Tetangga Ungkap Keluarga Tewas di Kalideres Sempat Pindah Rumah
Merdeka.com - Tetangga korban tewas sekeluarga, Tio (58) sempat mengatakan, keluarga R (71) pindah rumah sekitar bulan Februari dan Maret lalu. Cerita tersebut disampaikan Tio ketika saling bertemu dalam rangka acara tahun baru Imlek.
Diketahui identitas dari para keluarga yang tewas dengan kondisi mengenaskan itu adalah Bapak inisial RG usia 71 tahun kelahiran Jakarta; Ibu inisial RM usia 66 tahun kelahiran Kebumen. Lalu, anak inisial DF usia 42 tahun kelahiran Kebumen; dan Paman adik dari bapak inisial BG usia 68 tahun kelahiran Jakarta.
"Kan waktu itu ada lebaran china, biasa kita bersungkem, kita tanya, kan anaknya Dian, mamanya saya enggak tahu namanya tapi kenal, tanya 'mamanya kemana?’ Dia bilang pindah," ungkap Tio saat diwawancarai yang dikutip, Minggu (13/11).
-
Siapa yang menggadaikan motor? Kasus gadai sepeda motor yang melibatkan RF, adik dari penyanyi dangdut (Pedangdut) Via Vallen berakhir damai.
-
Dimana mobilnya ditemukan? Armunanto mengatakan, BH berusaha melacak posisi kendaraan miliknya. Kebetulan, mobil terpasang GPS tracker. Alhasil, terdeteksi kendaraan berada di kawasan Banten.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Apa yang ada di rumah terpencil itu? Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga. Mereka tergabung dalam keluarga Bapak Wiyono.
-
Apa alasan warga Kampung Mati pindah? Pada zaman dulu, ada sekitar 20 KK yang tinggal di kampung itu. Namun kehidupan di sana sungguh sulit. Selain berada di zona rawan longsor, hasil pertanian di sana sering menjadi serangan monyet ekor panjang. Hal inilah yang membuat warga tidak betah dan akhirnya memilih pindah.
-
Di mana letak rumah terpencil itu? 'Kalau membangun rumah di sini bahan materialnya diusung pakai motor,' kata salah satu penghuni rumah itu. Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga.
Dirinya pun langsung mengira kalau sekeluarga tersebut telah pindah kecuali sang anak, Dian.
"Saya pikir sudah pindah nih, tinggal dia (Dian) sendirian," ujarnya.
Perihal kepindahan itu juga didukung dengan tidak adanya mobil dan motor yang biasa dipakai keluarga tersebut. Terlebih Tio yang biasa mendengar perbincangan tetangganya itu, sudah tak besuara lagi.
"Soalnya mobil sudah engga ada saat itu. Saya ingat mikir gini, 'eh mobil enggak ada, pindah nih'," ceritanya.
"Biasanya ya kalau ibu sama anaknya ngobrol, kedengeran suara, tapi sekarang udah lama tidak mendengar, lama sekali dari bulan Februari ke Maret," sambung dia.
Tio sempat mengira kalau kepindahan R tidak begitu jauh dari tempat tinggal yang sebelumnya. Karena sang ayah itu masih kerap kali berkunjung ke rumah lamanya.
Belum lagi, Tio juga mengingat pernah bertemu keluarga R ketika sedang berbelanja di toko swalayan dan pasar terdekat.
"Ketemu mereka bertiga (Rudyanto, Margaretha, dan Dian), di pasar ketemu, di supermarket Hari-Hari ketemu. Mereka lama, saya pikir apa pindahnya dekat sini karena ketemu," tutupnya.
Polisi mengusut temuan mayat di Kalideres, Jakarta Barat. Diketahui, empat orang sekeluarga ditemukan warga sekitar telah tewas membusuk pada Kamis (10/11) malam.
"Tadi kalau temuan forensik sudah semingguan, dengan kondisi membusuk," kata Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar saat ditemui di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (11/11).
Meski ditemukan dalam kondisi membusuk, lanjut Syafri, keempat orang ini dari hasil autopsi RS Polri, Kramat Jati tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan dari jasad fisik korban.
"Keterangan tadi dokter yang melakukan autopsi itu tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan di jasad korban," kata dia.
Termasuk saat dilakukan autopsi lebih lanjut terhadap kondisi keempat jenazah, nyatanya tidak ditemukan ada sisa makanan di lambung.
"Kalau di lambungnya tidak ditemukan sisa makanan, artinya mungkin dia tidak makan dalam dua hari atau berapa hari gitu," tambah dia.
Kendati demikian, Syafri mengatakan kalau untuk penyebab kematian hingga kini pihaknya masih belum bisa menyimpulkan, karena masih menunggu hasil dari laboratorium forensik.
"Belum ini, tapi penyebabnya itu belum bisa di ini (disimpulkan). Karena banyak kemungkinan (penyebab kematian)," ujarnya.
Sedangkan untuk barang bukti penyidik telah menyita total dua buah handphone dari lokasi TKP untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
"Satu orang sudah kita mintakan keterangan namun adik dari ibunya itu dia mengatakan bahwa terakhir ada komunikasi via telepon itu satu tahun yang lalu," ujar Syafri.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tetangga Grace, Toto menuturkan, ibu dan anak tewas tinggal tulang itu tidak pernah berkomunikasi dengan tetangga sekitar.
Baca SelengkapnyaTidak ada yang tahu alasan Grace sama sekali tidak berinteraksi dengan lingkungan.
Baca SelengkapnyaKedua penghuni rumah dinilai tidak memiliki ikatan sosial dengan lingkungan, bahkan tidak berkomunikasi dengan keluarga.
Baca SelengkapnyaKeluarga yang beranggotakan 4 orang itu menghembuskan napas terakhir pada hari Jumat (12/4) saat hendak melakukan silaturahmi ke rumah saudara
Baca SelengkapnyaSatu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan dua anak nekat lompat dari lantai 21 apartemen Penjaringan
Baca SelengkapnyaKarena satu peristiwa, sikap keluarga ini berubah. Bahkan mereka langsung menutup diri.
Baca SelengkapnyaNdun bersama Enggar dan teman-temannya pada sore itu sedang mengoprek-oprek sepeda motor matic sejak siang hingga dini hari.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaKapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengungkapkan, sebanyak 12 orang saksi telah dimintai keterangan.
Baca SelengkapnyaKehilangan orang tersayang tentu bukan kondisi yang mudah untuk dilalui.
Baca Selengkapnya