Nestapa penghuni gubuk Bongkaran, tempat tinggal dibakar Satpol PP
Merdeka.com - Ironis, itulah kiranya kata yang tepat menggambarkan wajah kehidupan warga Jakarta. Sudah 60 tahun lebih bangsa yang memiliki cita-cita keadilan sosial itu merdeka, namun sejumlah persoalaan ketimpangan masih mendera, salah satunya penggusuran gubuk-gubuk orang miskin yang biasa dibilang 'kumuh'.
Demi pembangunan dan ketertiban, puluhan gubuk-gubuk yang berdiri di sepanjang Kanal Banjir Barat (KBB), Bongkaran, Tanah Abang, digusur dan dibakar oleh aparat Satuan Polisi Pamong Praja (SatPol PP) kemarin, Senin (19/1).
Pantauan merdeka.com, Selasa (20/1), asap masih membumbung dari bekas gubuk-gubuk yang dibakar Pukul 07.00 WIB itu. Dan sejumlah gubuk-gubuk lainnya telah rata menjadi abu.
-
Bagaimana cara pulang kampung? Teruskan sampai usahamu berhasil. Namun, pulanglah saat kamu sudah mendapatkan tujuanmu. Mari kita mudik lebaran 2024.
-
Di mana desa miskin itu berada? Salah satu desa miskin berada di Desa Cipelem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
-
Kenapa orang pulang kampung? Pulang kampung seringkali dianggap sebagai momen yang penuh dengan rasa haru, nostalgia, dan kehangatan.
-
Apa makna dari kata-kata pulang kampung? Kata-kata pulang kampung lucu bisa menggambarkan perasaan campur aduk ketika kita kembali ke tempat asal.
-
Apa alasan warga Kampung Mati pindah? Pada zaman dulu, ada sekitar 20 KK yang tinggal di kampung itu. Namun kehidupan di sana sungguh sulit. Selain berada di zona rawan longsor, hasil pertanian di sana sering menjadi serangan monyet ekor panjang. Hal inilah yang membuat warga tidak betah dan akhirnya memilih pindah.
-
Mengapa orang-orang meninggalkan rumah? Mereka diselimuti ketakutan setelah serangan Israel ke Jalur Gaza terus berlanjut.
Ruswa (40) salah seorang yang meratapi gubuknya yang terbakar mengatakan, penertiban dan pembakaran itu dilakukan pagi hari ketika mereka masih terlelap tidur. Maklum, Ruswa yang sehari-hari bekerja sebagai penjual teh botol dan kopi di malam hari itu, baru bisa tidur selepas pukul 12 malam.
Perantau asal kota Indramayu, Jawa Barat itu mengungkapkan, sebelumnya memang telah ada sosialisasi dari pemerintah setempat. Namun dalam sosialisasi itu dikatakan penggusuran akan dilakukan selepas pembangunan jalan sepanjang kali Cideng itu tuntas. Namun kenyataannya, janji tinggal janji.
"Katanya masih lama kalau jalan sudah selesai, tahunya dah dibakar, kok jam 7 pagi orang kan pada tidur," katanya kepada merdeka.com di lokasi pembakaran.
Parahnya, menurut Ruswa dari pembakaran itu, sejumlah barang miliknya ikut terbakar seperti tempat tidur dan beberapa barang dagangan. Padahal, dalam sosialisasi yang ia terima dari pemerintah, warga bisa mengamankan barang-barang yang masih bernilai guna.
"Hari Jumat sore tolong dibersihkan, hari Senin mau ditertibkan, barang-barangnya yang bisa dijual ya dijualin, tapi enggak ada pemberitahuan jam berapa, kita kan baru bangun kita jualannya malem," terangnya. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaKebakaran di sekitar pesantren diperkirakan 20 hektare bahkan hampir menjalar ke gedung untuk bisa dipadamkan.
Baca SelengkapnyaRatusan warga yang terdampak kebakaran diamankan ke posko pengungsian di halaman RSUD Kebayoran Lama.
Baca Selengkapnya"Mereka mau direlokasi tapi tuntutan mereka minta dipenuhi juga," ujar Maulana.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2021, rumahnya terbakar. Sehingga dibangunlah gubuk reyot yang kundisinya sangat tidak layak itu.
Baca SelengkapnyaRelokasi warga korban kebakaran di Manggarai bertahap.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaPelaku tega membakar shelter kucing karena kesal dan sakit hati dipecat dari yayasan Rumah Singgah Clow.
Baca SelengkapnyaEstimasi kerugian akibat kebakaran sekitar Rp500 juta.
Baca SelengkapnyaSebanyak 400 hangus terbakar dan 1.000 orang dilaporkan mengungsi imbas kebakaran di Penjaringan.
Baca SelengkapnyaNS (40), buruh serabutan di Kelurahan Penkase Oeleta, Kecamatan Alak, NTT, nekat melakukan aksi bakar diri saat akan ditangkap karena memiliki senjata api.
Baca SelengkapnyaIa mengaku sudah tinggal sendirian di gubuk tersebut selama tiga tahun.
Baca Selengkapnya