Mengapa air sumur di Lenteng Agung berwarna merah?
Merdeka.com - Warga Jalan Haji Joko I, Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, digegerkan dengan air sumur yang berubah warna menjadi merah delima mirip minuman soft drink, Senin (3/9) kemarin. Air sumur yang berubah warna itu milik Sugianto (71).
Pakar air dari Universitas Indonesia (UI) Firdaus Ali menjelaskan, kasus dan gegernya sumur warga berubah warna menjadi merah atau warna lainnya adalah bukan kasus baru. Menurut analisa dia, ada beberapa sebab yang membuat sumur milik Sugianto berubah warna.
"Ini bukan kasus yang pertama. Banyak kejadian sumur warga yang terkontaminasi karena di bawah tanah ada patahan bawah tanah, apalagi lokasi kejadian dekat pompa bensin. Kalau kejadian itu berada di kawasan industri rumah tangga, limbahnya bisa masuk ke sumur warga. Kejadian seperti itu sudah berkali-kali, sumber air bersih di Jakarta masih sangat minim," jelas Firdaus saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Senin (2/9).
-
Kenapa sumur air jadi keruh? Penyebab air sumur menjadi keruh dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti galian sumur yang kurang dalam, kondisi geologis atau struktur tanah yang kurang baik, hujan deras atau terus-menerus yang membuat tanah di sekitar sumur menjadi lunak atau berlumpur, dan kebocoran pipa yang menyebabkan kerusakan pada sumur.
-
Bagaimana reaksi warga Demak saat sumur meluber? 'Terus saya keluar, nyari orang-orang. Mereka langsung ke sini, langsung diviralkan. Biasanya nggak pernah,' kata Siti Aminah, pemilik sumur tersebut, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Senin (18/9).
-
Kenapa warga kesulitan air bersih? Kekeringan tahun ini disebabkan oleh fenomena El Nino yang membuat curah hujan sangat rendah.
-
Mengapa warga khawatir menggunakan air tercemar? Warga tak berani menggunakannya air karena khawatir berpengaruh terhadap kesehatan.
-
Gimana cara atasi air sumur keruh? Menggunakan filter air sumur dapat membantu menjernihkan air yang keruh. Filter ini dapat menangkap partikel-partikel kecil yang menyebabkan kekeruhan air sumur.
-
Apa yang terjadi pada sumur di Demak? 'Sumur kebak, ini kok bisa kebak. (Sumur penuh air, kok bisa penuh ini). Di Demak ini,' ujar salah seorang warga seperti dalam video yang diunggah akun Instagram @demakhariini pada Jumat (15/9).
Doktor atau pakar air lulusan University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat ini berpendapat, paling tidak ada tiga hal yang menyebabkan sumur Sugiarto berubah warna menjadi merah delima. Pertama, banyak sumur-sumur di Jakarta memiliki desain yang kurang pas dan jauh dari standar, apalagi sumur-sumur tua orang-orang zaman dulu, sehingga menyebabkan sumur dapat mudah terkontaminasi dari luar.
Kedua, lanjut Firdaus, adanya industri-industri yang berada di pemukiman warga, yang membuang limbahnya ke dalam tanah. Tanpa sadar dan tanpa peduli, limbah tersebut mencemari sumber air warga lainnya, yakni seperti sumur milik Sugiarto tersebut.
"Ketiga, bisa jadi karena adanya tangki-tangki bahan kimia yang berada di dalam tanah dan kemungkinan besar mengalami kebocoran karena korosit," jelas Firdaus.
Korosit atau korosif merupakan sifat suatu subtansi yang dapat menyebabkan benda lain hancur atau memperoleh dampak negatif. Korosif dapat menyebabkan kerusakan pada mata, kulit, sistem pernapasan, dan banyak gangguan lainnya.
"Oleh karena itu, Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta Selatan harus segera mengambil sampel dan segera dicek di laboratorium. Paling lambat dua hari, dan untuk sementara warga jangan sampai mengonsumsi sebagai sumber air bersih," kata Firdaus.
"Kemudian lurah dan camat bisa meminta PAM JAYA berhak meminta tangki untuk persediaan air bersih untuk wilayah sana. Hingga selesai dilakukan investigasi akan hal itu. Warga diminta untuk tidak minum air tersebut sebelum hasil laboratorium selesai dikeluarkan," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, belasan warga mengambil air berwarna merah yang keluar dari sumber air di rumah Sugiyanto (71) di Jalan Haji Joko I, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (2/9). Warga mengaku merasakan khasiat minum air merah dari rumah Sugiyanto tersebut.
Salah satu warga Lenteng Agung, Maryam (48) mengaku sudah minum air merah yang keluar dari sumber air di rumah Sugiyanto. Dia minum air itu dengan harapan bisa menyembuhkan penyakit. "Saya kebetulan punya penyakit darah rendah, pusing, demam. Saya sudah minum dan merasa lebih baik," kata Maryam ditemui merdeka.com di Lenteng Agung, Senin (2/9).
Warga lainnya bernama Dedi (42) mengaku langsung minum air merah yang menghebohkan itu tanpa dimasak. "Segar mas. Rasanya jadi lebih segar," kata Dedi.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Air sumur warga diduga tercemar BBM itu sudah berlangsung selama 7 tahun.
Baca Selengkapnyaaktivitas pertambangan emas ilegal yang marak di sekitarnya membuat air menjadi keruh pekat dan menyebabkan gatal-gatal.
Baca SelengkapnyaFenomena ini mengundang perhatian warga karena dinilai tidak lazim.
Baca SelengkapnyaSungai Kali Baru Cimanggis ini diduga tercemar limbah hingga dipenuhi busa, viral.
Baca SelengkapnyaSumur minyak itu sebelumnya ditutup karena terjadi ledakan yang menyebabkan empat orang tewas dan empat lainnya mengalami luka bakar pada 21 Juni 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah diminta tegas terhadap pabrik yang mencemari Sungai Cileungsi.
Baca SelengkapnyaKebocoran sumur migas itu terjadi pada Senin (18/3) sekitar pukul 14.30 WIB.
Baca SelengkapnyaBendungan ini menjadi tumpuan utama warga Jatisari dan sekitarnya. Sehari-hari, air dimanfaatkan untuk keperluan mandi, mencuci bahkan memasak
Baca SelengkapnyaKekeringan melanda Desa Jatisari, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kondisi ini sudah terjadi sekitar sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaUniknya, sumur yang diklaim tertua di wilayah tersebut masih menyimpan air dalam jumlah yang banyak dan tidak mengalami surut meski dilanda kemarau panjang.
Baca SelengkapnyaPolda Jambi akan terus mengawal sudah sejauh mana pemeriksaan yang dilakukan oleh Polres Batanghari.
Baca SelengkapnyaPenyidik mengungkap sumur minyak ilegal itu dimiliki dua orang, yakni TM dan AN.
Baca Selengkapnya