Politikus PDIP: Pemprov DKI Terlihat Tidak Mampu Membuat Kebijakan Mengatasi Covid-19
Merdeka.com - Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDIP, Gilbert Simanjuntak menilai Pemerintah Provinsi DKI tidak mampu membuat kebijakan yang sesuai untuk menekan laju penularan Covid-19. Ia menekankan agar pengawasan Pemprov terhadap penerapan protokol kesehatan lebih ketat di dua lokasi, yakni pemukiman dan pasar.
"Pemprov juga terlihat tidak mampu membuat kebijakan yang pas mengatasi kenaikan jumlah kasus, padahal jelas itu dominan di perumahan dan pasar," katanya, Kamis (13/8).
Dia menyinggung kebijakan ganjil genap terhadap mobil. Jika tujuannya untuk mengurangi volume mobil di jalan, langkah itu tepat, namun menjadi celaka karena masyarakat justru beralih ke transportasi umum. Sedangkan pengawasan protokol kesehatan di pemukiman disebutnya sangat minim dan berdampak terjadi penularan di transportasi umum ataupun pekantoran.
-
Apa yang dilakukan untuk kurangi macet di Jakarta? Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih mengkaji rencana perubahan jam kerja di DKI Jakarta yakni masuk pada jam 08.00 WIB dan 10.00 WIB dengan harapan dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen.
-
Apa strategi Polri kurangi kepadatan lalu lintas? Polri menyiapkan sejumlah strategi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas selama musim mudik 2024. Salah satunya menyediakan fasilitas mudik gratis kerja sama pemerintah hingga swasta.
-
Bagaimana rencana mengurangi macet di Jakarta? Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih mengkaji rencana perubahan jam kerja di DKI Jakarta yakni masuk pada jam 08.00 WIB dan 10.00 WIB dengan harapan dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen.
-
Bagaimana cara mengurangi polusi udara dari kendaraan? • Menggunakan transportasi umum, berjalan kaki, atau bersepeda untuk mengurangi emisi gas buang dari kendaraan bermotor.
-
Bagaimana kemacetan di Jakarta berkurang? Sehingga, Latif mengatakan kemacetan yang kerap terjadi setiap jam pulang kerja akan berkurang mulai besok.
-
Bagaimana cara mengatasi kemacetan di Jakarta? Diperlukan langkah khusus untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi serta menarik minat masyarakat menggunakan transportasi umum yang memadai.
Gilbert menegaskan, kembali tanpa adanya pengawasan ketat di dua tempat tersebut, penurunan jumlah kasus positif Covid-19 sulit terealisasikan.
"Pengawasan kawasan pemukiman dan pasar yang perlu hingga ada vaksin, kalau itu tidak dikerjakan, mau dilarang semua mobil, tetap saja akan bertambah," terangnya.
"Apakah Pemprov punya kebijakan lain? Mereka kan harus kelihatan berupaya, jelas kasus adanya di pemukiman dan pasar, apa ada kebijakan khusus buat itu? Terutama pengawasan."
Sementara itu Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan kembali memperpanjang masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi untuk keempat kalinya. Perpanjangan kembali dilakukan selama dua pekan.
PSBB transisi ketiga akan selesai pada 13 Agustus.
"InsyaAllah diperpanjang karena masih cukup tinggi angkanya," ujar Riza, Rabu (12/8).
Di perpanjangan PSBB transisi keempat ini, Riza menegaskan pihaknya akan memperketat pengawasan protokol kesehatan di beberapa tempat, khususnya di perkantoran, fasilitas umum, rumah sakit, dan tempat yang berpotensi menyebabkan keramaian.
Salah satu upaya pengetatan yang dimaksud adanya denda progresif bagi pelanggar PSBB transisi.
"Denda pelanggaran juga," ujar singkat Riza.
Jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta pun terus bertambah, data terbaru Rabu 12 Agustus penambahan kasus sebanyak 578, sehingga akumulasi kasus Covid-19 di ibu kota sebanyak 27.242.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.925 dan masih dirawat, dan 17.349 orang dinyatakan telah sembuh dengan tingkat kesembuhan 63,7 persen, sedangkan 968 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 3,6 persen sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 4,5 persen.
Untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 8,3 persen. (mdk/fik)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai penerapan ganjil-genap 24 jam tidak efektif untuk menekan polusi udara di DKI.
Baca SelengkapnyaKualitas udara Jakarta berada pada titik terburuk dan mengancam kesehatan.
Baca SelengkapnyaTilang dinilai tidak efektif untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melakukan uji emisi.
Baca Selengkapnya"Kami dan Pemda belum menemukan formula yang tepat bagaimana mengatasi kemacetan," kata Karyoto
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar perlu adanya transisi energi yang bersih. Tetapi prosesnya tidak bisa instan. Perlu adanya kesiapan.
Baca SelengkapnyaPembatasan kendaraan pribadi di Jakarta bertujuan untuk mendorong penggunaan transportasi umum, mengatasi kemacetan, dan mengurangi emisi gas buang.
Baca SelengkapnyaTeknologi ETLE nantinya akan dihubungkan dengan data Pemprov DKI dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Baca Selengkapnya"Jadi razia tilang uji emisi ini sangat efektif sebagai social engineering tool, mengubah perilaku masyarakat untuk melakukan uji emisi dan merawat kendaraan."
Baca Selengkapnya"Tentu jika kita lakukan analisis traffic tentu kurang ideal sehingga kita menunggu kapan tarif komersial mulai berlaku," kata Syafrin
Baca SelengkapnyaKebijakan tersebut menjadi salah satu upaya untuk mengurangi emisi gas buang.
Baca Selengkapnya