Berat dan Penuh Perjuangan, Ini Sederet Peristiwa Penting Sebelum 10 November 1945
Merdeka.com - Pertempuran 10 November merupakan peristiwa penting dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Peristiwa itu berawal dari insiden perobekan bendera merah-putih-biru yang merupakan bendera Belanda di atap Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Puncak pertempuran itu terjadi pada 10 November 1945. Pada saat itu, rakyat Surabaya bersama para pejuang bertempur melawan tentara Inggris.
Pertempuran 10 November menyebabkan 6.000 rakyat Indonesia gugur. Menurut Sejarawan Unair, Purnawan Basundoro, pertempuran itu begitu besar karena tidak hanya melibatkan angkatan bersenjata melainkan juga rakyat Surabaya yang hanya dibekali persenjataan yang minim. Untuk mengenang peristiwa itu, Presiden Sukarno menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
-
Mengapa hari ini penting bagi Indonesia? Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional adalah momentum penting bagi masyarakat Indonesia untuk memperingati nilai solidaritas dan saling membantu dalam kehidupan bermasyarakat.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Kenapa Soekarno berpesan agar bangsa Indonesia menghormati jasa pahlawannya? Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.
-
Dimana pertempuran 'Hari Pahlawan' terjadi? Peringatan ini ditujukan untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan, khususnya mereka yang berjuang dalam pertempuran hebat di Surabaya pada tahun 1945.
-
Kenapa Hari Pahlawan penting untuk Sumatera Selatan? Menurut Bahtiar, hari ini adalah momentum sangat penting untuk mengenang para pejuang bangsa, karena pahlawan itulah yang mewariskan nikmat Kemerdekaan hingga hari ini.
-
Kenapa harus mengingat pengorbanan para pahlawan di HUT RI? 'Pada hari yang istimewa ini, mari kita mengingat pengorbanan yang telah menghasilkan kemerdekaan bangsa kita. Selamat Hari Kemerdekaan!'
Namun sebenarnya, pertempuran itu dipicu oleh berbagai hal. Salah satunya adalah munculnya banyak perlawanan di berbagai daerah di mana para pejuang berupaya keras mendesak para tentara Jepang untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia.
Di saat kondisi di Indonesia sedang panas-panasnya inilah tentara Inggris mendarat di Jakarta pada 15 September 1945 dan juga di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Sejak saat itu, pertempuran hebat antara rakyat Indonesia dengan para tentara Inggris-pun tidak bisa dibendung. Berikut selengkapnya:
Kedatangan Sekutu di Indonesia
©2020 liputan6.com
Cerita ini berawal saat Menteri Penerangan Amir Syarifuddin menginformasikan pada masyarakat bahwa tentara sekutu yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) akan datang ke Surabaya. Kedatangan sekutu itu bertujuan untuk mengangkut orang Jepang yang sudah kalah perang dan orang asing yang ditawan pada zaman Jepang. Oleh karena itulah, Amir berpesan kepada pemerintah daerah di Surabaya untuk menyambut baik dan membantu tugas tentara sekutu tersebut.
Akan tetapi, rakyat Surabaya tidak percaya begitu saja, termasuk Bung Tomo. Kecurigaan mereka bukan tanpa alasan. Sebelumnya, Kolonel P.I.G Huijer, perwira tentara sekutu berkebangsaan Belanda yang datang ke Surabaya pertama kali pada 23 September sebagai utusan Laksamana Utama Patterson, Pimpinan Angkatan Laut Sekutu di Asia Tenggara, ternyata membawa misi rahasia dari Angkatan Laut Kerajaan Belanda.
Di Surabaya, Huijer menentang revolusi yang dikobarkan para pejuang Indonesia. Sikapnya ini memancing kemarahan para pejuang di Surabaya. Dia kemudian ditangkap dan ditawan aparat keamanan Indonesia di Penjara Kalisosok.
Proses Berunding
©2020 liputan6.com
Pada 26 Oktober 1945, diadakan proses perundingan antara pihak AFNEI Inggris yang dipimpin Brigadir Jenderal Mallaby dan pihak Indonesia yang dihadiri Residen Sudirman, Ketua KNI Doel Arwono, Wali Kota Surabaya Radjaman Nasutiondan perwakilan TKR, HR Mohammad Mangundiprojo. Bung Tomo juga hadir dalam perundingan itu.
Perundingan itu menghasilkan kesepakatan bahwa pasukan Inggris yang mendarat tidak disusupi tentara Belanda. Selain itu yang dilucuti sejatanya hanya Jepang saja. Selanjutnya tentara Jepang itu akan dipindahkan ke luar Jawa.
Namun tentara Inggris mulai menunjukkan ketidakpatuhan pada perjanjian itu. pada 27 Oktober 1945, mereka menuntut dan mengancam semua rakyat Surabaya untuk menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan perang kepada Inggris.
Tewasnya Brigjen Mallaby
©2020 liputan6.com
Bung Tomo, Residen Sudirman dan Menteri Pertahanan RI, Drg Moestopo geram dengan sikap Inggris itu. Mereka memperingatkan Brigjen Mallaby bahwa hal itu sudah bertentangan dengan isi perundingan sebelumnya. Namun Mallaby tidak menghiraukan hal itu. Akibatnya, suasana Surabaya makin panas pada 28 Oktober 1945.
Pada hari itu, Bung Tomo mengajak semua rakyat Surabaya untuk merapatkan barisannya. Dia juga mengadakan pertemuan dengan sejumlah pemimpin pasukan BKR di Markas Pertahanan sekaligus Studio Radio Pemberontakan Bung Tomo. Lewat siaran radio, Bung Tomo berpidato dengan nada keras untuk mengobarkan semangat juang rakyat Surabaya melawan pasukan Inggris.
Singkat cerita, pada 30 Oktober 1945, baku tembak yang terjadi di Jalan Jembatan Merah membuat Jenderal Mallaby tewas. Insiden itu memaksa Letnan Jenderal Christiaonson, komandan pasukan sekutu AFNEI memberikan peringatan keras kepada Indonesia. Dia kemudian mengerahkan 15.000 pasukan untuk menggempur Surabaya.
Namun sebelum itu, dia memberi ultimatum agar seluruh senjata diserahkan ke pihak Inggris sebelum pukul 06.00. Bila ultimatum itu tidak dipenuhi, Inggris akan menyerang Surabaya pada 10 November dari darat, laut, maupun udara.
Meletusnya Pertempuran Surabaya
©2020 liputan6.com
Keluarnya ultimatum itu membuat para pemimpin Surabaya menghubungi pemerintahan pusat di Jakarta. Namun Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri Soebardjo menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada seluruh rakyat Surabaya.
Setelah diskusi yang panjang lebar, Bung Tomo mengusulkan dilakukan perlawanan kepada pihak sekutu. Usulan itu kemudian ditindaklanjuti Gubernur Soerjo. Melalui siaran radio, Soerjo mengumumkan seluruh rakyat Surabaya akan melawan tentara sekutu sampai mati.
Di samping itu, Bung Tomo membangkitkan semangat seluruh rakyat Surabaya untuk melawan pasukan Inggris. Seruan pidato melalui radio itu sudah lebih dari cukup untuk membakar semangat rakyat Surabaya. Hanya dengan berbekal senjata yang direbut dari tentara Jepang, mereka menghadapi gabungan tentara sekutu yang terdiri dari AFNEI dan NICA itu.
Berikut pidato Bung Tomo yang membakar semangat rakyat Surabaya:
“Inilah jawaban kita, jawaban pemuda-pemuda rakyat Indonesia. Hai Inggris, selama banteng-banteng, pemuda-pemuda Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membuat secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu kita tidak akan menyerah.”“Teman-temanku seperjuangan, terutama pemuda-pemuda Indonesia, kita terus berjuang, kita usir kaum penjajah dari bumi kita Indonesia yang kita cintai ini. Sudah lama kita menderita, diperas, diinjak-injak.” (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Memperingati Hari Pahlawan adalah salah satu cara menghargai jasa para Pahlawan. Namun apa itu Hari Pahlawan?
Baca SelengkapnyaTanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan.
Baca SelengkapnyaSaid mengingat lagi pada 10 November 1945 lalu yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya menjadi puncak perlawanan rakyat Indonesia.
Baca SelengkapnyaHari Veteran Nasional juga dimaksudkan untuk menghargai dan menghormati orang-orang yang pernah berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia
Baca SelengkapnyaHari Korban 40 Ribu Jiwa kembali diperingati di Monumen Korban 40 Ribu Jiwa, Kota Makassar.
Baca SelengkapnyaUcapan Hari Veteran Nasional ini bisa dibagikan di media sosial. Hari Veteran Nasional dirayakan tiap tanggal 10 Agustus.
Baca SelengkapnyaPeristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaPertempuran 10 November 1945 di Surabaya tak bisa dilepaskan dari keberadaan kereta api.
Baca SelengkapnyaTangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaTepat hari ini, 20 Oktober pada 1945 silam, terjadi pertempuran besar setelah kemerdekaan Indonesia yang disebut Pertempuran Ambarawa.
Baca SelengkapnyaNovember tidak hanya dikenal sebagai bulan yang erat dengan peringatan Hari Pahlawan, tetapi juga sebagai momen untuk merenung dan mengenang jasa-jasa pahlawan.
Baca Selengkapnya