Warga tempati bangunan liar di Kalijodo karena tak mampu mengontrak
Merdeka.com - Bangunan liar semi permanen kembali memadati kolong tol di kawasan Kalijodo, Jakarta Barat. Ada puluhan bangunan semi permanen yang kembali berdiri di kawasan tersebut. Rata-rata, bangunan itu berlantai semen, berdinding triplek, dan beratap asbes. Bangunan tersebut berderetan dengan ukuran sekira 3x3, 3x4, sampai 3x5 meter persegi.
Salah satu warga, Mariatun (65), mengaku kembali mendirikan bangunan karena tak mampu membayar sewa kontrakan di tempat lain. Ia tak mampu membayar uang sewa kontrakan Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta setelah tempat tinggalnya di kawasan Kalijodo terkena penggusuran.
"Ya kembali karena mahal kalau mau mengkontrak di luar. Bingung juga mau dagang apa di liur sedangkan di sini kita udah nyaman, udah ada langganan, kalau digusur lagi mau makan apa kita," ucap Mariatun kepada merdeka.com, di Kalijodo, Jumat (2/6).
-
Apa yang dibangun di Kalijodo? Hingga pada tahun 2014, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, menyulap Kalijodo menjadi RTH dan RPTRA.
-
Dimana letak permukiman terbengkalai di Jakarta? Baru-baru ini sebuah kawasan di wilayah Jakarta Timur yang terbengkalai terungkap, dengan deretan rumah yang ditinggalkan oleh penghuninya.
-
Di mana Kalijodo berada? Mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menemukan lapak jualan yang padat, bangunan retak, hingga sampah yang menggunung.
-
Mengapa Kalijodo diubah? Kawasan Kalijodo sebelumnya dikenal sebagai sarang judi dan prostitusi.
-
Siapa yang mengubah Kalijodo? Hingga pada tahun 2014, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, menyulap Kalijodo menjadi RTH dan RPTRA.
-
Dimana pemukiman padat di Jakarta Barat? Pemukiman di daerah Pesing Koneng, Kedoya Utara, Kebun Jeruk ini misalnya.
Meski rumahnya terkena penggusuran, Mariatun mengaku tidak pernah diberi atau ditawarkan untuk pindah ke rumah susun oleh Pemprov DKI Jakarta. Bahkan, pembongkaran terhadap rumahnya tak pernah pemberitahuan.
"Saya KTP jakarta, tidak pernah ditawarin rumah susun. Kalau pun dikasih saya minta yang dekat aja terus kalau di rumah susun cuma gratisnya 3 bulan saja. Sisanya bayar kita enggak mampu, kemarin saja kita enggak dikasih tahu dulu kalau mau dibongkar," ujar dia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Narto (57), pedangang asongan yang membuka lapaknya di bawah jalan tol di kawasan Kalijodo. Dengan penghasilan kotor Rp 150 ribu per harinya, Narto mengaku kembali ke kawasan tersebut karena sulit mendapatkan pekerjaan di tempat lain.
"Jauh dari mata pencaharian saya kalau dipindahin ke rumah susun. Lagian cari kerja sekarang susah, umur juga enggak muda lagi," ungkapnya.
Narto sudah menetap di lokasi tersebut sejak tahun 1997. Namun hingga sekarang dirinya tidak memiliki KTP DKI. Dia pun pasrah jika harus kembali dibongkar yang hanya dipikirkan anaknya yang masih bersekolah di dekat RPTRA Kalijodo.
"Ya saya sendiri tidak tahu mau ke mana kalau dibongkar lagi. Pasrah saja yang cuma saya khawatirkan anak saya yang masih sekolah, susah buat mengurusi surat pindahnya, saya juga engga punya banyak uang," ujar dia.
Menurut Narto, anaknya sekolah di Pondok Domba. Sekolah itu didirikan oleh para pekerja sosial berada di bawah kolong jembatan tol Kalijodo. Sekolah ini hanya melayani pendidikan dari TK hingga SD.
Anggito Mannulang, Kepala Sekolah Pondok Domba mengatakan, sekolah ini hanya memfasilitasi anak-anak kurang mampu dan tidak memiliki KJP. "Ya kita di sini sukarela, sudah sering sekali kita dibongkar, namun jika masih ada yang ingin bersekolah kita siap membantu," ujarnya.
Disisi lain jika harus kembali ditertibkan dia mengaku mempersilahkan pengusuran tersebut. "Ya silakan saja kita kan kerja sosial bisa mengajar di mana saja, yang saya kasihan ketika anak-anak ini lulus di kelas 6 dan mau masuk SMP yang tidak punya KTP jakarta ini mau ke mana? kalau yang punya kita coba arahkan untuk masuk ke sekolah negeri, nah itu yang ingin kita coba carikan solusinya ke pemerintah," pungkasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga mengungkapkan sejumlah personel sekuriti PT JakPro tiba-tiba menggeruduk Kampung Susun Bayam dan meminta mereka untuk angkat kaki.
Baca SelengkapnyaKeberadaan makam keramat palsu ini sempat viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan masyarakat di ibu kotayang tinggal di bawah jalan tol.
Baca SelengkapnyaPerumahan tersebut sangat tidak terurus. Mayoritas bangunan rumah-rumah itu hancur karena tidak berpenghuni.
Baca SelengkapnyaBanyak rumah di kompleks tersebut sangat tidak terurus. Tak sedikit bangunan yang hancur karena tidak berpenghuni.
Baca SelengkapnyaBahkan, ada juga makam yang dibuat seolah sangat tua dan kramat, dengan menambahkan bangunan serta kain kafan di batu nisan.
Baca SelengkapnyaMenurut Samid, belasan tempat tinggal dan rumah kontrakan milik warganya itu rusak parah karena dampak dari pembangunan Tol Japek 2.
Baca SelengkapnyaSebetulnya ada wacana warganya akan di relokasi ke sebuah rusun yang nantinya bakal disiapkan oleh Pemprov.
Baca SelengkapnyaDi Wonosobo, terdapat makam para wali yang ternyata palsu. Makam-makam itu muncul secara misterius tahun 2022.
Baca SelengkapnyaPemilik akun menjelaskan jika rumah tersebut berada di daerah Cianjur, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaMereka menghuni tanpa izin dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku pengelola kampung susun itu.
Baca SelengkapnyaOtorita IKN bertanggung jawab untuk melindungi masyarakat sekitar.
Baca Selengkapnya