Sandiaga desak warga laporkan binatang buas peliharaan ke DKPKP & BKSDA
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengimbau agar masyarakat yang memelihara hewan buas untuk berkoordinasi dengan Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta.
Sandi beralasan hewan buas mempunyai potensi untuk menghadirkan kekhawatiran bagi masyarakat. Apalagi biaya juga termasuk dalam kategori hewan buas.
"Jadi bagi masyarakat memelihara hewan buas wildlife animal harus melaporkan hewan di DKPKP," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (11/7).
-
Siapa yang bertanggung jawab menjaga lingkungan? Semua lapisan masyarakat, mulai dari individu, keluarga, hingga lembaga pemerintah dan bisnis, memiliki peran penting dalam mendukung kelestarian lingkungan.
-
Bagaimana cara mencegah kerusakan lingkungan di Indonesia? Meskipun tidak mungkin mengatasi keenam masalah utama lingkungan tersebut, setidaknya harus dicari solusi untuk mencegah bertambah buruknya kondisi bumi.
-
Siapa yang mendukung KKP dalam menggaungkan perikanan berkelanjutan? Sementara Direktur Program Kelautan dan Perikanan Yayasan WWF Indonesia, Dr. Imam Musthofa Zainudin, mengaku siap mendukung KKP terkait perikanan berkelanjutan untuk ketahanan pangan Indonesia.
-
Bagaimana cara Kementerian LHK dan Astra menangani lingkungan? Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari KLHK, Agus Justianto, menjelaskan Festival LIKE digelar sebagai rangkuman kerja-kerja korektif pemerintah di bidang lingkungan, iklim, kehutanan, dan EBT.
Tak hanya itu, politisi Gerindra ini juga menyebut masyarakat untuk berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta.
"Jadi juga demikian dengan ular atau kalai ada yang memelihara singa, macan dan lain sebagainya," tutup Sandiaga.
Sebelumnya, petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta menerima buaya dalam kondisi mati. Dua buaya itu ditemukan warga di kawasan Roxy, Jakarta Barat.
Kepala Seksi Wilayah 2 Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Bambang Yudi menyampaikan, buaya tersebut berukuran satu meter. Predator berdarah dingin itu diserahkan oleh tiga orang yang mengaku relawan pemburu buaya.
"Informasinya, kan (buaya itu) didapat dari di daerah Roxy," tutur Bambang saat dikonfirmasi, Sabtu (30/6).
Bambang menduga, buaya yang dalam kondisi mati itu bukanlah yang sebelumnya nampak di Kali Grogol. Terlebih, temuannya pun terbilang cukup jauh dari kawasan tersebut.
"Beda aliran dengan Kali Grogol," jelas Bambang.
Maraknya buaya yang muncul di sejumlah kawasan di Jakarta membuat Pemprov DKI ikut turun tangan.
Sekitar empat ribu petugas pasukan oranye UPK Badan Air diturunkan untuk mencari predator yang berkeliaran itu.
Reporter: Ika DefiantiSumber: Liputan6.com
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemprov Bali mengaku prihatin atas kasus yang menimpa terdakwa I Nyoman Sukena. Tetapi soal proses hukum, pihaknya harus menghormati yang sedang berjalan.
Baca SelengkapnyaBKSDA Jawa Tengah melepasliarkan 25 ekor burung langka ke Papua dan Maluku. Satwa endemik itu umumnya diserahkan warga yang memeliharanya secara ilegal.
Baca SelengkapnyaDalam acara tersebut mengusung tema 'Action Indonesia Day: Ayo Ikut Serta & Dukung Upaya Konservasi Satwa Liar Melalui Kebun Binatang'.
Baca SelengkapnyaMenurut Anies, kucing tak layak diperlakukan seperti itu.
Baca SelengkapnyaTanggal 22 September 2023 diperingati sebagai Hari Badak Sedunia.
Baca SelengkapnyaSemua anggota BKSDA dan FZS Jambi sudah dievakuasi ke kantor polisi terdekat.
Baca SelengkapnyaSetelah 5 bulan dirawat dalam kolam krangkeng besi buaya tersebut kemudian dikhawatirkan lepas.
Baca SelengkapnyaKekerasan hewan masih sering terjadi. Butuh UU yang akan memberi efek jera kepada pelaku.
Baca SelengkapnyaMusim hujan yang identik dengan musim kawin buaya.
Baca SelengkapnyaBanyak kerbau dan sapi milik warga dilepasliarkan di jalan raya dan fasilitas umum di wilayah Kecamatan Kota Mukomuko
Baca SelengkapnyaSejumlah hewan mengalami kekerasan yang dilakukan oleh orang tak bertanggung jawab.
Baca SelengkapnyaTantangan terbesar dalam pengelolaan SDA adalah masalah deforestasi, pascatambang, dan kemiskinan di daerah yang kaya SDA.
Baca Selengkapnya