Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

PSI Tolak Anggaran Pin Emas Anggota DPRD DKI, Sarankan Diganti Bahan Lain

PSI Tolak Anggaran Pin Emas Anggota DPRD DKI, Sarankan Diganti Bahan Lain Gedung DPRD DKI . ©2014 merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggarkan pengadaan pin emas untuk anggota DPRD baru senilai Rp1,3 miliar. Pin emas ini masuk dalam anggaran Pengadaan Pakaian Dinas dan Atributnya di Sekretariat DPRD. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menolak anggaran pin emas ini yang dinilai terlalu besar, sementara masih banyak kebutuhan prioritas warga DKI Jakarta yang harus jadi perhatian.

"Kami menolak adanya penganggaran dan kami nanti secara teknis terutama saya siap mengembalikan pin emas tersebut," jelas Anggota DPRD DKI Jakarta terpilih dari PSI, August Hamonangan, dihubungi Selasa (20/8).

"Itu bukan sebagai bentuk yang layak kami terima. Selain masih banyak warga DKI yang belum mendapatkan kesejahteraan sebagaimana layaknya. Kami juga harus menunjukkan dulu gimana kinerja kami dan emas bukanlah suatu bentuk penghargaan kepada kami. Kami perlu prestasi emas. Jadi bukan pinnya yang emas," lanjutnya.

August mengatakan, di tata tertib anggota DPRD memang fungsi pin tersebut sebagai tanda pengenal. Namun menurutnya pin tak harus terbuat dari emas, tapi ada bahan lain seperti kuningan yang harganya lebih murah.

"Alangkah baiknya menurut kami tidak dibuat dari emas karena itu sama dengan pemborosan, sama dengan kita menunjukkan sesuatu yang berlebihan, yang mewah tapi ternyata warga DKI belum mendapatkan pelayanan sebagaimana layaknya," jelasnya.

Jika anggaran pin emas tetap dipertahankan, PSI akan tetap menolak. Sebagai tanda pengenal, pihaknya akan membuat pin sendiri dari bahan kuningan yang mirip emas.

"Jadi intinya yang mau diambil adalah kami tidak mau membebankan uang rakyat, uang warga khususnya untuk membuat sesuatu yang menurut kami itu belum pantas kami terima karena kami juga belum berprestasi. Dan kami juga menganggap itu suatu pemborosan," ujarnya.

Jika anggota dewan dari partai lain tak ada yang menolak pin emas ini, August mengatakan tak masalah karena itu pilihan masing-masing. PSI akan tetap menolak dan mengembalikan. Pihaknya akan mengapresiasi jika ada anggota dewan yang mengikuti jejak PSI dalam hal ini.

Menurutnya, anggaran Rp1,3 miliar dapat dialihkan untuk perbaikan sekolah. Di Jakarta menurutnya masih ada sekolah yang atapnya bocor dan ada sekolah di pinggir rel kereta yang seharusnya dipindah.

"Jadi masih banyak kebutuhan masyarakat yang lebih prioritas untuk dilakukan, harusnya bukan dipikirkan bagaimana anggota dewan itu kelihatan mewah, kelihatan gagah. Terus terang kami tidak sependapat kalau ada pemikiran seperti itu," jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Idris Ahmad. Idris akan ditunjuk menjadi Ketua Fraksi PSI di DPRD DKI Jakarta. Menurut Idris, penolakan ini telah menjadi kesepakatan bersama. Secara aturan, kata Idris, tak ada aturan yang mewajibkan pin harus berbahan dasar emas.

"Khusus bagi Fraksi PSI, akan mengusulkan kepada Sekretariat Dewan untuk menggunakan bahan alternatif yang tidak membebani APBD DKI. Delapan anggota DPRD dari PSI bersedia untuk memakai pin dari bahan alternatif tersebut," jelasnya.

Anggaran Rp1,3 miliar, lanjutnya, bisa dialihkan untuk peningkatan pelayanan dan program untuk masyarakat. Pin juga menurutnya tak substantif dengan kinerja anggota legislatif.

"Berhubung APBD-P masih dibahas, kalau pun tersebut belum diadakan baiknya diubah pengadaannya karena delapan anggota PSI bersedia pin dibuatkan dengan bahan alternatif yang lebih murah," pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPW PSI DKI Jakarta, Rian Ernest mengatakan anggaran untuk pin ini bentuk penghamburan uang yang tidak perlu. PSI, kata dia, menyadari pin penting sebagai identitas jabatan anggota dewan. Namun anggaran yang digelontorkan dinilai terlalu besar.

"Kenapa emas? Kita hitung dari anggaran yang ada berarti pin senilai Rp5 juta untuk dipakai. Padahal sebenarnya enggak harus bahan emas, replika gitu," ujarnya.

"Kami menolak dan kami tidak akan menggunakan pin bahan emas," tegasnya.

Rian mengatakan pihaknya akan membuat sendiri pin bagi anggota dewan dari PSI. Replika pin menurutnya banyak dijual.

"Membuat sendiri aja. Replika banyak kok, di online shop. Online shop banyak sekali. PSI menolak penghamburan uang negara. itu aja sih intinya," pungkasnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
PDIP: Dulu Dukung UU Tapera, Kini Menolak Iuran
PDIP: Dulu Dukung UU Tapera, Kini Menolak Iuran

Hasto menyebut pemerintah semestinya mendengarkan aspirasi rakyat terhadap aturan sebelum diterapkan.

Baca Selengkapnya
Alasan DPRD DKI Usul Dana Hibah Parpol Naik Jadi Rp10.000 Per Suara
Alasan DPRD DKI Usul Dana Hibah Parpol Naik Jadi Rp10.000 Per Suara

DPRD DKI Jakarta merekomendasikan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) untuk segera memproses usulan kenaikan dana bantuan parpol tersebut.

Baca Selengkapnya
DPRD DKI Tolak Usulan Pemprov Utang Rp1 Triliun untuk Kelola Sampah: Jangan Sampai Korbankan Masyarakat
DPRD DKI Tolak Usulan Pemprov Utang Rp1 Triliun untuk Kelola Sampah: Jangan Sampai Korbankan Masyarakat

Seluruh pimpinan Fraksi dan Komisi di DPRD DKI Jakarta mayoritas tidak menyetujui permohonan pinjaman daerah itu.

Baca Selengkapnya
Kebijakan Pembersihan Guru Honoror Ganggu Sistem Pembelajaran di Sekolah
Kebijakan Pembersihan Guru Honoror Ganggu Sistem Pembelajaran di Sekolah

Dia juga menyoroti potensi tumpang tindih antara kebijakan daerah dan kebijakan pusat.

Baca Selengkapnya
PKS Tolak Pemindahan Ibu Kota, Pimpinan DPR: Silakan Ubah UU-nya kalau Berkuasa
PKS Tolak Pemindahan Ibu Kota, Pimpinan DPR: Silakan Ubah UU-nya kalau Berkuasa

Sufmi Dasco menilai pembangunan IKN merupakan program yang harus dilakukan.

Baca Selengkapnya
Rakyat Susah Cari Kerja, Rieke Pitaloka Tegas Tolak Program Pensiun Tambahan Bagi Para Pekerja
Rakyat Susah Cari Kerja, Rieke Pitaloka Tegas Tolak Program Pensiun Tambahan Bagi Para Pekerja

Dia menolak keras adanya rencana penambahan program pensiun

Baca Selengkapnya
VIDEO: Galak Eriko PDIP Protes ke Sri Mulyani Soal LPEI Minta Duit Negara Rp10 Triliun Ini Penyakit!
VIDEO: Galak Eriko PDIP Protes ke Sri Mulyani Soal LPEI Minta Duit Negara Rp10 Triliun Ini Penyakit!

Komisi XI DPR RI menyetujui penyertaan modal negara (PMN) kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) hanya sebesar Rp5 triliun

Baca Selengkapnya
Kenaikan UMP DKI  Cuma Rp165 Ribu di Tengah Harga Beras hingga Sewa Rumah Melonjak, KSPI: Buruh  Nombok Banyak
Kenaikan UMP DKI Cuma Rp165 Ribu di Tengah Harga Beras hingga Sewa Rumah Melonjak, KSPI: Buruh Nombok Banyak

Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan kenaikan UMP membuat buruh susah.

Baca Selengkapnya
Debat Panas, Sri Mulyani Minta LPEI Dapat Tambahan PMN Rp10 Triliun, DPR Minta Dibubarkan
Debat Panas, Sri Mulyani Minta LPEI Dapat Tambahan PMN Rp10 Triliun, DPR Minta Dibubarkan

Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati mengusulkan jika LPEI ini segera dibubarkan. Menyusul, tidak adanya perbaikan kinerja.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Bambang Pacul PDIP Blak-blakan Kondisi 'Dompet' Negara Jelang Jokowi Lengser
VIDEO: Bambang Pacul PDIP Blak-blakan Kondisi 'Dompet' Negara Jelang Jokowi Lengser "Cekak!"

Komisi III DPR RI menggelar rapat kerja dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Selasa, 3 September 2024.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Ekspresi Desy Ratnasari di DPR, Melotot Jawab Usulan Pemerintah Soal Banjir Dalam RUU DKJ
VIDEO: Ekspresi Desy Ratnasari di DPR, Melotot Jawab Usulan Pemerintah Soal Banjir Dalam RUU DKJ

Pemerintah mengusulkan agar masalah perubahan iklim bukan isu tunggal dalam bidang sumber daya alam

Baca Selengkapnya
PKS Usul Ada Pemilihan Langsung DPRD Tingkat II dan Wali Kota di RUU Daerah Khusus Jakarta
PKS Usul Ada Pemilihan Langsung DPRD Tingkat II dan Wali Kota di RUU Daerah Khusus Jakarta

PKS menilai aturan kekhususan Jakarta harus diatur tidak berbeda dengan kekhususan daerah lain seperti Papua maupun Aceh.

Baca Selengkapnya