40 Kata-kata Bijak Sapardi Djoko Damono tentang Cinta, Penuh Makna Mendalam

Merdeka.com - Sapardi Djoko Damono merupakan salah satu penyair besar yang dimiliki bangsa Indonesia. Beliau dikenal sebagai penyair yang menggunakan kata-kata romantis, sederhana, dan mudah dipahami di dalam setiap puisinya. Tak heran, jika puluhan karya puisinya mampu dikenal luas oleh hampir semua kalangan.

Pria kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940 yang kerap dipanggil SDD ini mulai aktif menulis sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sekitar tahun 1955. Beliau sering mengirimkan beberapa karyanya di berbagai media cetak atau majalah. Kemudian kemampuan menulisnya semakin terasah dan berkembang saat beliau menempuh jurusan Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Beberapa karya puisi SDD yang fenomenal dan digemari oleh semua kalangan seperti Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Akulah si Telaga, dan Pada Suatu Hari Nanti. Puisi-puisi tersebut sangat digemari kawula muda karena sarat dengan kata-kata romantis di dalamnya. Tak heran, jika SDD disebut sebagai penyair masa kini yang digemari kaum milenial.

Sastrawan Sapardi Djoko Damono tutup usia pada 19 Juli 2020 lalu. Sapardi meninggal pada usianya yang menginjak 80 tahun. Meskipun telah tiada, namun karyanya tetap abadi di hati para penggemarnya. Berikut ini kata-kata bijak Sapardi Djoko Damono yang merdeka.com lansir dari Good Reads:

Kata-kata Bijak Sapardi Djoko Damono yang Romantis

Antara

1. Kita tak akan pernah bertemu; Aku dalam dirimu Tiadakah pilihan Kecuali di situ? Kau terpencil dalam diriku.

2. Lalu senyap pula. Berapa jaman telah menderita semenjak Ia pun mengusir kita dari Sana

3. Waktu berjalan ke Barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang.

4. Lalu senyap pula. Berapa jaman telah menderita semenjak Ia pun mengusir kita dari sana

5. Dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya. Cemaskan aku kalau gugur daun demi daun lagi

6. Mana ada hantu mau tinggal di kampung miskin yang kebanyakan warganya tidak doyan makan hantu?

7. Dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya.

8. Katamu dulu kau takkan meninggalkanku. Omong kosong belaka! Sekarang yang masih tinggal Hanyalah bulan Yang bersinar juga malam itu Dan kini muncul kembali.

9. Barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas.

10. Jakarta itu cinta yang tak hapus oleh hujan tak lekang oleh panas. Jakarta itu kasih sayang.

11. Nasib memang diserahkan kepada manusia untuk digarap, tetapi takdir harus ditandatangani di atas materai dan tidak boleh digugat kalau nanti terjadi apa-apa, baik atau buruk.

12. Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput

13. Aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan

14. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa.

15. Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara

Kata-kata Bijak Sapardi Djoko Damono tentang Cinta

©2020 Merdeka.com

16. Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu.

17. Kemiskinan adalah hantu yang setia menjaga kebanyakan rumah di desa.

18. Apa sih, bibit itu? Apa pula bobot apa pula bebet di zaman sekarang ini?

19. Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur.

20. Tetangga kita itu memang harus dilawan, mentang-mentang janda prajurit, seluruh desa suka berlebihan menghormatinya.

21. Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan tak lagi mengenalnya.

22. Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu.

23. Duduk di boncengan sepeda Kunto malam-malam, Suti merasa seperti merapat ke tungku hangat.

24. Nanti dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini. Ada yang masih ingin ku pandang. Yang selama ini senantiasa luput.

25. Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan. Selamat malam.

26. Aku tidak punya hak memilihkan calon istri untukmu. Pilihan penuh ada di tanganmu.

27. Dan Adam turun di hutan-hutan, mengabur dalam dongengan dan kita tiba-tiba di sini, tengadah ke langit; kosong sepi.

28. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.

29. Dan dalam usia yang hampir enam puluh ini, Astagfirullah! Rasanya di mana-mana ajal mengintip.

30. Di tengah ladang aku tinggal sendiri bertahan menghadapi Matahari

Kata-kata Bijak Sapardi Djoko Damono yang Penuh Makna

31. Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan, membayangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang.

32. Kita pun menyanyi selepas-lepasnya, sepasang kekasih yang tuli dan buta. cemaskan aku kalau nanti air hening kembali.

33. Kita tak akan pernah bertemu; Aku dalam dirimu Tiadakah pilihan Kecuali di situ? Kau terpencil dalam diriku.

34. aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan

35. Tuhan, aku takut. Tolong tanyakan padanya siapa gerangan yang telah mengutusnya.

36. Atau memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu tidur.

37. Tidak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik air menggelincir dari daun dekat jendela itu.

38. Waktu berjalan ke Barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang.

39. Kalau Kau pun bernama Kesunyian, baiklah tengah hari kita bertemu kembali sehabis kubunuh anak itu.

40. Lepaskan semua dari pikiranmu garis warna-warni yang silang-menyilang di benakmu itu.