Mulai Banyak Pendatang, Jakarta Waspada Lonjakan Kasus Baru Covid-19
Merdeka.com - Sudah dua pekan lebih Pembatasan Sosial Berskla Besar (PSBB) tahap transisi berjalan di Jakarta, walaupun penyebaran sudah dapat terkendali. Namun, potensi lonjakan kasus baru Covid-19 masih bisa terjadi
"Jadi yang perlu dikhawatirkan dan dipersiapkan oleh Pemprov DKI itu, pendatang-pendatang. Karena yang tinggal di Jakarta itu bukan orang Jakarta, tetapi masyarakat di wilayah sekitarnya," kata Juru Bicara Koalisi Masyarakat Profesi dan Asosiasi Kesehatan (KoMPAK), Koesmedi kepada Merdeka.com, Selasa (23).
Ia mengatakan masalah penyakit-penyakit menular di Jakarta, masih dipengaruhi faktor penyebaran akibat wilayah penyangga Jakarta.
-
Mengapa kasus DBD di Jakarta meningkat? Lebih lanjut, Ngabila menjelaskan adanya peningkatan kasus DBD di Tanah Air terjadi karena efek dari kemarau ekstrem panjang atau El Nino pada Juli hingga November 2023.
-
Kenapa demam berdarah jadi masalah di Indonesia? Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia.
-
Kenapa DBD meningkat di Jakarta Barat? Memang, Jakarta Barat menyumbang penyebaran kasus DBD tertinggi hingga 26 Maret 2024 dengan jumlah kasus mencapai 716, disusul Jakarta Selatan 576, Jakarta Timur 562, Jakarta Utara 262 kasus, Jakarta Pusat 172 dan Kepulauan seribu 18 kasus.
-
Di mana kasus DBD paling banyak terjadi di Jakarta? 'Penyebaran DBD meningkat terutama di Jakarta Selatan saat ini di angka sekitar 500 kasus,' kata Heru dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (26/3).
-
Kapan puncak kasus DBD di Jakarta? 'Trend kasus DBD akan meningkat pasca El Nino dan pola kenaikan per bulannya khas pada musim penghujan dan sama dari tahun ke tahun akan mulai meningkat Desember, puncak April, lalu kembali turun,' terangnya.
-
Kapan kasus DBD di Jakarta meningkat? Angka kasus DBD di DKI Jakarta mengalami peningkatan sebanyak 1.102 orang dari sebelumnya hanya 627 kasus pada 19 Februari 2024.
"Kita tidak bicara Covid-19 saja, misal Deman Berdarah biasanya kal Tanggerang Selatan, Bogor, Depok, Bekasi sudah melonjak Jakarta biasanya tidak bisa nahan. Termasuk juga TBC ya," tuturnya.
Oleh karena itu, Koesmedi menilai supaya tahap transisi ini berhasil Pemprov DKI harus fokus mengatur mobilitas masyarakat. Terlebih saat memakai moda transportasi umum yang cukup rentan terjangkit Covid-19.
"Selain mengatur transportasi, perlu juga memastikan wilayah-wilayah yang padat penduduknya, bagaimana kondisinya di sana. Seperti Johar Baru yang padat penduduk sangat perlu pemahaman yang tegas untuk masyarakat," imbuhnya.
Lebih jauh, Koesmadi mengingatkan Pemprov DKI harus melihat contoh-contoh di sejumlah negara yang mengambil keputusan membuka beberapa sektor dan kembali menutupnya.
"Jadi seperti Hongkong, Cina, Mekah itu negara-negara yang sudah mulai membuka. Akhirnya tutup lagi, bahkan di Cina ada yang bilang dari unsur makanan," kata Koesmedi.
"Maka saya memikirnya kalau Jakarta memulai new normal itu sangat rawan sekali, perlu dicermati betul-berul, evaluasinya, dan kedisiplinan yang memberdayakan aparat harus lebih tegas," katanya.
Anies Klaim Angka Covid-19 di DKI Terkendali
Sebelumnya, Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan dari hasil data Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) penyebaran Covid-19 masih terkendali saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Yang khusus tidak ada, karena dalam dua minggu ini, review tadi pagi yang kami terima dari tim FKM UI, menunjukkan bahwa kondisi wabah di Jakarta terkendali," tutur Anies kepada wartawan usai menghadiri Rapat Paripurna Istimewa HUT DKI Jakarta di gedung DPRD DKI, Senin (22/6).
Menurutnya, ketika penerapan PSBB ternyata angka penyebaran virus corona untuk ancaman reproduksi virus (R) masih berada di posisi 0,98 dan pada saat PSBB transisi 0,99.
"Artinya masyarakat mulai berkegiatan, dan kondisi wabah masih tetap terkendali. Mudah-mudahan masyarakat, semua, makin menyadari untuk disiplin menggunakan masker, jaga jarak, tidak berkerumun, cuci tangan rutin, dengan begitu kita bisa lebih cepat lagi mengendalikan wabah," katanya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari data terakhir yang dihimpun hingga 26 Maret 2024, Jakarta Barat menjadi wilayah dengan penyebaran kasus DBD terbanyak yakni 716 kasus.
Baca SelengkapnyaDitemukan 200an lebih kasus DBD di satu wilayah Jakarta
Baca SelengkapnyaAni menambahkan untuk fasilitas kesehatan (faskes) di DKI Jakarta sangat mencukupi dan hingga saat ini semua dalam keadaan siaga 24 jam.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat 750 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal 2024. Dari ratusan kasus itu, empat orang meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaKasus DBD di Jakarta tersebut terhitung sejak Januari hingga Juni 2023.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaJumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.
Baca SelengkapnyaPasien yang meninggal diduga karena terlambat mendapat penanganan.
Baca SelengkapnyaTuberkulosis merupakan tantangan yang masih dihadapi oleh Indonesia hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Singapura melonjak drastis. Indonesia mulai waspada.
Baca Selengkapnya