Rapor penilaian DPRD DKI Jakarta di setahun kinerja Anies Baswedan
Merdeka.com - Anies Baswedan telah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta selama satu tahun. Beragam terobosan telah dilakukan guna memenuhi janji kampanye pada Pilgub DKI 2017 silam. Namun, tidak semua program tersebut dinilai positif oleh DPRD DKI Jakarta.
Salah satu kritik datang dari Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta. Mereka menilai program kerja Anies selama setahun belum sempurna karena gagal menyiapkan hunian untuk rakyat miskin Jakarta.
Ketua Fraksi PDIP, Gembong Warsono mengatakan, selama kampanye Pilgub 2017, Anies menjanjikan hunian rumah bagi masyarakat miskin. Alasannya, program DP nol Rupiah yang sekarang bukan untuk orang miskin, yakni untuk warga berpenghasilan Rp 4-7 juta perbulan dengan cicilan Rp 2 juta perbulan.
-
Kenapa PDIP mempertimbangkan Anies untuk Pilgub Jakarta? 'Bahwa Anies juga jadi bagian pertimbangan, iya, Anies bagian dari pertimbangan. Oleh karenanya kami juga dengan Cak Imin dalam rangka itu semua,' jelas dia.
-
Apa yang disepakati PDIP dan Anies? Meski akhirnya PDIP tidak mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta, menurut Basarah, Anies mengakui gagasan dan rencana baik untuk menjadi jembatan silaturahmi antara kelompok Islam dan kalangan Nasionalis Soekarnois akan terus dijalankan karena hal itu menjadi kebutuhan dan kepentingan bangsa Indonesia.
-
Apa yang dikritik Golkar dari Anies soal Pilgub DKI? Dia mempertanyakan, apakah ada partai yang mau mengusung Anies di Pilgub Jakarta.
-
Kenapa PKB mempertimbangkan untuk mendukung Anies? PKB Pertimbangkan Dukung Anies Maju Pilgub Jakarta 2024 Namun, PKB juga sudah punya jagoan sendiri untuk diusung sebagai bakal calon gubernur Jakarta. Wasekjen PKB Syaiful Huda mengungkapkan, partainya sudah membuka komunikasi awal dengan Anies Baswedan untuk maju di Pemilihan Gubernur Jakarta 2024.Dia mengatakan, PKB tengah mempertimbangkan untuk mengusung Anies.
-
Kenapa PDIP Jabar akan mendaftarkan Anies? 'Tentunya semuanya yang berderar hari ini masih menunggu kepastian tentang keberangkatan dari pasangan ini untuk menuju ke KPUD Jabar,' ucapnya. '95 persen (usung Anies-Ono)' imbuh dia.
-
Kenapa Anies tidak jadi diusung di Jabar? Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono mengatakan, Anies Baswedan memenuhi semua unsur kriteria untuk memimpin Jawa Barat. Kapasitas dan pengalaman memimpin wilayah DKI Jakarta, bisa diterapkan di wilayah Jabar.Komunikasi di antara kedua belah pihak sudah intens sejak Rabu (28/8). Hingga Kamis (29/8) sore, pembahasan pengurus partai di tingkat pusat sudah positif.Pengurus PDIP di Jabar sudah diminta untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan keperluan pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar.Namun, semua tiba-tiba berubah pada malam hari. Ia menegaskan, semua upaya yang sudah dilakukan diganggu oleh pihak luar.'Kita menghadapi sebuah tantangan yang sangat besar, tangan-tangan yang tidak menyetujui Pak Anies diusung oleh PDIP Perjuangan, kekuatan-kekuatan yang sangat besar itu pada akhirnya membuat pak Anies tidak jadi diusung oleh PDI Perjuangan,' kata Ono di Kantor KPU Jabar, Jumat (30/8) dini hari.
"Tentunya ini di luar listrik dan air bersih, Iuran Pengelolaan Lingkungan karena status rusunami tidak diberikan subsidi. Pertanyaannya, keberpihakan terhadap rakyat miskin yang tidak mampunya ada di mana?" katanya di DPRD DKI, Senin (15/10).
"Gubernur Anies banyak berkata-kata, miskin berbuat," tambah Gembong.
Anies dan DPRD ©2018 Merdeka.com
Selain itu, PDIP menyoroti target OK OCE yang tak terpenuhi. Dia menyatakan, awalnya program itu dijanjikan untuk melahirkan 200 ribu pengusaha baru dengan 44 pos pengembangan kewirausahaan di setiap kecamatan. Kenyataannya dari calon pengusaha baru yang sudah terdaftar sebanyak 54.564 orang.
"Mereka belum bisa menjalankan usahanya karena belum mendapatkan izin usaha. Tak ada izin, tak dapat menjalankan usahanya.Data faktual menunjukkan bahwa data per Januari sampai dengan awal Oktober 2018 barulah hanya mencapai 1.811 IUMK (Ijin Usaha Mikro & Kecil) milik Pengusaha Mikro dan Kecil yang tergabung dalam gerakan OK OCE. Artinya, dalam setahun kepemimpinan Gubernur Anies baru berhasil mencetak pengusaha baru sekitar 3,31 persen jauh dari sasaran awal," jelasnya
"Terbukti program OK OCE Gubernur Anies gagal total mencapai targetnya," tambahnya.
PDIP juga menyoroti minimnya operator atau koperasi angkutan umum bergabung dalam program Jak Lingko. Pasalnya program garapan Anies ini dinilai tidak menyediakan proyeksi keuntungan dalam skema perhitungan oleh Pemprov DKI.
"Alhasil jumlah armada yang bergabung baru 283 unit per September 2018 dengan melayani 33 rute. Angka itu jauh dari target 2.000 armada yang digembar gemborkan Pemprov," bebernya
Rencana Anies melegalkan becak di Jakarta juga dinilai PDIP tidak tepat dan tidak manusiawi. Seharusnya program itu mengalihprofesikan pengayuh becak ke sektor pekerjaan yang lebih manusiawi.
"Kalau ingin ditempatkan ke tempat wisata, para pengayuh becak hanya bertugas melayani wisatawan, tanpa menarik tarif ke wisatawan saat menggunakan becak. Artinya, para pengayuh becak didaftarkan dan dibayar oleh Pemprov DKI dengan APBD DKI. Jumlah becak tidak banyak di DKI, kami rasa APBD mampu mengalokasikan anggaran untuk membayar gaji pengayuh becak," ujarnya.
Rapat Paripurna DKI Jakarta ©2017 Merdeka.com/Arie Basuki
Program naturalisasi sungai dianggap PDIP tidak berjalan. Padahal, lanjut Gembong, saat ini telah memasuki musim penghujan dan normalisasi sungai wajib dilakukan untuk mengurangi banjir.
"Program ini tak kunjung tuntas pelaksanaannya, seperti Balai besar Ciliwung Cisadane, normalisasi Kali Pesanggarahan, pembebasan lahan yang belum sampai 40%, dan masih banyak lagi yang belum terlaksana secara operasional lapangan. Ditambah dengan benturan pelaksanaan anggaran pembangunan antara pemerintah pusat dan daerah, ditengarai dengan pengembalian anggaran normalisasi sungai ke APBN," jelasnya.
"Berdasarkan data BBWSCC, sebanyak 128 kelurahan rawan banjir di Jakarta. Letak kelurahan itu ada di sepanjang sungai yang belum tersentuh program normalisasi," jelas dia.
Sementara penilaian berbeda diberikan oleh Gerindra. Mereka menilai, Anies berhasil di beberapa programnya. Walaupun, tidak memungkiri jika masih ada kekurangan pada masa satu tahun kepemimpinan Anies Baswedan.
Ketua DPD Partai Gerindra DKI M Taufik menilai, Anies telah cukup sukses menjalankan tugas dan memenuhi janji kampanyenya. Dia mencontohkan program DP nol Rupiah yang sudah diluncurkan hingga megaproyek reklamasi yang dihentikan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu beberapa waktu lalu.
"Pertama DP nol kan sudah dipesankan, kemudian reklamasi dihentikan terus OK OCE juga jalan bagus kan," ujarnya.
Menurutnya, apabila ada program yang belum sepenuhnya jalan itu karena Anies baru menjabat selama satu tahun. Dia menjelaskan, masih ada empat tahun lagi bagi mantan Rektor Paramadina itu menunaikan janji-janji kampanye maupun program.
"Ada yang belum, karena memang baru satu tahun, targetnya kan ada yang lima tahun," jelasnya.
Meski demikian, Taufik menilai masih ada hal yang butuh diperhatikan oleh Anies, seperti penyerapan anggaran yang masih rendah.
"Tapi masih ada yang harus ditingkatkan, itu serapan anggaran masih rendah. Bisa dibeberkan sudah berapa dan apa saja lelang dan program yang berjalan pada publik," tandasnya.
Direktur Eksekutif Komite Pemantau Pelaksana Otonomi Daerah (KPPOD), Robert Na Endi Jaweng, menjelaskan ada tiga model hubungan DPRD dan eksekutif. Pertama konfliktual, kolutif dan kolektif kolegial.
"Kalau konfliktual, itu berkonflik terus seperti zaman Ahok, kolutif itu hubungan adem ayem, harmonis tapi tidak selalu bagus, bisa jadi saling mengamankan, saling mengunci. Paling ideal itu kolektif kolegial keduanya sederajat, aling checek and balance. Mudah-mudahan Jakarta yang ketiga. Di mana sudah saling menghargai, fungsi kontrol berjalan, gubernur juga gak dimacem-macemin DPRD," jelasnya.
"Tapi kalau adem ayem itu karena kolutif, semisal saat susun anggaran sudah mengamankan dengan membeli di muka DPRD dengan item-item untuk kepentingan DPRD, termasuk penambahan uang fasilitas, itu yang jadi masalah. Tapi memang hubungan itu memang terlihat normal," sambung Endi.
Reporter: Delvira Hutabarat
Sumber: Liputan6.com
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tigor mengungkap sederet program Anies yang dianggap banyak kegagalan
Baca SelengkapnyaTarget itu ternyata direvisi Anies melalui Pergub Nomor 25 Tahun 2022 tentang Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2023-2026.
Baca SelengkapnyaMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebut, pembangunan IKN sudah mencapai 26 persen.
Baca SelengkapnyaSejauh ini, kata Anies, obrolan PDIP masih membahas apa-apa yang menjadi masalah Jakarta.
Baca SelengkapnyaKomisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar Debat Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2024 pada Selasa 12 Desember 2023
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan mengungkapkan kendala kesejahteran rakyat (kesra) karena kurangnya sinergi antara pemerintah pusat dengan daerah.
Baca SelengkapnyaAnies heran selalu mendapatkan pertanyaan tentang proyek IKN
Baca SelengkapnyaCapres Anies mengkritik pemerintahan Jokowi yang banyak melakukan pembangunan infrastruktur jalan tapi berbayar (jalan tol).
Baca SelengkapnyaAnies-Cak Imin akan menyampaikan gagasan dalam pertarungan Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSetelah purnatugas, ternyata Anies masih meninggalkan sederet janji-janji yang masih menjadi persoalan di Jakarta.
Baca SelengkapnyaAnies menilai aturan baru yang dibuat punya dampak langsung ke warga Jakarta.
Baca SelengkapnyaKuasa partai merupakan kunci utama bagi kandidat yang bakal bertarung di Pilkada.
Baca Selengkapnya