3 Fakta Sejarah Fenomena Klitih di Jogja, Muncul di Tahun 1980-an
Merdeka.com - Peristiwa klitih yang terjadi pada Minggu dini hari (3/4) di Jogja menjadi tamparan keras slogan kota itu yang katanya “berhati nyaman”. Sebelum peristiwa itu, sebetulnya sudah banyak peristiwa klitih di Jogja yang memakan korban jiwa. Walaupun pemerintah mengklaim telah melakukan tindakan pencegahan, namun kasus itu nyatanya tetap terjadi.
Dalam sejarah, predikat Jogja sebagai kota pelajar ternyata juga membawa konsekuensi negatif. Dari waktu ke waktu, bermunculan geng-geng pelajar yang wilayah kekuasaannya tersebar di seluruh kota. Dalam perjalanannya mereka saling bermusuhan, berkonflik dan terlibat adu fisik dalam berbagai situasi dan kondisi.
Kini, kenakalan anak muda itu muncul dalam bentuk baru yaitu “klitih”. Istilah ini mengacu pada penyerangan secara acak dengan sasaran pengendara lain guna membuktikan kehebatan mereka di hadapan kelompoknya.
-
Kata-kata apa yang banyak dipakai untuk menggambarkan Jogja? Banyak yang bilang kalau Jogja itu terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan. Padahal, Jogja itu terdiri dari aku, kamu, dan cinta.
-
Apa penyebab utama tawuran pelajar di Jakarta? Tidak ada alasan yang jelas mengapa sering terjadi tawuran antar pelajar di Jakarta. Namun biasanya penyebab utama tawuran adalah adanya singgungan antar pelajar, seperti saling ejek, saling hina, dan mengaku paling menguasai wilayah yang dilalui pelajar dari sekolah lain.
-
Apa yang terjadi setelah gempa Jogja? Banyak warga yang mengalami luka dan langsung dibawa ke tanah lapang. Mereka dievakuasi dengan peralatan seadanya. Ada yang digotong dengan tandu, ada yang dibawa pakai becak, mesin pembajak sawah, dan tak sedikit yang digotong beramai-ramai.
-
Dimana gempa Jogja terjadi? Di sepanjang jalan, banyak bangunan luluh lantak. Bahkan bangunan bertingkat pun banyak yang hancur.
-
Siapa yang terdampak gempa Jogja? Kepanikan terjadi di mana-mana. Kepanikan itu terlihat dalam beberapa video dari kanal YouTube. Pemilik kanal YouTube Kusnan Alus membagikan video suasana Desa Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Bantul lima menit setelah gempa.
-
Apa modus ratusan pelajar tersebut? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
Lalu bagaimana sejarah aksi klitih di Jogja dari waktu ke waktu? Berikut selengkapnya:
Muncul di Tahun 1980-an
©2020 Merdeka.com
Menurut sosiolog dari Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta, Dr Mukhijab, embrio kasus kejahatan jalanan oleh geng pelajar sudah ada di Kota Jogja sejak era tahun 1980-an. Dari tahun ke tahun, pola kasusnya sama, yaitu melakukan kekerasan hingga menimbulkan korban luka hingga korban jiwa.
Seiring waktu geng pelajar itu terus melakukan regenerasi. Bahkan mulai era 1990-an, mulai ada dari kelompok itu yang menjalin kerja sama dengan sayap partai politik tertentu di DIY.
Menurut Mukhijab, pelajar tertarik bergabung dengan geng pelajar sebagai wahana eksistensi diri karena tidak mendapat ruang pengakuan di lingkungan keluarga dan sekolah. Bahkan Kepala Bidang Humas Polda DIY Kombes Yulianto menyebut hampir seluruh sekolah setingkat SMA/SMK di DIY dapat dijumpai geng pelajar.
“Ada geng pelajar yang masih manis-manis dan ada pula yang brutal,” kata Yulianto dikutip dari ANTARA pada Selasa (12/4).
Terus Berkelanjutan
©2020 Merdeka.com
Suprapto, seorang Sosiolog kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada (UGM), pernah melakukan penelitian tentang fenomena klitih di Yogyakarta antara tahun 2004 hingga 2009. Dalam penelitiannya, dia menyebut kejahatan jalanan di kalangan remaja bisa terus berkelanjutan hingga kini karena terorganisasi sehingga memungkinkan proses regenerasi.
Selain terorganisasi, beberapa dari anggota geng jalanan meningkatkan kualitas diri dengan melatih penggunaan senjata tajam, mengatur pembagian tugas, mengeksekusi sasaran, hingga melakukan langkah antisipasi agar tidak terlacak polisi.
Dalam penelitian itu, Suprapto juga menyebut ada tiga unsur di dalam geng pelajar yang berpotensi melakukan kejahatan di jalanan yaitu pengurus inti mulai dari ketua, wakil, hingga anggota; lalu yang kedua unsur alumni; dan yang ketiga kelompok eksternal yang memungkinkan diisi kelompok lain seperti preman atau pemesan.
“Mereka punya peraturan, mereka hanya menyerang sebayanya yang berpotensi merespons pancingan mereka,” kata Suprapto.
Upaya Pencegahan
Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono X - liputan6.com
Kasus klitih di Jogja ini mendapat perhatian serius dari Gubernur Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dia meminta seluruh bupati/wali kota melakukan berbagai upaya pencegahan.
Dalam hal ini, Sultan menganjurkan sejumlah langkah. Pertama, melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, Ketua LPMK, kampung, RW, RT, PKK, hingga Karang Taruna untuk menyosialisasikan pada warga tentang pentingnya mereka mengetahui keberadaan anggota keluarganya.
Poin kedua adalah menginisiasi aktivitas positif dan bermanfaat bagi remaja. Poin ketiga adalah menggiatkan patroli lingkungan dengan melibatkan linmas dan gerakan jaga warga.
Poin keempat bekerja sama dengan TNI/Polri guna melakukan monitoring pergerakan massa yang masih beraktivitas hingga tengah malam. Terakhir, mengalokasikan anggaran belanja daerah untuk setiap aktivitas pencegahan dan penganan kejahatan jalanan.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Biasanya tawuran antar pelajar terjadi di rute berangkat dan pulang sekolah.
Baca SelengkapnyaMereka melakukan TOTR dengan maksud untuk mencari kelompok lain agar terjadi kerusuhan.
Baca SelengkapnyaPolisi telah mengamankan sepeda motor dan barang bukti berupa 1 buah celurit dan penggaris besi.
Baca SelengkapnyaSalah satu pelajar bahkan diamankan polisi saat bersembunyi di Cikarang, Bekasi.
Baca SelengkapnyaPuluhan pelajar salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri di Garut, Jawa Barat, Minggu (21/1) dini hari digelandang ke Mapolres Garut.
Baca SelengkapnyaPerjalanan sejarah geng motor di Indonesia dari awal kemunculannya sampai tindakan anarkis. Yuk simak!
Baca SelengkapnyaBanyak orang Minahasa yang melakukan perantauan. Hal ini terjadi karena para pemuda Minahasa mulai menyadari bahwa dunia itu luas.
Baca SelengkapnyaPara pelaku ini menamakan kelompoknya dengan nama Bathrix Putra.
Baca SelengkapnyaDua dari 140 pelajar terindikasi positif konsumsi narkoba
Baca SelengkapnyaKemacetan lalu lintas di Jakarta semakinbertambah parah saat anak sekolah mulai masuk usai libur panjang.
Baca SelengkapnyaPerkelahian antar pelajar sering dikaitkan dengan perilaku negatif/menyimpang hingga pelanggaran hukum.
Baca SelengkapnyaPolisi menyebut, jumlah anak yang tergabung dalam kelompok Bajing Kids ini sekitar 41 orang.
Baca Selengkapnya