tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Baca SelengkapnyaDahulu, para juru parkir lebih dikenal dengan sebutan “Jaga Oto”.
Baca SelengkapnyaGolkar bilang keberadaan juru parkir tetap dibutuhkan.
Baca SelengkapnyaMeski sepi pembeli dan harus panas-panasan saat menjual pulpen tersebut, Ahmad mengaku tak ingin menyerah.
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca Selengkapnya