Popularitas kandidat Pilgub DKI di media sosial mudah dipantau
Merdeka.com - Dukungan untuk para kandidat di Pilgub DKI begitu banyak dari media sosial. Kondisi ini dianggap mampu mengubah opini masyarakat untuk mengubah dukungan. Terutama terkait popularitas mereka.
Direktur Eksekutif Socmed Society (SS), Fakhruddin menyebut, masyarakat sebenarnya mudah untuk melihat popularitas para calon gubernur DKI Jakarta. Salah satu cara dengan mengetahui melalui situs keyhole.co, tweetreach.com maupun semacamnya.
Keunggulan para situs itu juga dianggapnya adil. Sebab, mereka tidak berbasis di dalam negeri sehingga kecil kemungkinan memiliki kepentingan dalam kontestasi di Indonesia.
-
Mengapa Pilkada DKI 2017 menarik perhatian? Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu pemilihan kepala daerah yang menarik perhatian. Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Siapa yang berpengaruh terhadap partisipasi pemilih? Partisipasi masyarakat dalam Pemilu juga dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap penyelenggara Pemilu dan kontestan.
-
Kenapa Pilkada 2020 menarik perhatian? Pilkada 2020 menarik perhatian karena dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19.
-
Bagaimana cara agar masyarakat menilai calon presiden? 'Saya yakin bapak ibu bisa liat capres yang cuma ngomong di pidato dan mana capres yang bisa lanjutkan apa yang saya paparkan. Kalau apa yanh sampaikan benar, sampaikan ke yang lain. Saya punya keyakinan ini instrumen wujudkan Indonesia emas 2045,' papar Bahlil.
-
Bagaimana incumbent memanfaatkan popularitasnya? Keberadaannya yang sudah dikenal dapat menjadi modal politik yang kuat dalam meraih dukungan.
-
Bagaimana cara Pilkada DKI 2017? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
Dia menuturkan, untuk memperoleh hasil valid dari media sosial harus ada dua faktor harus diperhatikan. Kedua hal itu, yakni keywords (kata kunci) dan momen. "Pertama, pastikan bahwa keywords yang digunakan tepat. Yakni nama populer yang bersangkutan," kata Fakruddin dalam keterangannya, Senin (30/1).
Fakhruddin menegaskan masalah kata kunci ini penting. Misalnya, nama Agus Yudhoyono ternyata lebih populer dibandingkan dengan nama AHY (Agus Harimurti Yudhoyono). Hasil penelusurannya Senin pagi tadi memakai situ pencari data keyhole.co, disebutkan mencapai 50.521.289. Sementara dengan keyword AHY hanya 13.456.746.
Selanjutnya, untuk pencarian nama Basuki Tjahaja Purnama, sebesar 20.985.415. Sedangkan kata kunci Ahok cuma 19.705.270. Sedangkan, kandidat tiga memang tidak menggunakan nama panggilan sehingga lebih mudah dalam pencarian. Namun, hasilnya dengan memakai kata kunci Anies Baswedan cuma sebesar 14.350.264.
"Jika membandingkan dengan pencarian berdasarkan nama populer masing-masing, maka sampai hari ini tingkat popularitas kandidat masih seperti nomor urut ketiganya. Agus Yudhoyono, Basuki Tjahaja Purnama, dan Anies Baswedan," ujarnya.
Namun demikian, Fakhruddin juga mengingatkan bahwa ada faktor kedua mesti diperhatikan untuk pencarian valid. Itu terkait intensitas para netizen di media sosial saat melakukan pencarian.
"Saat netizen sedang aktif dalam menuliskan nama-nama tersebut, tentu result-nya akan berbeda dengan saat sedang pasif. Intensitas ini sangat berpengaruh dan terus mengubah hasil pencarian," jelasnya.
Meski demikian, dia menyadari tingginya angka popularitas para kandidat di Pilgub DKI di media sosial berkat kinerja tim media sosial tiap pasangan calon. Apalagi tim itu tiap harinya terus bekerja tanpa kenal waktu. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Buzzer sering dikaitkan dengan orang yang membuat pencitraan.
Baca SelengkapnyaPeneliti Utama Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, ada dua alasan utama mengapa dukungan publik untuk PDIP tinggi.
Baca SelengkapnyaMenurut Ridwan Kamil, kondisi demokrasi di tanah air masih perlu diperbaiki
Baca SelengkapnyaData tahun 2023, pengguna media sosial di Indonesia sudah mencapai 167 juta orang.
Baca SelengkapnyaBupati Kendal Buka Layanan Aduan di Medsos, Pengamat: Artinya Ingin Dekat dengan Rakyatnya
Baca SelengkapnyaKetahui serba-serbi pemilu dan faktor penentu hasilnya.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.
Baca SelengkapnyaMenurut Nurul Arifin, Gibran mulai memberi efek elektoral bagi Prabowo.
Baca SelengkapnyaMenurut LSI, belakangan ini Prabowo sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca SelengkapnyaHal ini juga berpotensi membuat masyarakat menghakimi orang-orang atau yang belum tentu bersalah.
Baca SelengkapnyaKetika tingkat dukungan untuk Jokowi meningkat, maka berdampak positif bagi PDIP.
Baca SelengkapnyaElektabilitas tiga nama besar di Pilkada Jakarta saling berkejaran
Baca Selengkapnya