Penjelasan Lurah Tegal Alur soal Balita Gizi Buruk: Orangtua Tak Izinkan Dibawa ke RS
Merdeka.com - Lurah Tegal Alur, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat, Suratman Arifianto membantah tudingan telah lalai dan abai terhadap balita berusia sekitar 2 tahun, yang mengalami gizi buruk. Suratman mengatakan, upaya persuasif dari kader kelurahan untuk membawa balita tersebut ke rumah sakit sudah dilakukan.
"Memang tidak ada kelainan waktu itu. Cuma dia (orang tua balita) tidak mau dirawat ke rumah sakit karena saat itu takut Covid," kata Suratman saat dihubungi merdeka.com, Jumat (13/5).
Suratman menegaskan, sebelum informasi tentang balita gizi buruk menyeruak dan menjadi konsumsi publik, kader PKK dan pejabat kelurahan telah mengetahui kondisi balita tersebut mengalami gizi buruk. Upaya membujuk orang tua untuk datang ke Posyandu, tidak dihiraukan pada saat itu.
-
Kapan situasi gizi buruk ini terjadi? 'Dalam dua pekan, kami mendeteksi lebih dari 250 pasien gizi buruk,' jelas direktur rumah sakit Kamal Adwan, Dr Hassam Abu Safah, dikutip dari Sky News, Selasa (9/7).
-
Informasi apa yang disebarluaskan? Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh kelompok target atau individu.
-
Siapa yang menginformasikan kejadian tersebut? Dari informasi yang dibagikan oleh sang adik, Olivia Zalianty, Marcella mengalami kejadian tidak menyenangkan ketika sedang menjalani latihan untuk pementasan Malahayati.
-
Kenapa balita perlu makan makanan bergizi? Seperti yang diketahui, anak-anak usia di bawah lima tahun memang memerlukan nutrisi yang baik untuk tumbuh dan kembangnya.
-
Siapa yang mendesak BPOM untuk sosialisasi? Ia mendesak BPOM segera meningkatkan sosialisasi masif atas kebijakan anyar tersebut.
-
Kapan kekurangan gizi mulai berdampak buruk? Seiring waktu, kekurangan gizi yang parah dapat mengakibatkan kondisi serius seperti malnutrisi kronis, yang berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang.
Hingga, para kader melakukan kegiatan jemput bola ke rumah keluarga tersebut yang berada di bantaran Kali Semongol. Pihak kelurahan mendistribusikan makanan sesuai petunjuk dokter gizi, beras, uang, dan susu.
Suratman mengakui, bahwa selama pandemi aktivitas di Posyandu dihentikan sementara untuk menekan dan mencegah meluasnya penularan Covid-19. Namun, khusus untuk balita tersebut, dia memastikan, pihak kelurahan memberikan akses agar tetap mendapatkan pelayanan optimal.
"Posyandu kan tidak ada (beroperasi) selama Covid. Nah ini (balita gizi buruk) umurnya selama Covid, sudah disarankan untuk segera dirawat kita bantu juga sama kader sebelumnya cuma ya ketakutan orangnya ke Posyandu enggak mau datang juga," jelasnya.
Saat ini, balita gizi buruk sedang menjalani perawatan di rumah sakit umum daerah Kalideres, Jakarta Barat. Balita tersebut dirawat di rumah sakit sejak Senin (8/5).
Kondisi bayi gizi buruk menjadi perhatian serius Anggota DPRD DKI Jakarta dari Komisi D Hardiyanto Kenneth. Dia menilai camat dan lurah setempat perlu dievaluasi, sebab keduanya merupakan pejabat paling dekat dengan warga.
Kenneth, politikus PDIP itu menduga kasus di Kalideres tersebut bukanlah murni kesalahan dari Dinas Kesehatan Jakarta Barat, akan tetapi timbul karena ketidakpekaan dari Camat dan Lurah Kalideres terhadap kasus tersebut.
"Dinkes Jakbar, sifatnya hanya menerima laporan dan segera langsung melakukan penanganan. Secara prinsip kan tidak mungkin Dinkes Jakbar mengetahui orang yang sakit kalau tidak ada aduan. Seharusnya Camat dan Lurah Kalideres bisa lebih sensitif, mereka bisa memaksimalkan peran RT, RW dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) di wilayahnya masing masing," ucap Kenneth di Jakarta, Kamis (12/5) seperti dikutip Antara.
Menurut dia, jika camat dan lurah bekerja maksimal pasti bisa diantisipasi dari awal dan tidak perlu adanya balita yang terjangkit gizi buruk, karena tupoksi cegah dini dan deteksi dini Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG) serta menjadi katalisator program pemerintah daerah, secara otomatis melekat di badan organisasi RT, RW dan FKDM.
"Tugas camat dan lurahlah yang harus mengontrol serta memaksimalkan peran mereka, karena RT, RW dan FKDM pasti mempunyai data yang valid di wilayah masing masing. Saran saya perlu ada evaluasi karena seharusnya pejabat setempat tahu kondisi masyarakat setempat," ucap Ketua Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI (IKAL) PPRA Angkatan LXII itu.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
RSAB Harapan Kita berjanji menangani bayi berinisial LAH secara optimal.
Baca SelengkapnyaRSAB Harapan Kita juga berjanji akan memberikan perkembangan penanganan anak dari Chintia Suciati (29) tersebut secara terbuka kepada masyarakat.
Baca SelengkapnyaProgram tersebut digelar oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) melalui DPPKB Majene di Kantor Kecamatan Pamboang, Senin (6/5).
Baca SelengkapnyaSang ibu menuntut pertanggungjawaban kepada pihak rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSingkat cerita, pada saat bayi LAH dirawat di RS tersebut pihak nakes sempat meminta biaya menebus obat dan alat medis kepada Chintia.
Baca SelengkapnyaKepala Desa Rawapanjang, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor Mohammad Agus, keberatan bocah G (6) yang tinggal di wilayahnya viral karena mengaku kelaparan.
Baca SelengkapnyaBocah yang sakit itu sudah tampak lemas. Hidungnya terus mengeluarkan darah.
Baca Selengkapnya798.107 Ribu balita di DKI Jakarta rawan gizi. Dari total itu, 36 ribu balita tercatat mengalami masalah gizi.
Baca SelengkapnyaDinkes mengatakan proses pengambilan foto harus dilakukan dengan izin dari pihak keluarga.
Baca SelengkapnyaGus Ipul juga menegaskan bahwa target penurunan untuk 14 persen tahun 2024 harus dicapai.
Baca SelengkapnyaTemuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Mamuju ditemukan bakteri E-Coli dari sampel PMT tersebut.
Baca SelengkapnyaBPOM Mamuju menemukan bakteri Escherichia coli (E.coli) pada sampel makanan yang diserahkan Dinas Kesehatan Sulawesi Barat (Sulbar).
Baca Selengkapnya