Menengok kampung monyet di Cipinang
Merdeka.com - Di bantaran Kanal Banjir Timur, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur, berdirilah sebuah pemukiman yang akrab disapa Kampung Monyet. Sebagian besar warganya berprofesi sebagai pengamen topeng monyet untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Di antara pemukiman padat penduduk, dengan bangunan rumah semi permanen ini terlihat beberapa kandang yang terbuat dari kayu yang disekat dengan bambu berukuran 50 x 50 centimeter. Di dalamnya terlihat beberapa monyet sedang melakukan beragam aktivitas, ada yang sedang makan, mencari kutu anaknya dan ada juga yang hanya berdiam diri.
"Ini monyet, yang biasa dipakai buat topeng monyet mas. Monyet-monyet ini nanti disewakan sama orang yang mau cari duit," Kata Sarinah, pemilik enam ekor monyet di saat ditemui merdeka.com, Rabu (23/10).
-
Apa yang dilakukan monyet? Mereka menjatuhkan anjing-anjing itu satu per satu atau meninggalkannya di pepohonan yang tinggi.
-
Bagaimana warga memenuhi kebutuhan sehari-hari? Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, setiap warga mencatat pada kertas lalu menitipkan daftar belanja pada truk tersebut.
-
Apa yang ditunjukkan gambar monyet? Jika gambar monyet yang sedang bergelantungan menarik perhatianmu pertama kali, itu menandakan bahwa otak kanan lebih dominan. Ini menunjukkan bahwa Kamu adalah orang yang kreatif dan penuh dengan ide-ide inovatif.
-
Bagaimana cara mereka hidup? Pada dasarnya, mereka hanya mengurung diri sepanjang hari di kamar tanpa pergi ke mana pun, kecuali sesekali ke perpustakaan atau berbelanja di toko sekitar rumah.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Apa ciri khas monyet Bekantan? Monyet Bekantan merupakan spesies Dunia Lama yang endemik di Pulau Kalimantan. Berkat embel-embel wajahnya yang besar, jenis monyet unik satu ini memiliki hidung yang besar, berdaging, dan juga cukup menonjol.
Bisnis menyewakan monyet ini sudah setahun dijalankannya, ia mengaku bisa mendapatkan uang Rp 200 ribu sehari dari jasa sewaan monyetnya ini.
"Kalau yang mau nyewa yah silakan, satunya Rp 15 ribu seharian, sama musik dan alat jadi 35 ribu," jelasnya.
Sarinah mengaku, harga monyet-monyet. Ini tidak murah. Ia membeli hewan primata tersebut seharga Rp 2-3 juta rupiah per ekor dari salah seorang yang sudah melatihnya. "Kita belinya ini monyet sudah pinter. Jadi bukan kita yang latih," katanya.
Selain Sarinah, Ono Rastono (48) warga RT 12 RW 10, adalah salah satu pemilik monyet terbanyak di pemukiman padat penduduk ini. Meski rumah kontrakannya hanya berukuran 4 x 4 meter, Pria yang akrab disapa Tono ini mempunyai sepuluh ekor monyet pintar, yang jika di total harganya bisa mencapai sekitar Rp 20 juta rupiah.
"Monyet-monyet ini saya beli dari orang yang sudah melatihnya. Harganya macam-macem, dari Rp 1 Juta hingga Rp 3 juta rupiah per ekornya," katanya.
Tono menjelaskan, perbedaan harga ini dinilai dari segi kepintaran sang monyet dalam memainkan alat-alat yang sudah disediakan. Semakin murah monyet semakin sedikit alat yang bisa dimainkan oleh hewan primata ini.
"Kalau yang Rp 3 juta itu udah yang paling bagus, dia bisa naik motor, bisa salto, banyak alat permainan yang bisa dipakai. Sedangkan yang Rp 1 jutaan, paling hanya bisa 5 permainan aja yang dipakai," Kata Tono sambil menunjuk salah satu monyet yang ia beri nama Jack.
Tono menjelaskan, dalam sehari ia menghabiskan uang sebesar Rp 30 ribu untuk uang makan sepuluh monyet miliknya sebelum disewakan kepada para pengamen topeng monyet ini.
"Biasanya saya kasih makan pagi. Soalnya kalau sudah dibawa sama penyewa kan dia yang ngasih makan," tandasnya. (mdk/tyo)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan kawanan monyet itu membuat warga resah. Mereka juga menjarah makanan di warung-warung warga.
Baca SelengkapnyaBeberapa monyet ada yang masuk ke pemukiman desa bahkan ada yang mengambil makanan milik warga.
Baca SelengkapnyaKawanan monyet ini diduga kekurangan makan karena hutan di lereng Gunung Lawu kondisinya memprihatinkan
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaSuasana malam di salah satu pemukiman padat penduduknya terasa begitu berbeda.
Baca SelengkapnyaKampung ini terletak di tengah hutan Taman Nasional Meru Betiri
Baca SelengkapnyaLelahnya fisik seolah hilang, setelah hasil mengamen mereka belanjakan untuk makan.
Baca SelengkapnyaKawanan makhluk kecil muncul ke permukiman warga Depok.
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaPerkampungan di sana setiap hari tertutup kabut dan mayoritas warganya adalah petani.
Baca SelengkapnyaKemunculan 'pocong' di Jalan Margonda Raya membuat resah warga Depok.
Baca Selengkapnya