Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sistem "E-Budgeting" Ahok ampuh memberantas dana siluman

Sistem ilustrasi. ©2017 Merdeka.com

Merdeka.com - Setiap tahun, semua warga DKI diharuskan membayar pajak yang sudah diatur oleh undang-undang. Dana dari pajak tersebut kemudian akan digunakan untuk pendanaan kebutuhan DKI yang masuk ke dalam APBD. Akan tetapi, apa jadinya jika pengawasan dana tersebut sangat lemah, dan sangat mudah untuk diutak-atik oleh oknum yang tidak bertanggung jawab?

Sebenarnya, pada tahun 2014, ketika Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur, ia sempat mengajukan Program E-Budgeting, namun beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tidak mau mengisi sistem yang telah disiapkan. Padahal, sistem E-Budgeting yang diajukan oleh pemerintah ketika itu sangatlah baik dan banyak manfaatnya dalam memberantas korupsi.

Urgensi E-Budgeting

Perlu kita ketahui, E-budgeting merupakan sebuah sistem keuangan yang disimpan secara online dengan tujuan transparansi bagi setiap pihak. Sehingga, diharapkan bisa mencegah upaya penggelapan dana atau kecurangan dari petugas birokrasi setempat.

Sering kita temui beberapa kasus korupsi yang berawal dari pembahasan anggaran oleh DPR atau DPRD. Setahun yang lalu, kita dihebohkan “dana siluman” yang dibongkar Ahok, yang mana dana tersebut sudah disahkan oleh DPRD DKI. Dana siluman itu berkaitan dengan pengadaan perangkat UPS atau pasokan daya bebas gangguan pada APBD 2014 yang menghabiskan sebanyak Rp 330 miliar dengan harga sekitar Rp 5,8 miliar tiap unitnya.

Ketika kasus tersebut dipublikasikan oleh Ahok, polisi seketika itu juga bergerak cepat dan langsung memeriksa beberapa saksi. Kita sebagai orang awam, tidak perlu kaget jika nantinya ada beberapa oknum Pemda yang ikut bermain dalam pembobolan anggaran ini.

Kembali ke kasus tersebut, coba kita bayangkan, sepertinya melihat harga Rp. 5,8 miliar per unit UPS tergolong sangat besar nilainya. Sangat mungkin, lolosnya anggaran tersebut dalam APBD DKI Jakarta tahun 2014, juga melibatkan pejabat legislatif yang memberi persetujuan.

Gebrakan

Sebelum program E-Budgeting diterapkan, Ahok mempunyai pengalaman yang tidak mengenakan. Pernah, suatu ketika ada mata anggaran yang sudah Ahok coret, tapi saat APBD diketuk tetap masih muncul. Menurutnya, “Nanti kita lihat siapa yang bermain. Ketika sistem E-Budgeting diterapkan, kemudian mereka ribut tentang anggaran dengan menggunakan sistem baru, berarti dia bermain.”

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dijelaskan 4 tahap terkait proses perencanaan pembangunan, yaitu tahap penyusunan, penetapan, pengendalian pelaksanaan dan evaluasi keberhasilan pelaksanaan rencana. Maka, bisa dikatakan betapa pentingnya E-budgeting untuk anggaran yang jelas dan transparan, sehingga bisa diawasi oleh semua pihak. Karena, APBD ini sangatlah rawan dan mudah sekali dimanipulasi di setiap tahapannya.

Terobosan E-Budgeting Ahok ternyata diikuti juga oleh Kang Emil (Walikota Bandung). Beberapa bulan lalu saat bertemu Ahok di Balai Kota Jakarta, Kang Emil, mengatakan: “Yang pertama, saya ke sini mau sinkronkan program ya, konseling koordinasi sebenarnya, kita kan berteman, hari ini kan Bandung mau belajar E-Budgeting.”

Setelah implementasi E-Budgeting di Bandung, Anggaran Kota Bandung berhasil menghemat hingga 1 triliun. Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, Walikota Bandung, mengatakan bahwa efisiensi masif terjadi karena mata anggaran semuanya menjadi terlacak, jelas, dan bisa dipotong seketika.

Di sisi lain, harapan Ahok untuk sistem ini, semoga bisa dipertahankan. Sebab, sistem ini dapat meminimalisir bahkan menghilangkan munculnya anggaran siluman. “Kalau saya tidak jadi gubernur lagi, gubernur yang akan datang dapat mengerti, ‘Oh kenapa kita prioritas ini, kenapa dalam tengah jalan dicoret, kenapa ditambah dikurang,” jelas Ahok.

Maka dari itu, dalam upaya mengawal anggaran yang bersih, terarah, efektif dan efisien sehingga kinerja perencanaan pembangunan lebih tepat sasaran, butuh usaha-usaha yang tidak sekedar biasa-biasa saja.

Dewasa ini ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh berbagai oknum yang tidak bertanggungjawab yang menomorduakan kepentingan dan aspirasi masyarakat hanya untuk kepentingan segelintir orang dan kelompok tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan usaha ekstra, inovasi dan kreativitas dari pemerintah (pusat dan daerah). (mdk/war)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sistem Transparansi E-budgeting Pemprov Jateng Dinilai Mampu Cegah Anggaran 'Siluman'
Sistem Transparansi E-budgeting Pemprov Jateng Dinilai Mampu Cegah Anggaran 'Siluman'

E-budgeting itu merupakan bagian dari Government Resource Management System (GRMS)

Baca Selengkapnya
VIDEO: Jokowi Murka! Kabasarnas Jadi Tersangka KPK Usai Curangi Sistem Lelang yang Dibangunnya
VIDEO: Jokowi Murka! Kabasarnas Jadi Tersangka KPK Usai Curangi Sistem Lelang yang Dibangunnya

Presiden Jokowi buka suara soal Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Henri Alfiandi yang ditetapkan tersangka oleh KPK

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Belanja Infrastruktur Digital Ditekan: Tak Ada Lagi Aplikasi Baru
Jokowi Minta Belanja Infrastruktur Digital Ditekan: Tak Ada Lagi Aplikasi Baru

Presiden Jokowi meminta agar aplikasi kementerian/lembaga disederhanakan.

Baca Selengkapnya
Anies Banggakan Aplikasi JAKI Saat Debat Capres, PDIP Bandingkan dengan Qlue Era Ahok
Anies Banggakan Aplikasi JAKI Saat Debat Capres, PDIP Bandingkan dengan Qlue Era Ahok

"Pelayanan publik di Jakarta yang disampaikan Pak Anies yaitu 'JAKI' sebelumnya sudah dijalankan oleh Pak Ahok yakni: Qlue, ganti nama saja," kata Ima.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Korupsi Sekarang Makin Canggih, Menggunakan Teknologi Mutakhir
Jokowi: Korupsi Sekarang Makin Canggih, Menggunakan Teknologi Mutakhir

Jokowi mengatakan, saat ini korupsi semakin canggih dan kompleks, serta menggunakan teknologi mutakhir.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Ada Kabupaten Anggarannya Besar Tapi Program Tidak Jelas, Banyak Dipakai Hibah Politik
Jokowi: Ada Kabupaten Anggarannya Besar Tapi Program Tidak Jelas, Banyak Dipakai Hibah Politik

Jokowi mengatakan, uang yang ada malah dipakai untuk hibah-hibah politis.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Presiden Jokowi Sentil Pihak yang Merasa Paling Berkuasa Soal Data
VIDEO: Presiden Jokowi Sentil Pihak yang Merasa Paling Berkuasa Soal Data

Jokowi prihatin akan banyaknya aplikasi yang dimiliki oleh Kementerian Lembaga, yang menimbulkan ketidakefisienan.

Baca Selengkapnya
Habiskan Anggaran Rp6,7 Triliun, Kementerian Lembaga Kini Dilarang Bikin Aplikasi Baru
Habiskan Anggaran Rp6,7 Triliun, Kementerian Lembaga Kini Dilarang Bikin Aplikasi Baru

Presiden Jokowi memerintahkan kementerian lembaga untuk membuat aplikasi baru.

Baca Selengkapnya
Ini Daftar Ratusan Pejabat Indonesia yang Tersandung Korupsi Periode 2004-2022
Ini Daftar Ratusan Pejabat Indonesia yang Tersandung Korupsi Periode 2004-2022

Jokowi menyebut hingga saat ini masih marak kasus korupsi ditemukan di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Ganjar: Pemprov Jateng Cegah Kebocoran Rp1,2 Triliun Berkat Digitalisasi Keuangan
Ganjar: Pemprov Jateng Cegah Kebocoran Rp1,2 Triliun Berkat Digitalisasi Keuangan

Menurut Ganjar, sistem digital pemerintahan harus ditingkatkan.

Baca Selengkapnya
Luncurkan 'GovTech Indonesia' INA Digital, Jokowi Minta Kementerian hingga Pemda Setop Bikin Aplikasi Orientasinya Proyek
Luncurkan 'GovTech Indonesia' INA Digital, Jokowi Minta Kementerian hingga Pemda Setop Bikin Aplikasi Orientasinya Proyek

Jokowi mengatakan, terdapat 27.000 aplikasi berjalan sendiri-sendiri tidak terintegrasi sehingga menyebabkan tumpang-tindih.

Baca Selengkapnya
Jokowi Respons Usulan Megawati KPK Dibubarkan: Lembaganya kan Bagus, Tiap Bulan Ada OTT
Jokowi Respons Usulan Megawati KPK Dibubarkan: Lembaganya kan Bagus, Tiap Bulan Ada OTT

Jokowi justru menilai KPK saat ini sudah bagus dan memiliki sistem baik.

Baca Selengkapnya