Perlawanan diremehkan, nelayan siap berjuang sampai mati
Merdeka.com - Sepekan yang lalu, ratusan nelayan di pesisir Jakarta Utara melakukan aksi penyegelan reklamasi Pulau G. Pulau milik anak perusahaan Agung Podomoro Land ini memblok kawasan pencarian ikan mereka hingga menimbulkan kerugian.
"Kebutuhan kami semakin sulit, harga bahan pokok semakin naik. Tapi kenapa rakyat ditindas seperti ini," teriak salah satu nelayan kaya menyegel pulau itu pada Minggu dua pekan silam.
Nyatanya, setelah disegel nelayan pengerjaan proyek terus lanjut. Padahal, sepekan lalu pemerintah juga telah mengeluarkan moratorium.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Kenapa nelayan Kebumen tenggelam? Saat itu korban bersama rekannya, Parwono (42), hendak berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir menuju ke tengah laut menggunakan “perahu katir“ untuk menangkap ikan. Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Apa yang dikeluhkan nelayan Indramayu kepada Ganjar? Mereka mengeluh harus menyetor uang keamanan kepada preman.
-
Di mana nelayan Kebumen tenggelam? Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang. Sedangkan Parwono berhasil diselamatkan oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian.
-
Apa yang membuat nelayan Kebumen tenggelam? Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Bagaimana Ganjar tanggapi keluhan nelayan? Usai berdialog, Ganjar menegaskan bahwa praktik semacam itu tidak dibenarkan. Hal itu menjadi tugas bagi pemerintah memberikan edukasi sehingga membuat nelayan tidak merasa penyetoran uang ke preman adalah kewajiban.
"Setelah demo itu, selang beberapa jam mereka balik lagi, udah aktif lagi. Pas demo emang mereka enggak ada semua, beberapa jam balik lagi ke pulau," ucap Heri nelayan Kali Adem, kepada merdeka.com di perahu milik pada Senin (25/4) lalu.
Nelayan segel Pulau G ©2016 merdeka.com/imam buhori
Jelas pemandangan itu bikin nelayan meradang. Mereka mengancam kembali aksi jika proyek terus berjalan. Nelayan pesisir Jakarta Utara siap melawan hingga titik darah penghabisan apabila reklamasi pulau tersebut tetap dilaksanakan.
"Saya sih inginnya disuruh berhenti lagi, apabila enggak berhenti kita akan demo lagi. Bisa jadi ada kekerasan kalau memang enggak berhenti reklamasinya," lanjutnya.
Diakuinya, akhir-akhir ini ia bersama teman-teman nelayan yang lain telah susah mencari ikan. Selain terkendala oleh angin yang sangat kencang dua minggu terakhir ini, reklamasi juga jadi penyebab utama.
Nelayan segel Pulau G ©2016 merdeka.com/imam buhori
"Cari ikan sekarang susah, penghasilan sudah tidak mencukupi keluarga lagi. Biasanya sehari bisa dua kali berangkat, tapi karena angin kenceng dua minggu terakhir ini biasanya malem berangkat, pagi baru pulang," ungkapnya.
Sebelum adanya reklamasi pulau tersebut, Hery mengaku dapat menghabiskan bahan bakar solar untuk kapalnya sekitar 5 hingga 8 liter sekali jalan. Namun, setelah adanya reklamasi ia harus menambah biaya solar untuk sekali berangkat mencari ikan di laut.
"Yang tadinya sehari bisa 5 liter hingga 8 liter, sekarang harus lebih dari itu untuk sekali jalan, karena harus muter dulu sekitar 30 persen. Dulu sebelum ada reklamasi pulau, kerang-kerang di sini masih bagus-bagus sekitar kedalaman 3 meter dari permukaan air, tapi setelah adanya reklamasi kerangnya pada coklat-coklat gitu kan semakin berkurang juga pendapatan kita," pungkas Hery.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar di media sosial, warga ramai-ramai mancing di sebuah kubangan. Terlihat lubang tersebut berukuran cukup besar dan berada di tengah jalan.
Baca SelengkapnyaWarga asli Pulau Rempang menolak keras relokasi dan penggusuran rumah yang sudah mereka tinggali.
Baca SelengkapnyaProyek reklamasi di teluk Jakarta berdampak pada banyak hal, salah satunya membuat hidup nelayan Muara Angke semakin susah. Berikut potretnya:
Baca SelengkapnyaInvestasi besar-besaran dari China mengancam kehidupan warga Pulau Rempang yang telah berada di pulau itu lebih dari seabad lalu.
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaHasil tangkapan nelayan Dadap mengalami penurunan drastis akibat gencarnya pembangunan di pesisir utara Jakarta.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaBahlil mengatakan kegiatan investasi tersebut diperlukan untuk menggerakkan roda ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaSebelumnya warga sudah sempat memperbaiki jalan tersebut, namun akhirnya rusak kembali.
Baca SelengkapnyaAda komunikasi tidak berjalan baik antara aparat mengawal proses relokasi dengan warga yang menolak pembangunan Proyek Rempang Eco City.
Baca SelengkapnyaAda banyak cara untuk berdemo dengan pejabat, salah satunya dengan cara unik ini.
Baca Selengkapnya