Warga Bidara Cina soal relokasi: Monyet aja dipindahin butuh biaya
Merdeka.com - Dalam waktu dekat, rumah-rumah di bantaran sungai Ciliwung, Kelurahan Bidara Cina, akan digusur paksa oleh Pemprov DKI Jakarta. Hal itu sudah ditegaskan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) beberapa waktu lalu.
Kabar tersebut membuat warga Bidara Cina resah. Wakil Ketua RW 14, Kelurahan Bidara Cina, Muhammad Sholeh, mengatakan masih belum ada kejelasan dari pemprov DKI soal rencana pengusuran. Menurutnya, warga awalnya dijanjikan ganti rugi berupa uang oleh pihak kecamatan setempat, tapi sampai saat ini informasi yang didapat justru sebaliknya yakni warga sama sekali tidak akan mendapat ganti rugi.
Menurutnya, peraturan tersebut telah tercantum pada UU No 2 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa pihak yang berhak menerima ganti rugi adalah yang memiliki surat bersertifikat, sesuai biaya insentif perpajakan. Namun jika menempati tanah negara maka akan diberi tanah/bangunan/direlokasi.
-
Di mana Ciliwung jadi hunian? Di beberapa titik, bantaran Ciliwung kini telah berubah menjadi hunian.
-
Apa masalah utama di Ciliwung? Ciliwung memiliki persoalan kompleks yang musti segera diselesaikan.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
Dia mengakui mayoritas warganya telah mengetahui undang-undang tersebut. Dia merasa iba kepada warganya yang sudah tinggal bertahun-tahun tapi tidak memiliki sertifikat yang jelas.
"Istilahnya, monyet saja pindah dibiayai, masa ini manusia enggak?" ujar Sholeh, kepada merdeka.com, di lokasi, Rabu (18/11).
Dia juga menyinggung soal pemprov DKI yang mengklaim tanah Kelurahan Bidara Cina seluas 3,4 hektare.
"Pas kita minta unjuk sertifikat resminya mereka enggak bisa kasih unjuk, bagaimana kita mau percaya" tambahnya.
Pihaknya mengaku jika pemprov DKI dapat menunjukan sertifikat resmi, maka warga Bidara Cina siap dipindah, dengan catatan tetap dibiayai.
"Kan kalau ada uang mereka juga minimal bisa milih mau pulang kampung atau mau nyewa di rusun" tambahnya lagi.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Atep, turunnya ratusan monyet dari bukit Tawilis diduga tidak ada makanan di habitatnya sehingga kemudian turun menyerang dan menjarah lahan warga.
Baca SelengkapnyaSerangan kawanan monyet itu membuat warga resah. Mereka juga menjarah makanan di warung-warung warga.
Baca SelengkapnyaKawanan monyet ini diduga kekurangan makan karena hutan di lereng Gunung Lawu kondisinya memprihatinkan
Baca SelengkapnyaDitumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaBeberapa monyet ada yang masuk ke pemukiman desa bahkan ada yang mengambil makanan milik warga.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaKawanan makhluk kecil muncul ke permukiman warga Depok.
Baca SelengkapnyaPemerintah merelokasi ratusan kepala keluarga berdomisili di kolong tol jembatan tiga ke rusun.
Baca SelengkapnyaKini rumah hingga masjid di Kampung Sindah hanya tersisa bagian atapnya saja setelah waduk digenangi air
Baca SelengkapnyaDiduga monyet liar tersebut berasal dari pinggir sungai Ciliwung. Monyet tersebut ke yang kehabisan makanan karena musim kemarau.
Baca SelengkapnyaWarga kolong jembatan yang berada di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Utara sebagian telah pindah ke rusun di Jalan Tongkol, Pademangan.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi buaya berukuran cukup besar ini menghebohkan warga sekitar.
Baca Selengkapnya