Pemprov DKI Ancam Sanksi Pihak Sengaja Mencemari Teluk Jakarta
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memastikan akan menjatuhi sanksi kepada pihak yang terbukti dengan sengaja melakukan pencemaran di perairan Teluk Jakarta. Hal tersebut sehubungan hasil temuan peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN) tentang air Teluk Jakarta terkontaminasi zat parasetamol.
"Nanti kita akan tegakkan, juga nanti akan diketahui ada unsur kesengajaan dari siapa pun tentu harus diberi sanksi ya," ujar Riza di Balai Kota, Senin (4/10).
Upaya Pemprov saat ini terkait penemuan BRIN itu, kata Riza, yaitu pengambilan sampel air di Teluk Jakarta oleh Dinas Lingkungan Hidup. Untuk proses penelitian tersebut memakan waktu sekitar 14 hari.
-
Bagaimana penelitian dilakukan? Dalam Journal Current Biology, para peneliti memasang speaker dan kamera di sekitar 21 lubang air di South Africa‘s Greater Kruger National selama musim kemarau. Itu dilakukan dari bulan Juni hingga Agustus.
-
Apa yang diteliti? Analisis terhadap lebih dari 4.000 artefak batu yang ditemukan di sebuah pulau di barat laut Australia memberikan gambaran kehidupan suku Aborigin puluhan ribu tahun yang lalu.
-
Dimana penelitian ini dilakukan? Ilmuwan ESA sedang bekerja untuk menilai tekstil baru yang cocok buat pakaian antariksa baru yang tidak sama pada misi Apollo.
-
Di mana penelitian dilakukan? Pada 2005, penggalian di Varnhem, Swedia, menemukan reruntuhan gereja Kristen.
Politikus Gerindra ini mengaku pihaknya belum mengetahui penyebab pasti adanya kandungan parasetamol tersebut. "Kami belum tahu apakah kelalaian ada yang membuang dengan sengaja atau tidak sengaja," ujar Riza.
Secara terpisah, Peneliti Oseanografi BRIN, Profesor Zainal Arifin mengatakan kemungkinan potensi sumber zat paracetamol yang mengalir ke laut Jakarta berasal dari ekresi konsumsi dari masyarakat, rumah sakit, dan industri farmasi. Namun tiga kemungkinan ini masih perlu diteliti.
Dalam webinar virtual, Zainal menjelaskan alasannya menyampaikan tiga kemungkinan sumber potensi pencemaran zat paracetamol ke teluk di Jakarta seiring dengan tingginya volume masyarakat. Selain volume masyarakat, intensitas aktivitas di ibu kota juga tinggi seiring dengan jumlah industri.
"Dengan jumlah penduduk yang tinggi dikawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan diperairan," ucap Zainal, Senin (4/10).
Kemungkinan faktor berikutnya adalah pengelolaan limbah farmasi dari rumah sakit belum optimal. Akibatnya, limbah yang terbuang ke lautan terkontaminasi dengan zat paracetamol.
"Sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," ungkapnya.
Menanggapi temuan tersebut, peneliti BRIN Wulan Kowagow sepakat perlu adanya perbaikan sistem pengelolaan limbah farmasi. Namun demikian, Wulan mengaku belum mengetahui dampak terhadap manusia akibat pencemaran laut oleh zat paracetamol.
"Jadi saya belum melihat efeknya pada manusia, secara logika konsentrasinya rendah Paracetamol yang kita makan yang kita minum secara logika harusnya efeknya itu kecil seperti itu tetapi tentu saja kalau ingin mengkonfirmasi sebagai peneliti saya harus bilang segala sesuatunya harus dikonfirmasi dulu pada saat kita punya data baru kita bisa berbicara," ucap Wulan.
Sebelumnya, hasil penelitian tersebut masuk dalam publikasi LIPI yang diunggah pada 14 Juli 2021 melalui laman resminya lipi.go.id, terkait tingginya konsentrasi paracetamol di Teluk Jakarta, dengan judul: High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia.
Peneliti tersebut di antaranya Wulan Koagouw dan Zainal Arifin. Keduanya dari dari Pusat Penelitian Oceanografi itu menemukan dari empat titik yang diteliti di Teluk Jakarta, dua di antaranya, yakni di Angke terdeteksi memiliki kandungan paracetamol sebesar 610 nanogram per liter dan di Ancol mencapai 420 nanogram per liter.
Sementara itu, berdasarkan lampiran VIII PP Nomor 22 Tahun 2021, parameter baku mutu air laut mencapai 38 jenis yakni warna, kecerahan, kekeruhan, kebauan, padatan tersuspensi total dan sampah.
Kemudian, suhu, lapisan minyak, pH, salinitas, oksigen terlarut, kebutuhan oksigen biokimia, ammonia, ortofosfat, nitrat, sianida, sulfida, hidrokarbon petroleum total, senyawa fenol total, poliaromatik hidrokarbon, poliklor bifenil, surfaktan, minyak dan lemak.
Selanjutnya, pestisida (BHC, aldrin/dieldrin, chlordane, DDT, heptachlor, lindane, methoxy-chlor, endrin dan toxaphan), tri buti tin, raksa, kromium heksavalen, arsen, cadmium, tembaga, timbal, seng, nikel, fecal coliform, coliform total, pathogen, fitoplankton dan radioaktivitas.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Studi mencatat bahwa sekitar 40-70 persen faktor penurunan air tanah diakibatkan pengambilan air tanah. Ini berartiselama masih ada yang mengambil air tanah.
Baca SelengkapnyaKPK akan meminta penjelasan dari Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Amerta Dayang Gunung terkait proyek tersebut.
Baca SelengkapnyaRatusan personel kebersihan diterjunkan dalam rangka operasi Grebek Sampah di Pesisir Merunda Kepu
Baca SelengkapnyaPemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta didampingi Polda Metro Jaya menerapkan uji coba tilang uji emisi mulai hari ini, Jumat (25/8).
Baca SelengkapnyaPengerukan endapan lumpur ini dilakukan sebagai upaya untuk menambah daya tampung air, terutama ketika musim penghujan.
Baca SelengkapnyaSetidaknya terdapat 14 industri yang sudah tercatat akan diwajibkan memasang scrubber.
Baca SelengkapnyaPemerintah provinsi DKI Jakarta terus melakukan berbagai upaya dan langkah untuk mengatasi banjir di Jakarta.
Baca SelengkapnyaKendaraan usia lebih dari tiga tahun diberhentikan dan dilakukan pemeriksaan emisi.
Baca SelengkapnyaHendri berujar, sarana dan prasarana juga disiagakan.
Baca SelengkapnyaJumlah penduduk yang tinggal dan mendirikan bangunan liar di lokasi pengerjaan tanggul pantai rupanya tak sedikit.
Baca SelengkapnyaWaduk Melati menjadi salah satu infrastruktur pengendali banjir di Jakarta.
Baca SelengkapnyaBanjir rob melanda kawasan pesisir utara Jakarta, Senin (18/11).
Baca Selengkapnya