Sumarsono akui sulit data warga yang tinggal di apartemen
Merdeka.com - Putaran pertama Pilgub DKI Jakarta telah digelar pada 15 Februari 2017 lalu. Penyelenggaraan putaran pertama itu masih menyisakan sejumlah persoalan, salah satunya soal Daftar Pemilih Tetap (DPT). Masalah itu diamini oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta yang juga Dirjen Otda Kemendagri, Sumarsono.
Sumarsono mengatakan, masih ada sekitar 56 ribu warga Jakarta yang belum terekam data kependudukannya untuk bisa masuk dalam DPT. Pihaknya merasa kesulitan mendata warganya karena tidak diketahui keberadaannya. Ini dikarenakan sebagian warga tinggal di apartemen atau rumahnya telah digusur.
Laporan itu disampaikan Sumarsono saat hadir sebagai Dirjen Otda Kemendagri dalam rapat bersama Komite I DPD RI soal evaluasi Pilkada serentak 2017 siang tadi.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Dari mana saja orang cari rumah di Jakarta? Dari segi asal, lanjutnya, sebagian besar pencari properti di Jakarta berasal dari dalam wilayah itu sendiri. Namun, kota-kota satelit di sekitarnya juga mencatatkan proporsi pencarian yang signifikan.
-
Apa masalah utama yang dihadapi pendatang baru di Jakarta? Celakanya, Pemprov DKI menemukan sebanyak 17,89 persen atau sebanyak 220 orang dari ribuan pendatang itu tercatat tak punya pekerjaan. Bahkan, PJ Gubernur DKI Heru Budi Hartono menemukan pendatang yang jadi pemulung. "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Siapa aja yang susah cari kerja? Salah satu kendala yang banyak dialami pencari kerja adalah kemampuan bahasa Inggris
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
"Ada sekitar 56 ribu yang belum merekam, dicari enggak ketemu. Sebagian karena tinggal di apartemen atau lokasi rumahnya sudah digusur. Dikejar terus sampai ada mobil keliling," kata Sumarsono kepada wartawan, Selasa (7/3).
Pihaknya pun akhirnya turun langsung mencari warga yang belum terekam data e-KTP-nya. Cara itu dianggap berhasil mencari keberadaan warga agar bisa didata. Dia juga mengakui masalah blanko e-KTP masih kurang. Akan tetapi, masalah itu masih bisa disiasati dengan menggunakan surat keterangan agar warga bisa menggunakan hak pilihnya.
"Memang setelah merekam belum ada hard kopinya, tapi ada Suket untuk pilkada. Ini pun belum 100 persen," terangnya.
Persoalan lain yang dilaporkan adalah soal kurangnya ketersediaan form atau kartu suara tambahan di tiap-tiap TPS. Antusiasme warga untuk mencoblos tergolong besar namun tidak diimbangi dengan form DPT dari KPU.
"Target 75 persen partisipasi pemilih yang datang 78 persen. Padahal sesuai ketetapan KPU hanya 20 lembar tambahan, form habis. Itu problem kedua dan di luar dugaan. Meningkat luar biasa sehingga form DPTb (tambahan) habis," ujar Sumarsono.
Kemudian, masalah lain yang ditemukan yakni banyak warga yang tidak masuk DPT dan ingin menyalurkan hak suaranya tetapi tidak membawa persyaratan yang ditetapkan. Untuk itu, pihaknya akan melakukan pendataan ulang untuk memastikan tidak ada warga yang tidak masuk DPT.
"Tidak boleh satu orang pun kehilangan hak suaranya. Maka kami keliling mulai dari tingkat kelurahan, dibuka pendaftaran, siapa yang tidak bisa memilih didata, dilist, dikroscek. Itu langkah kedepan dari koreksi kami putaran pertama," tandasnya.
Di lokasi yang sama, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengungkapkan, sulitnya mendata warga Jakarta karena banyak yang tinggal di apartemen, luar negeri atau bekerja di luar daerah.
"Yang belum terdata tinggalnya di apartemen. Atau KTP DKI tapi lebih banyak tinggal di luar negeri atau sekolah di luar negeri atau dinas di luar daerah. Ini yang sulit terdata. Yang tinggal di apartemen sulit dicari," ungkapnya.
Kendati demikian, Tjahjo telah meminta kepada Soemarsono dan KPU untuk mencari solusi untuk masalah DPT tersebut jelang putaran kedua Pilgub DKI pada April mendatang.
"Saya minta ke Plt Gubernur dan KPU bagaimana menyiasati. Kalau di luar daerah tidak menjadi prinsip karena tingkat partisipasinya cukup bagus," pungkasnya. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dinas Perumahan dilibatkan karena apartemen menjadi salah satu wilayah yang tidak mudah dijangkau petugas pemutakhiran data pemilih.
Baca SelengkapnyaCalon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung mengakui rumah DP Rp0 program Anies Baswedan tidak mudah untuk dijalankan.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI jamin proses urus pindah domisili bisa selesai dalam waktu sehari
Baca SelengkapnyaBudi juga menyebutkan, saat ini terdapat 11.337.563 warga yang tinggal di Jakarta dan akan terus bertambah seiring dengan mobilitas penduduk yang dinamis.
Baca SelengkapnyaPemerintah dan swasta harus membangun 1,5 juta rumah tiap tahun agar angka masyarakat tak punya rumah terus turun.
Baca SelengkapnyaKPU-Bawaslu dianggap tidak profesional dalam menyelenggarakan Pilkada Jakarta 2024. Hasilnya, angka golongan putih atau golput pun tinggi.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data BPS mencatat di 2022 baru 60,66 persen rumah tangga di Indonesia yang menempati rumah yang layak.
Baca Selengkapnyatertib administrasi kependudukan perlu diberlakukan demi kepentingan masyarakat secara luas
Baca SelengkapnyaDPRD DKI membeberkan penyebab Rusunawa Marunda terbengkalai hingga akhirnya dijarah
Baca SelengkapnyaPetugas KPPS itu nyaris diamuk warga setelah kisruh DPT.
Baca Selengkapnya