Nenek Hindun disalatkan di rumah, ini tanggapan PKB
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Kadir Karding menyebut kasus jenazah nenek Hindun yang disalatkan di kediamannya bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Menurut Abdul Kadir, kasus serupa pernah terjadi saat almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabat Presiden RI ke-4.
Dia mengatakan, kasus itu terjadi di Jombang. Menurutnya, kejadian itu sampai membuat Gus Dur menulisnya di salah satu harian nasional.
"Dulu pernah ada kejadian di Jombang. Ada seseorang yang dianggap abangan, Islam kejawen. Oleh masyarakat setempat tidak disalatkan, karena dia abangan," kata Abdul Kadir saat dihubungi merdeka.com, Senin (13/3).
-
Apa penyebab kematian bapak dan nenek? Dalam kasus ini, ayah dan nenek terduga meninggal dunia. Hasil pemeriksaan medis, mereka berdua mengalami luka-luka di bagian leher, punggung dan lengan. Sedangkan, ibu terduga pelaku mengalami luka.
-
Apa yang diambil pelaku dari rumah nenek? Akibatnya banyak harta benda yang raib antara lain lima sertifikat tanah, emas perhiasan, dan uang senilai dua puluh juta rupiah raib diambil pelaku.
-
Kenapa pelaku mengambil harta benda nenek? Kesempatan inilah yang dimanfaatkan pelaku untuk mengambil barang-barang berharga yang sebenarnya sudah disembunyikan di belakang rumah.
-
Dimana keluarga itu dimakamkan? Ketiga anggota keluarga itu ditemukan di sebuah lubang kubur berisi 15 jasad di bagian tengah Kota Yaroslavl.
-
Siapa yang menyampaikan belasungkawa? Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan belasungkawa terhadap semua korban serangan teroris di gedung teater Crocus City Hall.
-
Siapa yang dimakamkan? Berdasarkan bukti kontekstual, dapat diasumsikan orang tersebut adalah seorang pejuang laki-laki, menurut Zagórska-Telega.
Di sisi lain dia menyayangkan kasus yang dialami nenek Hindun terjadi. Sebab, dia menilai penolakan yang dilakukan karena perbedaan pilihan politik itu tidak perlu terjadi.
"Ya. Kalau saya, selaku orang PKB, (penolakan itu) tidak perlu. Karena hak setiap umat muslim untuk disalatkan ketika meninggal," kata dia.
Sebelumnya, jenazah nenek bernama Hindun binti Raisman (78), warga Jalan Karet Karya II, RT 009 RW 05, Setiabudi, Jakarta Selatan, disalatkan di kediamannya. Awalnya keluarga ingin jenazah disalatkan di Musala Mu'minuun.
"Kata pak ustaznya, percuma enggak ada orang di sini," ujar anak pertama nenek Hindun, Sudarsih menirukan pernyataan Neneng, Jumat (10/3). Neneng merupakan anak bungsu Hindun yang minta izin ke ustaz musala tersebut.
Neneng, imbuh Sudarsih, merasa ada yang janggal atas penolakan tersebut. Sebab, keluarga mereka sebelumnya tak pernah ditolak ketika ingin mensalatkan jenazah di musala tersebut. Hindun meninggal Selasa (7/3) siang lalu.
Menurut Sudarsih, keluarga menduga penolakan tersebut merupakan buntut dari pencoblosan Pilgub DKI Jakarta pada putaran pertama lalu. Saat itu, Hindun yang tidak bisa berjalan disambangi oleh petugas TPS, beberapa saksi dan KPPS.
Saat itu Hindun menggunakan hak suaranya di rumah. Dia memilih pasangan nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat.
"Waktu pas pencoblosan petugas TPS kan datang tuh, kan ibu (Hindun) dapat hak suara memilih. Nah di situ dikasih kertas (surat suara), dibuka di situ terus kelihatan ibu coblos Ahok," cerita Sudarsih.
Ustaz Ahmad Syafii, pengurus jenazah RT setempat menjelaskan duduk perkara kejadiannya. Syafii mengatakan jenazah Hindun tetap disalatkan meski dilakukan di rumah. Alasannya saat itu tidak ada orang yang menggotong jenazah Hindun ke musala.
Kondisi cuaca yang hujan menjadi salah satu faktor kurangnya orang untuk membawa jenazah nenek Hindun ke musala. Dia juga menegaskan adanya kabar jenazah tidak disalatkan karena pendukung Ahok-Djarot adalah tidak benar.
"Masya Allah, jahat benar. Siapa bilang kayak gitu? Perkaranya itu bukan karena milih Ahok. Bukan enggak disalatin, saya yang ngimami, saya yang bantu talqinkan 24 jam sebelum nenek (Hindun) meninggal," kata Syafii.
Jenazah Nenek Hindun kemudian dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban diketahui telah tinggal bersama menantunya itu sejak tiga bulan terakhir.
Baca SelengkapnyaPaman Intan, Hanafi Hasan, merasakan kepedihan yang mendalam dan rasa syok yang luar biasa
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca SelengkapnyaAnsori tak mengetahui secara pasti penyebab Ngantiani tidur di gubuk.
Baca SelengkapnyaVanny menyebut ada beberapa hal yang menjadi sorotan terkait berita viral perkara penganiayaan yang dilakukan terpidana NP.
Baca SelengkapnyaSatu bulan lima belas hari penjara, vonis itu lah yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Tuban untuk Mbah Darmi
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaViral detik-detik rumah tiba-tiba ambruk. Ternyata begini faktanya.
Baca SelengkapnyaIntan selama ini memilih bungkam terkait dugaan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialaminya dari suaminya, Armor Toreador. Simak cerita selengkapnya!
Baca SelengkapnyaKesehatan nenek ST (73), menurun akibat kelelahan menghadapi masalah dengan anak angkatnya
Baca SelengkapnyaSeorang ibu rumah tangga di Kecamatan Cikajang, Garut, Jawa Barat, Neneng Hatisah (53) menjadi korban perampokan dan pembunuhan. Pelaku diduga keponakan korban.
Baca SelengkapnyaBeredar informasi jika penyebab penganiayaan ini dilatarbelakangi persoalan keluarga.
Baca Selengkapnya