8 Mitos Tentang HIV/AIDS dan Faktanya, Perlu Diketahui
Merdeka.com - Seperti diketahui, Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit kronis yang berbahaya dan dapat mengancam keselamatan nyawa penderitanya. Secara umum, HIV adalah salah satu penyakit menular seksual yang menyebar melalui kontak hubungan seksual dengan orang yang sudah terinfeksi.
Selain itu, HIV juga dapat menular dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Meskipun begitu, bukan berarti seorang wanita yang mengidap HIV tidak dapat memiliki anak dengan sehat dan aman. Ini merupakan salah satu mitos dan kesalahpahaman yang berkembang dan dipercaya oleh sebagian orang hingga kini.
Bukan hanya itu, terdapat beberapa mitos tentang HIV/AIDS lain yang perlu diperhatikan. Mitos-mitos ini seperti adanya anggapan bahwa pengidap HIV akan selalu berujung kematian, heteroseksual bebas dari risiko penyakit HIV, hingga asumsi bahwa HIV selalu mengarah pada kondisi AIDS.
-
Apa itu mitos? Pada umumnya, Cremers mendefinisikan mitos sebagai cerita atau narasi yang berasal dari tradisi lisan dan memiliki unsur magis atau keajaiban.
-
Apa dampak dari mitos ini? Dalam konteks kesehatan, mencukur bulu kemaluan saat hamil sebenarnya tidak memiliki pengaruh negatif, dan seringkali direkomendasikan sebagai bagian dari kebersihan pribadi menjelang persalinan.
-
Apa arti dari kata mitos? Mite atau mitos adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani muthos yang secara harfiah bermakna sebagai cerita atau sesuatu yang dikatakan orang.
-
Apa pengertian dari mitos? Mitos merujuk pada cerita atau narasi tradisional yang mengandung elemen-elemen fantastis, seperti dewa, makhluk gaib, atau kejadian-kejadian luar biasa yang menjelaskan asal-usul alam semesta, keberadaan manusia, atau fenomena alam lainnya.
Dapat dikatakan, beberapa mitos tentang HIV/AIDS ini kurang tepat, sehingga perlu diluruskan dengan fakta yang benar sesuai medis. Dengan begitu, masyarakat akan lebih teredukasi dengan penyakit HIV dan tidak mudah menghakimi kondisi pengidap HIV hanya karena percaya dengan mitos-mitos tersebut.
Melansir dari Healthline, berikut kami rangkum beberapa mitos tentang HIV/AIDS dan fakta penjelasannya yang perlu Anda ketahui.
Mitos Tentang HIV/AIDS dan Faktanya
Mitos tentang HIV/AIDS yang pertama, yaitu anggapan bahwa HIV selalu berujung kematian. Dalam hal ini, ahli menyebutkan bahwa HIV dengan pengobatan yang tepat dapat memberikan peluang dan harapan hidup normal pada penderitanya.
Faktanya, sejak tahun 1996, dengan munculnya terapi antiretroviral yang sangat aktif, orang dengan HIV yang melakukan terapi antiretroviral (ART) dengan baik dapat hidup normal, selama mereka meminum obat yang diresepkan.
Mitos tentang HIV/AIDS berikutnya menyebutkan bahwa penyakit HIV dapat diketahui dengan hanya melihatnya saja. Faktanya, orang yang tertular infeksi HIV mungkin menunjukkan gejala umum seperti infeksi penyakit lainnya, misalnya demam, kelelahan, atau malaise.
Tentu jika hanya dilihat melalui gejalanya saja, akan kurang akurat sebab gejala awal orang yang terkena HIV tak berbeda dengan penyakit pada umumnya. Bahkan sebagian besar orang yang terkena HIV tidak menunjukkan gejala, seperti memiliki kondisi yang sehat.
Gejala stereotip yang sering diasosiasikan orang dengan HIV sebenarnya adalah gejala komplikasi yang dapat timbul dari penyakit atau komplikasi terkait AIDS. Namun, dengan pengobatan yang memadai, gejala tersebut tidak akan muncul pada orang yang hidup dengan HIV.
Orang heteroseksual dianggap bebas dari risiko HIV juga termasuk salah satu mitos HIV/AIDS yang berkembang. Memang benar bahwa HIV lebih banyak terjadi pada pria yang juga memiliki pasangan seksual pria. Gay dan biseksual muda kulit gelap memiliki tingkat tertinggi penularan HIV.
Namun, heteroseksual menyumbang 24 persen dari infeksi HIV baru pada tahun 2016, dan sekitar dua pertiganya adalah perempuan. Selain itu, fakta lain menunjukan bahwa orang Afrika-Amerika menghadapi risiko penularan HIV yang lebih tinggi daripada ras lain, tidak peduli orientasi seksual yang dimiliki.
Tingkat diagnosis HIV untuk pria kulit gelap hampir delapan kali lebih tinggi daripada pria kulit terang dan bahkan lebih tinggi untuk wanita kulit gelap.
Mitos HIV/AIDS selanjutnya, yaitu orang dengan HIV tidak dapat memiliki anak dengan aman. Namun, menurut ahli, jika seorang wanita positif HIV yang mempersiapkan kehamilan dengan bekerja sama penyedia kesehatan, termasuk pengobatan HIV, masih memiliki kemungkinan untuk melahirkan anak yang sehat.
Karena pengobatan HIV telah berkembang pesat, jika seorang wanita meminum obat HIV setiap hari seperti yang direkomendasikan selama kehamilannya (termasuk persalinan dan melahirkan), dan melanjutkan pengobatan untuk bayinya selama 4 sampai 6 minggu setelah lahir, maka risiko menurunkan penyakit HIV pada bayinya hanya sebesar 1 persen atau kurang.
Selanjutnya, mitos tentang HIV/AIDS juga menyebutkan bahwa HIV selalu mengarah pada kondisi AIDS. HIV memang infeksi yang menyebabkan AIDS. Namun, bukan berarti semua orang HIV-positif akan mengembangkan AIDS.
AIDS adalah sindrom defisiensi sistem kekebalan yang merupakan akibat HIV menyerang sistem kekebalan dari waktu ke waktu dan dikaitkan dengan respons kekebalan yang melemah dan infeksi oportunistik. Risiko AIDS ini dapat dicegah dengan pengobatan dini infeksi HIV.
Mitos Tentang HIV/AIDS dan Berbagai Faktanya
Mitos tentang HIV/AIDS berikutnya adalah HIV akan menjadi penyakit biasa dengan pengobatan modern yang ada saat ini. Perlu dipahami bahwa meskipun banyak kemajuan medis dalam pengobatan HIV, virus masih dapat menyebabkan komplikasi, dan risiko kematian masih signifikan bagi kelompok orang tertentu.
Dengan begitu, masyarakat yang aktif secara seksual diharapkan untuk berhati-hati dengan risiko penyakit ini. Meskipun beberapa kelompok orang memiliki risiko lebih tinggi, namun penyakit ini dapat menyerang siapa saja dengan variasi usia, jenis kelamin, seksualitas, dan gaya hidup yang beragam.
Mitos lainnya, menyebutkan orang mengonsumsi obat untuk mencegah infeksi HIV, tak perlu lagi menggunakan pengaman kondom saat melakukan hubungan seksual.
Faktanya, sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa obat ini efektif mencegah HIV jika diminum setiap hari, bukan hanya sekali minum. Meskipun telah mengonsumsi obat ini, juga disarankan untuk mengutamakan alat pengaman seksual, terutama bagi kelompok orang yang berisiko tinggi terhadap penyakit ini.
Mitos tentang HIV/AIDS yang terakhir adalah jika dua pasangan positif HIV, maka tidak perlu menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Namun, Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika tetap merekomendasikan, meskipun kedua pasangan memiliki HIV, mereka harus menggunakan kondom setiap berhubungan seksual.
Dalam beberapa kasus, masih terdapat kemungkinan penularan jenis HIV yang berbeda ke pasangan, atau dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, menularkan bentuk HIV yang dianggap sebagai “superinfeksi” dari jenis yang resisten terhadap obat ART saat ini. Dengan begitu, meskipun kedua pasangan positif HIV akan lebih aman untuk tetap menggunakan kondom selama berhubungan seksual. (mdk/ayi)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
HIV/AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Penyakit ini akan tinggal selamanya di dalam tubuh dan dapat menular melalui beberapa cara.
Baca SelengkapnyaBanyak orang belum memahami penyebab HIV. Yuk, simak hal-hal yang bisa jadi penyebab seseorang terjangkit HIV!
Baca SelengkapnyaEdukasi yang tepat tentang HIV perlu terus digalakkan agar masyarakat tidak lagi terjebak dalam stigma dan ketakutan yang tidak berdasar.
Baca SelengkapnyaSebagian besar orang meyakini bahwa HIV adalah penyakit yang tidak dapat diobati. Yuk, cek kebenarannya!
Baca SelengkapnyaHepatitis adalah salah satu penyakit yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat, tapi sayangnya, masih banyak kesalahpahaman & mitos yang berkembang tentang ini.
Baca SelengkapnyaHari AIDS Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global mengenai HIV/AIDS, mengurangi stigma, serta memberikan dukungan kepada para penyintas.
Baca SelengkapnyaBanyak mitos penyakit cacar air yang tidak memiliki penjelasan ilmiah namun dipercaya.
Baca SelengkapnyaPenularan HIV melalui gigitan nyamuk tidak mungkin terjadi karena beberapa alasan.
Baca SelengkapnyaKasus HIV/AIDS di Kota Banda Aceh Meningkat dari tahun 2008 hingga Mei 2024
Baca SelengkapnyaKemenkes mengimbau masyarakat untuk melakukan hubungan seksual yang aman dan setia.
Baca SelengkapnyaKemenkes melaporkan kasus cacar monyet di Indonesia bertambah menjadi tujuh.
Baca SelengkapnyaSebelumnya dilaporkan, ada satu pasien Mpox di Pulau Dewata itu.
Baca Selengkapnya