Perjuangan Nunik Demi Hidup di Jakarta, Pasrah Digusur Hingga Menghuni Kolong Tol
Merdeka.com - Kerasnya kehidupan di Jakarta membuat satu keluarga ini hanya bisa pasrah hidup di bawah kolong Tol Pluit-Tomang Jakarta Barat. Bukan untuk setahun, tapi sudah banyak tahun mereka habiskan di bawah jalan beton bebas hambatan itu.
Nunik, bukan nama aslinya, mengaku tak punya pilihan lain. Tergusur dari bedeng di Kalijodo, Jakarta Barat, membuatnya putar otak mencari tempat tinggal agar bisa terus berjuang di Jakarta.
"Saya sudah delapan tahun di sini, sebelumnya di Kalijodo tapi kena gusuran," ujar Nunik saat ditemui merdeka.com, Senin (19/6).
-
Mengapa Anik kembali ke kampung halamannya? Akhirnya Anik mengambil keputusan untuk pulang ke kampung halamannya demi mengurus pendidikan dan lebih dekat dengan anak-anaknya, serta membangun usaha kecil untuk menambah pendapatan keluarga.
-
Bagaimana keluarga Kiky Saputri tinggal di kampung halaman? Menariknya, di garut Keluarga Kiky Saputri memiliki beberapa rumah dan tinggal bersama-sama dengan keluarga lainnya.
-
Bagaimana warga Desa Kedung Glatik mencari nafkah? Ia mengatakan, warga setempat menggantungkan perekonomian pada hasil hutan.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Bagaimana Suku Bajo mencari nafkah? Profesi Mayoritas Suku Bajo berprofesi sebagai nelayan. Mereka menggunakan perahu tradisional untuk mencari ikan dengan cara yang diwariskan turun-temurun. Memancing dengan kail, menjaring, bahkan memanah jadi metode yang masih digunakan untuk mencari rezeki dari laut.
-
Apa yang diimpikan anak kurang mampu? Melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi merupakan kesempatan yang tidak semua siswa bisa mendapatkannya. Terlebih bagi siswa yang orang tuanya berasal dari golongan kurang mampu.
Mimpi Nunik dan keluarga tak muluk-muluk. Asal mendapatkan bekal menyambung hidup. Itupun sudah cukup buat bahagia. Sebab di kampung halamannya di Makassar, kesempatan bekerja seolah tak tersisa sekalipun untuk penduduk asli seperti dirinya.
Perjalanan Nunik Merantau ke Jakarta
Nunik mengenang perjalanannya merantau di tahun 2000 silam. Saat itu, modalnya datang ke Jakarta hanya sebuah semangat bercampur rasa nekat. Maklum saja, dia belum punya bayangan akan bekerja apa dan di mana. Untung saja ada kerabat punya usaha di Kalijodo. Datanglah dia ke sana.
"Dateng sama suami ke Jakarta belum tahu mau kerja apa. Sampai akhirnya kakak ipar yang kerja di sana (Kalijodo). Saya aja harus numpang tinggal di sana sama anak-anak juga waktu itu," katanya mengenang cerita lalu.
Lebih kurang 16 tahun Nunik dan keluarganya bergumul dengan sesaknya kampung Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Barat. Sampai suatu ketika, kenyamanannya terusik. Tempat tinggalnya di Kalijodo digusur pemerintah daerah. Sempat terbesit rasa kecewa. Tetapi tidak membuatnya patah semangat mengadu nasib di Jakarta.
Dia mencari informasi sana-sini. Tempat hunian yang bisa dia tinggali bersama keluarga. Tak terlalu penting soal kenyamanan. Asal bisa memejamkan mata kala malam datang.
Seorang kenalan menginformasikan padanya. Ada area kolong tol yang bisa dijadikan tempat tinggal. Nunik tak berpikir panjang. Dia langsung iyakan tawaran itu.
"Dulu enggak kaya gini. Saya pakai modal yang bekas jualan warung di Kalijodo buat bangun," ucapnya.
Istana Kecil di Kolong Tol
Setelah melihat lokasi kolong tol dan berbekal keterampilan seadanya, Nunik dan suami membangun istana kecilnya yang didominasi triplek dan kayu. Agar tak terlalu kumuh, dinding triplek dia cat warna hijau terang. Dia juga melengkapi rumahnya dengan ventilasi dari kawat yang dibentuk kotak-kotak.
Sebenarnya, tinggal di kolong tol bukan pengalaman baru untuk Nunik dan suami. Di Makassar pun, dia dan keluarganya juga tinggal di kolong tol. Tetapi, dilema sempat dia hadapi. Ketika lima buah hatinya bertanya. Kondisi rumah yang begitu memprihatinkan. Jauh dari kata layak dan sehat. Nunik hanya bisa memberikan pengertian.
"Ya gitu kadang klo anak 'ih Mak suara apa itu mak' 'oh itu suara di atas'," ceritanya.
Kini, Nunik hanya bisa berdoa. Cerita tentang penggusuran tak lagi memaksanya berpindah tempat. Sehari-hari, Nunik tak hanya aktivitas. Lebih banyak di rumah menunggu kepulangan sang suami serta anak ke-3 dan ke-4 nya pulang ke rumah seraya berharap mendapat kabar baik dari mereka. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang warga transmigrasi asal Wonogiri bekerja banting tulang demi anaknya agar bisa kuliah.
Baca SelengkapnyaDari hasil kerjanya, dia menabung hingga bisa kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaPerjalanan Najamuddin menjadi pengusaha konstruksi tidak lah mudah.
Baca SelengkapnyaSaat bekerja di Brunei, gaji wanita ini sudah lebih dari 1.000 dolar atau sekitar Rp12 juta lebih. Namun, ia memilih pulang kampung.
Baca SelengkapnyaAda banyak sayur dan buah yang tersedia di atap rumahnya
Baca Selengkapnya