Nestapa Siswa, Pasrah Tak Dapat Nilai Karena Tidak Punya Gawai
Merdeka.com - Hampir delapan bulan anak-anak di sebagian besar wilayah Indonesia mengikuti pelajaran jarak jauh. Kondisi terpaksa mereka jalani karena pandemi Covid-19 yang melanda Tanah Air.
Metode pembelajaran ini tak mudah dijalani. Banyak sekali kendala harus dihadapi murid juga guru. Mulai dari tak memiliki ponsel hingga jaringan internet tak maksimal.
Belum lagi, murid menjadi tak paham sepenuhnya materi yang diajarkan guru. Alhasil, kegiatan belajar-mengajar benar-benar terasa tak maksimal.
-
Alasan apa anak tersebut tidak hadir di sekolah? Dengan ini saya selaku orang tua/wali murid dari : Nama : Kelas : Alamat :NISN : Memberitahukan bahwa anak saya tersebut diatas tidak dapat mengikuti pelajaran seperti biasa pada hari ini, Senin, 09 Januari 2023 dikarenakan sakit. Oleh karena itu, kami memohon pada Bapak/Ibu Guru Wali Kelas XI-B agar memberikan izin.
-
Siapa yang siswa SMP itu ajak bicara? 'Saat ini korban berada di Puskesmas Kecamatan Tebet dan kondisi sadar dan bisa diajak komunikasi. Ditemukan kertas dari korban yang berisi tulisan dan gambar menyerupai hanoman, tulisan tersebut tidak dimengerti artinya,' ucapnya.
-
Kenapa sekolah di lockdown? Menanggapi situasi ini, pihak sekolah segera mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown selama 14 hari.
-
Kenapa anak demam harus absen sekolah? Demam bisa menjadi indikasi bahwa tubuh sedang berjuang melawan infeksi, dan memulihkan diri adalah prioritas utama.
-
Dimana murid SD itu bertanya pada gurunya? Ana sawijining murid SD sing tekon karo gurune sing ndilalah lagi rada nesu. Pas muride kuwi tekon karo gurune, Pak Guru kuwi lagi mangan neng kantin, tanpa sadhar yen ana upa neng tutuk'e.
-
Kenapa AY takut ke sekolah? Korban juga mengalami sakit di pinggang akibat ditendang para pelaku.Bahkan, korban memaksa keluarga memindahkannya ke sekolah lain. Setiap pergi ke sekolah, korban merasa ketakutan dan akhirnya tetap dipaksa berangkat.'Adik saya mengaku dibully teman-temannya, dia bilang lima orang, dia takut dan mau pindah sekolah,' kata TR, Jumat (6/9).
Gara-gara sistem belajar jarak jauh ini pula, Aditya Akbar, menjadi murung. Dia tak bisa mengikuti sistem belajar dalam jaringan karena tidak memiliki ponsel. Alhasil, di semester pertama ini nilai siswa kelas VII SMP 286 itu menjadi kosong.
Aditya tak bisa berbuat banyak. Hidup keluarganya memang pas-pasan secara ekonomi. Ayahnya dulu hanya seorang montir. Nahas, pandemi malah membuat ayahnya juga kehilangan pekerjaan.
Selain tinggal bersama ayahnya di Jalan Cempaka, RT 10, RW Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat, Aditya juga memiliki seorang kakak lulusan Sekolah Dasar (SD) dan tak memiliki pekerjaan.
Berharap Ada Bantuan Agar Bisa Sekolah
Sehari-hari, kehidupan mereka bergantung dari penghasilan ayahnya yang terkadang masih menerima panggilan untuk memperbaiki motor atau barang elektronik.
Aditya yang duduk di bangku SMP sudah sejak awal semester selalu absen. Ketidakhadiran Aditya saat belajar online sempat mengundang perhatian guru-guru sekolahnya.
Perwakilan sekolah menemuinya. Mereka tidak bisa berbuat banyak ketika mengetahui Aditya tidak memiliki smartphone.
"Mereka katanya hanya bisa membantu untuk memberi kesempatan ulangan susulan kepada adik saya. Tapi mereka juga harap orangtua dapat memenuhi kebutuhan Adit," kata Rival, kakak Aditya, Senin (26/10).
Rival sangat berharap ada uluran tangan untuk membantu membelikan handphone buat sang adik. Rival tak ingin adiknya putus sekolah.
Apalagi, di matanya, sang adik tergolong anak pintar. Ketika duduk di bangku SD, Aditya kerap mendapatkan nilai 95. Nilai rata-rata Aditya saat Ujian Akhir Sekolah (UAS) SD pun 80.
"Saya harap adik saya bisa lanjutkan sekolah. Jangan seperti saya yang sudah putus sekolah," ucap dia.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
selain D, ada juga puluhan siswa di SMA Negeri 2 Maumere dipulangkan pihak sekolah lantaran menunggak uang SPP.
Baca SelengkapnyaTak sedikit warganet yang turut merasakan kesedihan yang dialami bocah SMP ini.
Baca SelengkapnyaAdalah Bripka Gun Gun, sosok Bhabinkamtibmas yang menemani Ahmad mengambil rapor di sekolahnya.
Baca SelengkapnyaMomen sedih siswa Seba Polri dihampiri komandan karena keluarga tak datang.
Baca SelengkapnyaDi tengah momen itu, tiba-tiba ada seorang siswa yang justru menghampiri gurunya sambil berkata "orang tua saya tidak ada Bu,".
Baca SelengkapnyaSebuah video seorang sisws SD mengenaan sepatu rusak ke sekolah mencuri perhatian publik.
Baca SelengkapnyaTim meminta Kepala sekolah SMP I Sindangbarang bertanggung jawab atas kejadian tersebut karena dianggap lalai.
Baca SelengkapnyaKepala SMA Negeri 8 Medan dinilai telah lalai karena tak pernah memanggil orang tua siswa.
Baca SelengkapnyaTak mau sekolah, bocah tersebut justru tak mempan dinasehati orangtua hingga guru. Buntutnya, prajurit TNI turun tangan.
Baca SelengkapnyaTidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaGuru itu sedang mendampingi siswa-siswi yang akan mengikuti ujian berbasis komputer.
Baca SelengkapnyaAbdul Mu'ti berharap kasus yang dialami tiga siswa SDIT ICMA tersebut dapat menemui jalan keluar secepatnya.
Baca Selengkapnya