Tak tahan beban bangunan, tanah di Jakarta terus mengalami penurunan
Merdeka.com - Penurunan tanah di Jakarta masih terus terjadi. Penyebabnya adalah endapan aluvial dan formasi geologi muda dan konsolidasi batuan dan tanah setempat secara alamiah.
"Sebenarnya fenomena ini banyak terjadi di kota besar yang berdiri di atas lapisan sedimen seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Bangkok, Shanghai dan Tokyo," kata Kepala Bidang Geologi Sumber Daya Mineral Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, Agus Saryanto, di kantornya, Jumat (5/2).
Selain karena faktor tersebut, Agus menyebut ada dua faktor lain yang menyebabkan tanah di Ibu kota selalu mengalami penurunan, yakni beban bangunan yang semakin besar di Jakarta melebihi daya dukung tanah.
-
Apa yang menyebabkan kemacetan Jakarta meningkat? Berdasarkan data TomTom Traffic Index pada Februari 2023, terjadi peningkatan signifikan kepadatan lalu lintas di Jakarta. Angkanya mencapai 53 persen.
-
Kenapa kemacetan Jakarta makin parah? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
-
Kenapa kemacetan di Jakarta semakin parah? Indeks kemacetan DKI Jakarta naik dari peringkat ke-46 menjadi posisi ke-29 kota termacet di dunia. Berdasarkan riset TomTom InterInternational.
-
Apa penyebab kemacetan parah di Jakarta? 'Kalau kemarin itu karena banjir di beberapa titik banjir. Kalau tadi malam hanya kepadatan karena aktivitas masyarakat untuk buka puasa, itu saja,' jelasnya.
-
Kenapa Jakarta banjir? 'Penyebab curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung,' ujar dia.
-
Dimana kemacetan semakin parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
Serta, katanya, ada pergerakan gaya tektonik aktif yang terjadi bawah tanah itu sendiri kerap menimbulkan penurunan.
"Sejumlah faktor lain penurunan tanah antara lain beban bangunan di atasnya yang melebihi daya dukung tanah dan pergerakan tektonik di bawah tanah sendiri," jelasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, salah satunya di kawasan pantai utara Jakarta yaitu Muara Angke yang ketinggian tanahnya turun 2,14 meter rentang tahun 2000 sampai 2014.
Sedangkan penurunan tanah yang relatif masih kecil dialami oleh kawasan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Kawasan Sudirman penurunan tanahnya 0,34 meter, Kuningan 0,25 meter, Kebayoran Baru 0,25 meter dan Jakarta Timur Kawasan Cibubur penurunannya 0,21 meter dalam rentang waktu yang sama.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Studi mencatat bahwa sekitar 40-70 persen faktor penurunan air tanah diakibatkan pengambilan air tanah. Ini berartiselama masih ada yang mengambil air tanah.
Baca SelengkapnyaPenurunan muka tanah di selatan Jakarta ini karena penggunaan air tanah.
Baca SelengkapnyaPenampakan perumahan warga yang terletak di sekitar kawasan Kampung Aquarium lebih rendah dari pada air laut.
Baca SelengkapnyaSelain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.
Baca SelengkapnyaDinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat penurunan muka tanah atau land subsidence di pesisir Kota Semarang berkisar 7-13 cm per tahun.
Baca SelengkapnyaBangunan kumuh yang berdiri sepanjang bantaran Kali Ciliwung di Jakarta semakin mencolok.
Baca SelengkapnyaTren penurunan muka tanah di wilayah DKI Jakarta tersebut terus mengalami perbaikan dibandingkan tahun 1997 hingga 2005.
Baca SelengkapnyaAda sisi tembok lain yang retak. Retakan tersebut terdapat air laut yang keluar. Kondisi ini semakin membuat warga waswas.
Baca SelengkapnyaIni daftar 11 kota yang diperkirakan akan tenggelam pada 2100.
Baca Selengkapnyapeneliti memperingatkan New York City di Amerika Serikat terancam tenggelam karena beratnya beban gedung-gedung yang dibangun di kota itu
Baca SelengkapnyaKenaikan permukaan air laut sebesar berkisar 1 sampai 15 cm per tahun di beberapa lokasi
Baca SelengkapnyaKebutuhan air di Jakarta mencapai sekitar 30.000 liter per detik, sedangkan jumlah debit air yang tersedia hanya berada di bawah 20.000 liter per detik.
Baca Selengkapnya