Siapa pengusul tarawih akbar di Monas hingga akhirnya dibatalkan Anies?
Merdeka.com - Derasnya kritikan dan penolakan membuat Pemprov DKI akhirnya membatalkan tarawih akbar di kawasan Monumen Nasional atau Monas, Sabtu 26 Mei nanti. Lokasi salat dialihkan ke Masjid Istiqlal.
"Kita mendengar yang disampaikan para ulama, kita dalam urusan ibadah ya merujuk pada para ulama. Karena itu kemudian rencana salat tarawih akan tetap diadakan pada 26 Mei dan Insya Allah di Masjid Istiqlal," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta, kemarin.
Selain karena pandangan ulama, ada pertimbangan lain mengapa kawasan Monas batal menjadi tempat salat, salah satunya terkait keamanan. "Ada juga catatan mengenai keamanan dan lain-lain, memang lebih baik kita selenggarakan di masjid," ungkap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
-
Mengapa Masjid Kemayoran dipindahkan? Keberadaan bangunan masjid ini mengganggu petinggi Belanda. Akhirnya, pihak kolonial memindahkan masjid ke lokasi lain.
-
Kenapa Masjid Jami Al Makmur Cikini pernah digotong? Karena desakan dari pihak yayasan, akhimya musala itu dipindahkan beberapa meter dari tempat asalnya untuk menghindari konflik sosial.
-
Dimana sholat Idul Adha dilaksanakan? Sholat Idul Adha dilaksanakan di lapangan terbuka atau di masjid.
-
Kenapa Masjid Agung Manonjaya menjadi cagar budaya? Oleh pemerintah setempat, statusnya diubah menjadi cagar budaya pada 1975 lalu. Ini karena arsitektur kunonya tidak diubah sama sekali walau sudah berkali-kali direnovasi.
-
Dimana Masjid Agung Banten berada? Masjid megah ini belakangan dikenal lewat menara putih ikoniknya yang berdiri persis di samping bangunan.
-
Di mana Anies salat Iduladha? Anies Rasyid Baswedan telah selesai melaksanakan Salat Iduladha di Masjid Babul Khoirot, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, keputusan untuk membatalkan acara di Monas itu diambil setelah dirinya berkoordinasi dengan Anies. "Jadi tadi kita sudah meng-update Pak Gubernur yang menyampaikan tentunya kita harus mengikuti apa yang diinginkan oleh para ulama. Tadi sudah kita koordinasikan juga dengan teman-teman di NU, Muhammadiyah, dan MUI," ujar Sandiaga.
Namun begitu, dia menegaskan bahwa niat awal untuk menggelar Tarawih Akbar berangkat dari keinginan banyak pihak yang meminta Pemprov DKI memfasilitasi cara tarawih yang bisa mewujudkan kebersamaan serta bisa mempersatukan umat.
"Ide itu tentunya masuk dari berbagai sumber ke kita. Juga datang dari beberapa ustaz yang kita temui. Dan yang menarik adalah karena ada sebagian yang menyatakan bahwa ada satu kebersamaan tersendiri kalau di Monas, sangat mempersatukan," tegas Sandiaga.
Lantas, siapa sebenarnya yang mengusulkan Tarawih Akbar tersebut kepada Anies-Sandiaga?
'Umat Islam melakukan "Dzikir Akbar Ya Allah 1000 X" di Monas, Jakarta, Jum'at (9/7) malam. Dzikir ini untuk memperingati Isra' Mi'raj nabi Muhammad SAW 1431 H.'
Ajakan itu terpampang jelas di laman akun Twitter resmi milik Pemprov DKI @DKIJakarta, Jumat 18 Mei 2018. Pada unggahan itu, Pemprov DKI mengatakan punya program baru pada Bulan Ramadan.
Mulai Ramadhan tahun ini, setiap hari Sabtu kedua di bulan #Ramadhan di Monas akan diadakan Tarawih Akbar.
Sabtu 26 Mei 2018 Pukul 20.00.Yuk, kita ikuti ibadah sholat Tarawih ini.
#WeLoveJakarta #TarawihAkbar
Menurut Sandiaga, usulan yang datang kepada Pemprov DKI dari sejumlah kalangan, terutama ustaz. Meski belakangan banyak dikritisi oleh ulama, termasuk dari MUI, Sandiaga menegaskan bahwa tarawih akbar ini sudah dikoordinasikan dengan ulama.
"Sebelumnya tentunya kita ada koordinasi terus, Kepala Biro Dikmental yang memang fungsinya melakukan persiapan acara tarawih di sana," ujar Sandiaga di Gedung Indosat, Jakarta, Senin (21/5) siang.
Bahkan, dia mengatakan banyak ulama yang mendukung gagasan untuk menggelar Tarawih Akbar di Monas. Padahal, sejak kabar gelaran ini bergulir, penolakan dan kritikan datang dari MUI serta kalangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
"Justru banyak ulama yang menginginkan tarawih di Monas untuk momen Lebaran ini atau momen Ramadan ini," ucap Sandiaga.
Namun, dia menolak menyebutkan saat ditanya sosok ulama yang setuju serta diajak membahas rencana Tarawih Akbar sebelum kemudian disetujui pihak Pemprov DKI Jakarta.
Sejak pengumuman itu dirilis, komentar negatif terus mengalir ke Pemprov DKI, khususnya untuk Gubernur Anies Baswedan dan Wagub Sandiaga Uno. Pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Abdillah Toha, misalnya, mempertanyakan rencana itu melalui akun Twitter miliknya @AT_AbdillahToha.
"Gubernur DKI 26 Mei akan gelar tarawih di Monas. Jangan sampai ini nanti dibilang tarawih politik. Masjid Istiglal disebelahnya kan tiap malam ada sholat tarawih. Kenapa tidak bergabung saja disitu kalau mau menunjukkan persatuan?" cuit Abdillah Toha pada Sabtu 19 Mei 2018.
Ketua Komisi Dakwah MUI Cholil Nafisalasan menilai maksud salat tarawih di Monas untuk mempersatukan umat Islam dianggap bias.
"Yang mau disatukan dengan salat tarawih itu komponen yang mana? Dan yang tak satu yang mana? Kalau soal jumlah rakaat yang berbeda sudah dipahami dengan baik oleh masjid-masjid bahwa yang 8 atau yang 20 bisa salat bareng berjemaah, hanya yang 20 kemudian meneruskan," ujarnya.
Apalagi, lanjut dia, jika memang niatnya untuk mempersatukan, ada tempat yang lebih representatif dan selama ini telah menjadi simbol kebanggaan serta pemersatu umat Islam di Indonesia.
"Saya kok ragu ya kalau alasannya tarawih di Monas untuk persatuan. Logikanya apa? Bukankah Masjid Istiqlal yang megah itu simbol kemerdekaan, kesatuan dan ketakwaan. Sebab, sebaik-baik salat itu di masjid, karena memang tempat sujud. Bahkan, Nabi Muhammad SAW selama Ramadan itu itikaf di masjid, bukan di lapangan," ujar Staf Pengajar Ekonomi dan Keuangan Syariah Pascasarjana Universitas Indonesia itu.
Dia menambahkan, bukan tak mungkin dengan menggelar salat tarawih yang mengumpulkan massa dalam jumlah cukup besar akan memunculkan anggapan bahwa acara itu tak lebih sebagai ajang pamer, padahal tujuan sebenarnya adalah untuk syiar.
"Marilah yang sehat menggunakan logika kebangsaan dan keagamaan. Jangan menggunakan ibadah mahdhah sebagai alat komunikasi yang memunculkan riya alias pamer. Salat Id saja yang untuk syiar masih lebih baik di masjid kalau bisa menampungnya. Meskipun ulama ada yang mengajurkan di lapangan karena syiar, tapi masjid masih lebih utama," tegas pria yang karib disapa Kiai Cholil itu.
Dia menambahkan, salat tarawih itu menurut sebagian ulama ditempatkan sebagai salat malam, karena itu lebih baik sembunyi atau dilakukan di masjid.
"Makanya Nabi (Muhammad) SAW hanya beberapa kali salat tarawih bersama sahabatnya di masjid," tutur pria kelahiran Sampang, Madura, Jawa Timur, 43 tahun lalu itu.
"Ayolah, agama ditempatkan pada relnya, jangan dibelokkan. Pemprov DKI lebih baik konsentrasi pada masalah pokok pemerintahannya, yaitu mengatasi banjir dan macet yang tak ketulungan dan merugikan rakyat," tutu Cholil.
Kritikan juga datang dari Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini. Dia menilai sebaiknya urusan pelaksanaan salat tarawih dikembalikan ke masjid yang berfungsi sebagai tempat beribadah.
"Sebaiknya kalau penyelenggaraan tarawih itu di masjid lah. Kan masjid kita memadai dan cukup bisa menampung. Kecuali kalau dalam keadaan darurat, memang tidak tersedia masjid, tidak tersedia tempat untuk salat, bisa di tempat lain. Kita sepakati itu (Monas) sebagai tempat peribadatan. Tapi ini kan masjid ada," jelas Helmy.
Tentang alasan digelarnya tarawih akbar sebagai cara untuk mempersatukan umat, dia melihat alasan itu kurang tepat. Sebab, antara niat dan cara itu dua hal yang berbeda.
"Itu malah akan menimbulkan perbedaan pendapat lagi soal baik tidak baiknya. Artinya kan kalau niatnya baik mempersatukan umat, tapi caranya malah menimbulkan perpecahan umat. Misalnya, kenapa salatnya di Monas? Kenapa enggak di masjid? Kan itu menimbulkan kontroversi jadinya," ungkap Helmy.
Dia juga menampik keterangan Sandiaga yang mengatakan sudah membicarakan rencana Tarawih Akbar di Monas kepada ulama dan ormas Islam. Dia memastikan PBNU secara organisasi belum pernah dimintakan pendapat.
"Setahu saya belum ada ya. Mungkin ke orang per orang, saya enggak tahu. Kalau dimintai pendapat ya kita akan menyarankan tarawihnya di masjid saja," tegas Helmy.
Pandangan senada datang dari Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti. Dia menilai kegiatan salat tarawih berjemaah di Monas bisa menimbulkan persepsi negatif, mengingat publik tengah dihadapkan pada potensi polarisasi di tahun politik 2019.
"Ide melaksanakan tarawih bersama itu bagus. Tapi sebaiknya diselenggarakan di masjid, tidak di Monas. Salat di Monas kesannya politis. Selain itu bisa menjadi preseden pemeluk agama lain akan melakukan hal yang serupa," ujar Abdul Mu'ti.
Dia menambahkan, akan lebih bagus jika Monas difungsikan untuk kegiatan lain yang bersifat sosial kemasyarakatan. Sedangkan untuk salat Tarawih, dia menyarankan agar pimpinan memperbanyak kunjungan ke mesjid yang ada di kampung-kampung.
"Sebaiknya Monas difungsikan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan. Akan lebih bagus kalau Gubernur dan Wakil Gubernur salat Tarawih di masjid-masjid kampung. Selain untuk memakmurkan masjid, juga untuk lebih dekat dengan rakyat," ujar dia.
Rencana menggelar Tarawih Akbar mendapat sorotan juga dikarenakan ini adalah pertama kalinya Monas jadi lokasi ibadah tersebut. Hal ini dibolehkan berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 186 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 160 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Kawasan Monumen Nasional, Monas.
Lewat pergub itu Anies-Sandi kembali membuka Monas untuk kegiatan pendidikan, sosial, budaya, dan keagamaan setelah dilarang di era Gubernur Djarot Saiful Hidayat. Pergub ini pula yang belakangan membuat Monas ramai dengan kegiatan. Bukan hanya wisata.
Reporter: Lizsa Egeham
Sumber: Liputan6.com
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemindahan lokasi ini karena pihak pengelola secara sepihak membatalkan izin penggunaan tempat.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan membenarkan izin acara 'Desak Anies' di Istana Basa Pagaruyung, Sumatera Barat dibatalkan sepihak.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan merespons acara Desak Anies di Yogyakarta dibatalkan mendadak.
Baca SelengkapnyaHeru mengatakan rencana ini disampaikan saat sidang paripurna di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jakarta Pusat, pada Kamis (1/8).
Baca SelengkapnyaAcara 'Desak Anies' Istana Basa Pagaruyung, Tanah Datar, Sumatera Barat kembali dibatalkan secara sepihak.
Baca SelengkapnyaBuka-tutup jalan di sejumlah jalan pada pukul 04.45-08.00 WIB
Baca SelengkapnyaKabarnya masjid ini dulu pernah digotong manual agar tidak digusur.
Baca SelengkapnyaSedianya akan digelar di Museum Diponegoro Sasana Wiratama, Jalan Hos Cokroaminoto Tegelrejo Yogyakarta
Baca SelengkapnyaPemerintah diminta memberikan arahan kepada seluruh aparat sipil negara untuk netral.
Baca SelengkapnyaSurat pernyataan 'Temu Kangen Anas' menyebut acara ini tidak akan mengandung unsur politik.
Baca SelengkapnyaKawasan Monumen Nasional (Monas) tutup sementara pada Hari Raya Idulfitri 2024. Diperkirakan, Idulfitri jatuh pada Rabu, 10 April 2024.
Baca SelengkapnyaTimnas AMIN Ungkap Enam Kegiatan Anies Dibatalkan Sepihak di Daerah
Baca Selengkapnya